Mereka berdua keluar dan langsung dikejutkan dengan barang-barang Ella yang berserakan di luar. Suara teriakan terus bersahutan dari dalam sana, membuat Jaemin masuk tergesa dan mendapati sahabatnya tengah beradu bicara dengan pemilik kamar.
"Haechan!" panggil Jaemin. Keduanya menengok.
"Apa?! Jangan menyuruhku berhenti karena ini sepadan dengan apa yang si jalang ini lakukan padamu!" tukas Haechan.
"Hei!! Hentikan temanmu yang sangat tidak memiliki sopan santun ini! Apa semua banci seperti kalian benar-benar tidak memiliki sopan santun?!" teriak Ella marah.
"Apa?" suara Mark terdengar. Lelaki bermarga Lee itu masuk dengan raut wajah yang mengeras, menatap orang yang baru memanggil kekasihnya dengan sebutan tidak layak itu tajam. Tanpa diduga, Mark mencengkram rahang Ella dengan kencang.
"Mulutmu memang tidak jauh dari sampah." Ucapnya dingin.
"Kekasihmu itu yang sampah! Benar-benar tidak tau ma—"
"Verella Kim, anak dari manager Kim di perusahaan Alredo Company, kedua orang tuamu malu mengakuimu sebagai anak karena kau beberapa kali masuk penjara terkait kasus kekerasan. Hobinya adalah keluar masuk club dan bergonta-ganti pria setiap malamnya. Mendekati pria-pria tampan dan kaya untuk dimanfaatkan uangnya setelah sugar daddy mu mencampakanmu dua bulan lalu. Bukankah begitu?" semua orang disana bungkam, terkejut atas pernyataan yang Mark berikan. Bahkan Lucas dan Jisung menjatuhkan rahang mereka.
"Beruntungnya, ayahmu bekerja di perusahaan ayahku dan ibumu bekerja di butik milik ibu Jaemin. Setelah ini, kemasi barangmu dan jangan pernah menunjukkan wajah di hadapan kami." Mark menghempaskan wajah cantik itu.
Ella terdiam.
"Jeno.." gumamnya sambil berjalan ke arah Jeno. Matanya menatap penuh harap pada Jeno yang hanya melempar tatapan datar. Saat hampir menggenggam tangan lelaki sipit tersebut, sebuah suara nyaring yang membuat pipi kirinya terasa perih dan panas menghentikannya.
Plak!
"Jangan dekati kekasihku." Geram Jaemin.
***
Jaemin sekarang sedang menunggu Sungchan di ruang tengah. Di sebelah kiri, ada Jeno yang belum melepaskan pelukannya sejak lima menit lalu. Mengabaikan protesan Haechan yang berkata jika ia juga ingin memeluk Jaemin.
Ting tong!
"Ah, sepertinya itu dia." Jaemin mendorong Jeno kemudian berlari kecil menuju pintu.
"Sungchan!" panggilnya.
"Sudah selesai?" Jaemin mengangguk. Senyumnya terulas lebar, ia pamit pada teman-temannya untuk pulang bersama sepupu tersayangnya itu. Meninggalkan keenam pria di sana terdiam.
"Apa ia baru saja pergi dengan lelaki lain?" tanya Renjun tidak percaya. Pasalnya ia mendengar dengan jelas di kamar tadi Jaemin mengklaim Jeno sebagai kekasihnya.
Haechan diam-diam menahan tawa. Ia jelas tau siapa yang baru saja berkunjung, namun sepertinya Haechan lebih senang melihat teman-temannya kebingungan.
"Sungchan-ah, aku ingin kembali tinggal di rumah itu." Kata Jaemin saat mereka di mobil. Wajah Sungchan merengut tidak suka.
"Setelah apa yang dilakukan pria itu? Tidak boleh, Nana. Kau tidak boleh terlalu baik pada orang-orang." Dengan tega Jaemin menoyor kepala Sungchan.
"Panggil aku Hyung! Lagipula itu hanyalah sebuah kesalah pahaman, aku sudah memaafkannya."
"Jika itu hanya sebuah kesalah pahaman kenapa kau sampai repot-repot pergi dari rumah itu, bahkan menangis selama dua jam." Ujar Sungchan sinis. Jaemin terkekeh.
"Aku sedang dalam suasana hati yang tidak baik saat itu, kau tau sendiri." Helaan nafas keluar dari yang lebih muda.
"Aku tidak punya hak untuk melarangmu juga. Tapi ingat, jika dia berani menyakitimu lagi, bilang padaku dan akan kubuat dia menyesal."
"Baiklah, Sungchanie~~"
Benar saja, satu jam kemudian Jaemin kembali ke rumah itu dengan dua koper di tangannya. Keadaan rumah sedang sepi, mungkin mereka semua berada di kamar masing-masing. Ia membuka pintu kamar Jeno dan mengulas senyum lebar saat mendapati lelaki itu baru saja keluar dari toilet.
Tanpa basa-basi Jeno kembali mendekap kekasihnya itu dengan erat.
"Biarkan aku masuk." Ucap Jaemin. Jeno pun melepas tubuh Jaemin dan membawa kedua koper berukuran lumayan besar itu ke dalam kamarnya.
"Tidak apa kan jika aku tidur di kamarmu?" tanya Jaemin sambil duduk di ujung kasur. Jeno terkekeh.
"Selama itu kau, aku tidak masalah."
"Bahkan jika aku memberantaki kamar ini?" Jeno mengangguk.
"Bagaimana jika aku ubah kamarmu?" kembali mengangguk.
"Bagaimana kalau aku membuat kamar ini semuanya pink?" lagi-lagi Jeno mengangguk.
"Dasar bucin!" Jaemin memukul pelan perut Jeno yang berdiri menjulang di hadapannya.
"Hanya untukmu."
tbc.
Mari kita selesaikan konfliknya, saatnya uwu uwu an.
KAMU SEDANG MEMBACA
from home || nomin
Fanfiction[scholl au] [nomin] Paman Na khawatir jika putra satu-satunya akan merasa tidak nyaman di tempat tinggal barunya, tapi kenyataannya Jaemin malah menemukan 'rumahnya' disana. vote and comment! 23/04/21