35

1.3K 64 0
                                    

Happy reading.
.
.
.
.
.
.
Taeyong menatap lamat-lamat wajah tampan didepannya.
"Appa kapan bangun ya eomma?"
Taeyong hanya menggeleng. Ia berusaha tegar demi anak-anaknya sekalipun nanti jaehyun tidak bertahan lagi.
"Kita tunggu aja gyu"
Taeyong menatap monitor lalu menatap beomgyu.
"Bagaimana dengan pertunangannya?"
"Besok pertunangan beomgyu dengan taeyun jadi jangan sedih"
Beomgyu hanya mengangguk lalu melangkah pergi meninggalkan taeyong yg hanya bisa menatap kepergian beomgyu.
.
.
.
.

Cklek..
"Ten"
Ten hanya tersenyum sembari membawakan sebungkus makanan. Ia datang bersama haechan dan johnny namun anak dan ayah itu pergi entah kemana.
"Dimana haechan dan johnny?"
"Ah...mereka pergi ketaman sebentar makanlah!"
"Terimakasih ten"
"Sama-sama"
Ten menduduki kursi didekat ranjang jaehyun. Taeyong masih enggan meninggalkan tempatnya..
"Bagaimana keadaanya?"
"Masih sama"
Ten mengangguk lalu menepuk pelan punggung sahabat kecilnya.
"Apakah jungwoo ikut bersama kalian?"
Ten menggeleng lalu ikut mencari keberadaan jungwoo.
"Aku rasa ia ada sedikit masalah jadi ia tidak datang"
"Apa ini ada hubungannya dengan lucas?"
"Maybe"
Cklek...
"Aku datang maaf terlambat"
"Panjang umur kan"
Taeyong hanya tersenyum kecil.
Ia kira ia akan menjalani masa-masa sulit sendiri.
"Ten sejak kapan kau disini?"
"Aku baru saja tiba"
"Dimana lucas?"
"Dikantin dengan jaemin dan jeno"
Ten tersenyum mesum lalu menarik tangan jungwoo agar duduk disofa bersama dirinya.
"Kapan anakmu memberimu cucu?"
"Tenang saja jeno sudah membuatkannya"
Jungwoo membulatkan matanya terkejut mendengar perkataan taeyong.
"Apa maksudnya?!"
"Dia tidak tahu...kikikikik"
"Heh apa maksud kalian tadi sobat?"
"Ya jeno sudah memperkosa jaemin itu yg kudengar dari mark"
"Apa?!!"
Ten dan taeyong terkejut.
"Ah...berarti aku akan segera menjadi nenek ah...jaemin-a"
"Aku kira kau marah?"
"Tidak mungkin baiklah aku akan mempersiapkan tanggal untuk anakku menikah"
"Aku setuju tapi aku menunggu dia bangun"
Tatapan mereka menyendu setelah melihat sahabat mereka menunggu jaehyun bangun dari komanya.
"Semoga saja dia kuat bertahan"
"Ya"
Ten dan jungwoo diam larut dalan kesedihan.
Cklek...
Tatapan mereka teralih pada lucas dan johnny yg baru saja masuk.
"Kalian sudah makan?"
Mereka hanya mengangguk lalu melihat taeyong.
"Aku sudah makan"
Lucas mendekati brangkar jaehyun lalu membisikkan kata-kata yg membuat johnny hampir menangis.
"Jaehyun jika kau bisa bertahan bertahanlah demi kami namun jika tidak bisa aku merelakanmu pergi asal kau bahagia"
Taeyong menghapus air matanya lalu menatap ten yg langsung memeluknya..
"Dia namja kuat aku yakin itu"
Jungwoo dan lucas saling bertatapan lalu lucas menarik tangan jungwoo keluar.
"Ada apa?"
"Aku lapar tadi aku belum makan?"
"Huft...baiklah"
.
.
.
.
.
.
.
"Aku tidak yakin karena harapan yg sangat kecil"
Ten menatap renjun tajam.
"Apa maksudmu? dia namja kuat"
"Aku tahu nona namun mengingat luka yg dialami pasien bukan luka biasa saya tidak bisa berbuat apa-apa"
Ten menghembuskan nafasnya kasar.
"Saya permisi"
Renjun mengangguk.

Ten membuka pintu dengan kasar .
Ia datang kerungan dokter untuk menanyakan bagaimana keadaan jaehyun dan kemajuan yg dialaminya..
"Bagaimana ini?"
Ucapnya sembari mengacak surainya.
"Apa aku harus memberi tahukan kepada taeyong yg benar saja"

'Harapan sangat kecil'
Perkataan dokter muda itu terlintas dipikiran ten saat ia membuka pintu kamar rawat jaehyun.
"Huft...aku harap kau sabar taeyong"
.
.
.
.
.
.
.

1 bulan kemudian...
Cklek...
Taeyong menghembuskan nafasnya kasar lalu menatap jaehyun yg masih terlelap dialam bawah sadarnya..

Pikirannya masih ingat dimana dengan jelas jaehyun henti jantung..
"Jika kau memilih menyerah aku akan baik-baik saja hiks.."
Runtuh pertahanan yg ia bangun.
"Maafkan aku"
Hening hanya ada suara monitor yg menyahut ucapannya..
"Menyerah jika kau tidak mampu bertahan aku baik-baik saja jae"
"Kau tidak usah cemas mark dan jeno yg akan menjagaku"
"Aku akan menyusulmu nanti hikss"

Tit.......
Taeyong menekan tombol merah disamping brankar jaehyun dan lansung berlari keluar setelah dokter masuk.

Renjun menghela nafas kasar setelah melakukan cpr yg tidak ada berubah pada garis dimonitor.
Lalu berjalan keluar.
"Dengan keluarga pasien bisa ikut saya kerumah sakit"
Taeyong berjalan sendiri keruangan renjun.
Cklek...
"Bagaimana dengan keadaan suami saya?"
Renjun menghela nafas panjang lalu menatap wajah taeyong.
Lalu menyodorkan secarik surat.
"Kami turut berduka dan mayatnya bisa langsung dibawa pulang atau ingin menginap?"
Ucapnya lembut ketika taeyong selesai membaca surat yg isinya memuat bahwa jaehyun sudah meninggal beserta keterangannya.
"Saya akan mengambilnya nanti saya permisi"
Renjun tersenyum lalu mengangguk.

Taeyong keluar dari ruangan dengan lemas. Tubuhnya lemas.
"Tae"
"Apa salahku ten kenapa dia meninggalkanku?"
"Apa maksudmu? jaehyu kuat tae"
Taeyong hanya menggeleng lalu masuk kedalam ruangan jaehyun yg sudah diselimuti kain putih.
"Terimakasih untuk semuanya tunggu aku"
Cup
Taeyong mencium jidat jaehyun lama. Air matanya mengalir begitu saja membasahi wajah pucat yg sudah tidak bernyawa itu.
Lucas dan johnny memeluk tubuh jaehyun menangis lirih.
Jeno dan mark menahan mati-matian agar isakannya tidak terdengar.

"Eomma ada apa?
Beomgyu baru tiba dan langsung kaget setelah melihat semuanya menangis dengan jaehyun yg suda pucat.
Matanya memanas dan melihat kearah monitor.
Lurus...
"Appa nggak mungkin kan?"
Taeyun mendekap tubuh beomgyu menguatkan calon suaminya kelak.
"Eomma appa-"
"Appa sudah tenang gyu"
"Enggak appa nggak boleh pergi ninggalin beomgyu"
Taeyong hanya bisa mendekap anak bungsunya yg pasti mengalami syok berat.
"Semalam appa baru aja main sama beomyu eomma"
"Eomma tahu"
Beomgyu melepaskan pelukan taeyong lalu melihat kearah wajah jaehyun.
"Beomgyu sayang appa"
Cup
Tes
"Selamat tinggal jaehyun tunggu kami ya"
.
.
.
.
.
.
TBC

Saranghae✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang