Di hari kedua, mereka melakukan games. Semua murid telah dikumpulkan untuk melakukan permainan yang pertama.
"Baiklah! Aku akan menjelaskan cara bermain permainan ini. Sangat mudah. Di setiap barisan kelompok paling depan sudah tersedia ember berisi air, kalian hanya perlu mengopernya dengan mangkuk yang kalian pegang. Kelompok yang mengumpulkan air terbanyak akan menjadi pemenang dan mendapat hadiah makan malam spesial nantinya!" murid-murid bersorak senang dan semangat.
"Kita mulai dalam tiga! Dua! Satu!"
Seketika tempat itu menjadi ricuh.
"Ayo cepat-cepat!"
"Hati-hati dong! Aku belum siap, bodoh!"
"Yak! Yak! Kau menyiram celanaku!"
"HAHAHAHA HYUNJIN NGOMPOL!"
"Sialan!"
Jaemin mengambil air dari mangkuk Haechan dengan baik kemudian mengopernya. Sekedar informasi, Jeno berada di kelompok yang berbeda, sedangkan Mark berdiri di depan karena ia adalah anggota osis. Jaemin menengok ke arah kelompok Jeno yang terlihat ricuh namun lelaki itu tampak tidak terganggu. Tiba-tiba kedua mata mereka bertemu. Baru saja Jaemin ingin melempar senyum, ia sudah merasa tubuhnya disiram. Jaemin menganga sedangkan Jeno yang melihat itu tertawa.
"LEE DONGHYUCK!" yang dipanggil menoleh kemudian menahan tawa.
"Hahahahahahhaah! Ada apa denganmu?! Kenapa basah semua?" tawa Haechan berhenti karena ia juga merasa guyuran air dari depan.
"YAK! LEE FELIX!"
"Oh? Hahahahahhahah! Maaf Chan, makanya fokus dong!" Akhirnya mereka melanjutkan permainan meskipun sesekali saling beradu mulut.
"Pemenangnya adalah... Tim tujuh!! Selamat!" Murid-murid dari tim itu bersorak senang, murid lain menatap mereka iri tapi tetap bertepuk tangan.
"Huaaa aku juga ingin makan steak." Haechan merengek.
"Kau tidak ditakdirkan untuk itu." Kata Jaemin dengan tenang membuat Haechan mendelik tidak suka.
"Sekarang saatnya.... Berperang!!" Para anggota osis menyiramkan air dari tong besar ke seluruh murid membuat mereka berhamburan. Yang lain pun tidak mau kalah, mereka menggunakan wadah-wadah di sekitar mereka untuk menyiramkan air.
Jaemin berdiri kemudian berjalan ke pinggiran, mencari aman. Tanpa ia ketahui, Jeno berjalan di belakangnya membawa seember air.
Byur!
Pemuda Lee itu mengguyur seluruh tubuh Jaemin, tidak lupa meninggalkan embernya di kepala si manis.
"Sialan! Yak, Lee Jeno!" Jaemin berlari mengejar Jeno yang sudah kabur lebih dulu.
***
Jaemin, Jeno, Haechan, dan Mark duduk bersama di kursi panjang dengan santapan sore dihadapan masing-masing. Sedari siang, Jeno masih membujuk Jaemin untuk memaafkannya. Pasalnya karena kejadian kejar-kejaran itu, Jaemin harus terpeleset di tengah-tengah murid dan berakhir ditertawakan.
Sakit sih tidak terlalu, tapi malunya..
"Jaemin-ah, jangan mengacuhkanku." Tangan pria Na itu digoyang-goyang namun ia tetap tidak acuh.
"Rasakan." Kata Mark tanpa suara. Jeno memutar bola mata malas.
"Na, maafkan saja. Lihat dia, menyedihkan sekali." Jaemin pura-pura tidak mendengar perkataan Mark.
"Benar, maafkan aku ya?"
"Si bodoh ini tidak sadar direndahkan apa bagaimana?"
"Berisik! Makan sana!" sahutnya.
"Aku tidak akan makan jika kau tidak memaafkanku." Ucap Jeno santai. Ia menopang kepala di tangannya yang ada di meja.
Haechan mencolek lengan Mark dan menarik lengan kekasihnya itu lalu keduanya pergi diam-diam, tanpa diketahui Jaemin.
"Mengapa kau bisa menyebalkan seperti ini?!" tanya Jaemin dengan frustasi.
"Aku memaafkanmu, sekarang makan!"
"Kau tidak tulus." Menghela nafasnya dalam, Jaemin kembali menoleh ke arah Jeno dengan senyum manisnya. Dibalas dengan senyum yang sama manisnya.
"Lee Jeno, aku memaafkanmu. Sekarang makan ya? Kau bisa sakit jika tidak makan sedari siang tadi, aaaa~~"
Tanpa sadar Jaemin mengambil sendok miliknya berisi nasi dan lauk lalu menyuapkannya ke mulut Jeno. Jeno tetap membungkam mulutnya.
"Tok tok tok, sendok mau masuk." Beberapa murid yang lewat menatap gemas pasangan itu. Karena terlalu lama, Jaemin menekan kedua pipi Jeno hingga bibirnya mengerucut. Lupa dengan tujuan awalnya, Jaemin malah terbahak.
"Lwepwas." Ucap Jeno, alisnya menukik. Setelah menaruh sendok, Jaemin menggunakan kedua tangannya untuk bermain-main di pipi Jeno yang lumayan tembam. Ia menarik kedua pipi itu dengan gemas.
"Akh!!" tawa Jaemin makin menggelegar.
"Sakit, Na Jaemin." Jeno menjauhkan kedua tangan Jaemin kemudian gantian mencubit keras dua pipi berisi itu.
"AKH!!" kini tawa Jeno yang terdengar. Ia menekan kedua pipinya membuat bibir merah Jaemin mengerucut.
"Hahahhahah! Lihat wajahmu, seperti ikan buntal." Jaemin mengernyit kesal.
"Mwatamu!" seru Jaemin tiba-tiba sambil menunjuk mata Jeno.
"Ada apa?" tanya Jeno bingung. Kedua tangannya sudah lepas dari wajah si manis.
"Eye smile! Tampan sekali~"
Setelah mengatakan itu Jeno memeluk Jaemin lalu sengaja mengusakkan wajahnya ke leher Jaemin hingga membuat lelaki itu kegelian dan memberontak sambil tertawa.
Orang-orang yang melihat kejadian itu cukup terpana karena mereka jarang melihat seorang Lee Jeno tertawa bebas. Apalagi sampai memeluk seseorang seperti itu.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
from home || nomin
Fanfiction[scholl au] [nomin] Paman Na khawatir jika putra satu-satunya akan merasa tidak nyaman di tempat tinggal barunya, tapi kenyataannya Jaemin malah menemukan 'rumahnya' disana. vote and comment! 23/04/21