02

466 55 17
                                    

"Hummmm... wanginya, bau apa nih?"

"Bau kentut."

"Ihhhh siapa yang kentut? Ko ga ada suara sama bau nya?"

"Siapa yang peduli."

Tsuki berjalan menuju meja makan,disana sudah disajikan berbagai macam masakan. Tentu saja bunda nya yang seorang 'mantan' bidan ini yang memasaknya.

"Tsuki,kentut?" Tsuki menatap yachi dengan pandangan aneh. Sedangkan ayah dan bundanya hanya menggelengkan kepalanya.

"Jangan ngada ngada,lo yang kentut ga ngaku kan." Yachi menarik kursi yang tadinya berada diantara kolong meja,karna kursi itu cukup berat yachi menyeretnya dan menimbulkan bunyi yang aneh.

"Brisik!"

"Kursi nya berat."

"Jangan lebay deh, cuma kursi doang."

"Tapi ini serius beratt."

"Alesan!"

"Ih pantesan berat--" semuanya terdiam atas penuturan kata yachi.

"Orang ada si meng." Seketika semua orang mendongak kebawah kecuali tsuki,ternyata di kursi itu terdapat seonggok 'majikan' yang sedang
🌌mengrebahan🌌.

"Hus hus!" Tsuki hanya menatap datar pada pemandangan didepannya.

"Mau makan sama apa chi?" Tanya bunda tsuki.

"Em.. bentar bund." Yachi mengambil satu buah piring,lalu diambilnya tiga siukan (ane tida tau bahasanya🤏).

"Buset makan lu sebakul, buat makan berapa hari tuh?" Sahut tsuki. Ia tidak mengambil makannya,ia lebih memilih minum air putih dulu.

Yachi masih sibuk dengan piring ditangannya,tidak menjawab pertanyaan tsuki.

"Nahkan,intinya nanti pas aku masuk kuliah aku mau ngekos,gamau satu rumah sama dia. Liat,makannya aja udah mirip kuli bangunan." Bunda tsuki yang duduk disebelahnya pun menepuk pundak anaknya pelan.

"Gak boleh gitu kei, ga baik."

"Terserahlah." Baru saja tsuki mau mengambil piringnya,tapi ia dibuat terdiam oleh tingkah yachi.

"Nih buat tsuki." Tsuki menatap piring yang isinya penuh oleh makanan,lalu menatap wajah yachi. Kddua orang tuanya hanya bisa menahan tawa.

"Jangan ketawa kalian!"

"Eh? Ko ga dimakan? Apa masi kurang? Yachi ambilin lagi ya." Yachi udah berdiri dan bersiap menyiuk kembali nasinya.

"Gak! Lu kata gua apaan,makan porsinya se-RT begini." Yachi mengedipkan kedua matanya,menampilkan wajah yang super polos. Tsuki malah menatapnya jijik.

"Mana ada orang yang makan porsinya segini?! Gila kali." Yachi memiringkan kepalanya. "Lagian gua masih bisa ngambil makan sendiri,tangan gua masih berfungsi. Gak usah caper deh."

Yachi menatap bunda tsuki dengan tatapan 'ko tsuki kaya gitu bund?'

"Gua gajadi makan kalo gini, mau makan diluar aja." Tsuki berjalan keluar dari meja makan dan pergi keluar rumah.

Bunda dan ayahnya saling menatap. Tidak tahu harus berbuat apa saking speechless-nya.

"Kata bunda,tsuki bakal suka kalo diambilin makannya. Ko tsuki malah marah?" Yachi menunduk,wajahnya tampak sedih. Bunda yachi menghampirinya.

"Sabar ya sayang, tsuki sebenernya baik kok." Sahut ayah angkatnya.

"Iya bener,tsuki itu sebenernya punya hati yang lembut. Cuman dia nya aja yang gak mau nampilin. Udah jangan dipikirin,kamu makan aja ya chi." Yachi mengangguk pelan.

"Tapi bund,tsuki beneran suka kan kalo makannya diambilin?" Ayah dan bunda tsuki kembali saling menatap.

"I-iya.. tapi dalam porsi yang sedikit,gak banyak banyak. Dari dulu tsuki susah makan chi, porsi makan dia secukupnya." Yachi menatap piring yang ia siapkan tadi.

"Yauda deh, yachi aja yang makan." Bunda tsuki kaget.

"Eh? Sanggup?"

Baru aja yachi mau ngambil piring tadi,eh tsuki balik lagi.

"Tuhkan,liat. Gimana nanti kalo udah nikah trus tinggal berdua, satu hari beras satu karung ga bakal cukup. Itu perut atau vacuum cleaner? Gak sudi nikahinnya juga." Ayah yachi udah ngehela nafas,lagi makan diganggu mulu.

"Jaga bicara kamu kei!"

"Yayaya--"

"Tsuki mau makan? Sini, yachi ga jadi makan punya tsuki kalo tsuki mau makan disini." Tsuki menoleh sekilas,lalu mengabaikan yachi.

"Malas." Tsuki balik lagi kerumah karna lupa membawa ponsel,soalnya tsuki mau mesen makanan di online. Tapi makannya bukan dirumahnya,tsuki berniat makan dirumah yamaguchi,teman seperjulidannya.

"Yachi! Semangat! Ayah dukung kamu!" Teriak ayahnya tsuki sambil menggetokkan sendoknya kepiring.

"Brisik ayah!" Sahut istrinya.

"Maaf ayah terlalu semangat--intinya kamu yang sabar aja ya chi, lama lama juga tsuki luluh,ayah yakin banget." Yachi mengangkat kepalanya,dan tersenyum.

"Makasih dukungannya ayah!" Bunda tsuki hanya tersenyum menanggapinya.

"Em bunda,ayah.. emangnya kenapa yachi harus sabar buat tsuki?"

"Ya kamu harus dapetin hati nya tsuki." Jawab ayah tsuki sambil memasukan sendok itu ke mulutnya.

"Ah yachi gamau." Seketika kedua calon mertuanya itu terdiam sambil saling bertatapan,tatapan was was dan bingung.

"Kenapa nak? Ceritain ke bunda." Ayah tsuki mengangguk.

"Kalo yachi ambil hati tsuki,nanti tsuki mati."

Tbc

Comment and vote if you like this story🌟.

𝐓𝐒𝐔𝐊𝐈𝐒𝐇𝐈𝐖𝐈𝐅𝐄  [ 𝐓𝐒𝐔𝐊𝐈  𝐗  𝐘𝐀𝐂𝐇𝐈 ] 𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang