Tempat pulang

92 67 68
                                    

(Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif)
Terlihat Bima terus menghubungi nomer telephone yang sengaja tidak di aktifkan Jesna. Laki-laki itu cemas karena sudah larut malam tapi kekasihnya belum pulang. Beberapa kali Bima mencoba menghubungi teman-teman kampus untuk menanyakan keberadaan Jesna namun tak ada satupun mengetahui kemana perginya. Bahkan Bima sempat mendatangi tempat makan langganan mereka juga ke tempat yang sering Jesna kunjungi ketika bertengkar, tapi Jesna tak dijumpainya juga.
Hujan hebat yang senang membasahi kota  akhir-akhir ini tak menjadikan halangan bagi Bima untuk tetap pergi keluar mencari kekasihnya.

Disisi kota berbeda, Dari ruang tamu yang hening ditemani secangkir teh manis yang sudah dingin, terlihat wanita setengah tua sedang duduk berdua dengan suaminya sambil melamun dan sesekali wanita itu meneteskan air mata. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar, wanita itupun bergegas pergi untuk membuka pintu.

"Ibu....." suara Jesna yang baru saja tiba itu terdengar lemah sambil memeluk sang ibu

Sambil menangis Shakia tetap menyambut hangat pelukan putri tercintanya itu seperti pelukan pertama saat Jesna dilahirkan ke dunia ini. Walaupun hatinya masih sangat diselimuti rasa kecewa karena siang tadi ia mendapati telephone dari kampus bahwa Jesna sudah tidak dapat berkuliah disana lagi namun ia tetaplah seorang ibu yang penuh kasih sayang bagi sang putri semata wayangnya. Tak lama Arga menyusul di belakang dan sesekali ikut menangis mengingat ia tak sanggup jika harus marah dan mengeluarkan kata yang menyakiti putrinya. Padahal jelas mereka memiliki hak untuk marah atas ulah keterlaluan Jesna, tapi rasa sayang besar yang di miliki Shakia dan Arga selalu mengubur kecewa yang di buat anaknnya itu.

"Maafkan aku bu maafkan aku..."
Rasa kecewa dan sakit didalam hatinya membuat Jesna mengingat betapa gagal ia menjadi seorang anak bagi ayah dan ibunya. Terbesit dalam pikirannya bahwa hanya keluarga tempatnya pulang, dimana ia kembali dari segala riuhnya dunia, disitulah ia merasa aman dengan cinta dan ketulusan yang menghangatkan.

"Sudahlah nak, kita masuk saja dulu."

Di dalam ruang tamu dengan sangat hati-hati agar tak ada kata yang menyakiti, Arga dan Shakia terus menasehati Jesna. Sambil Jesna yang terus menangis dan meminta maaf. Akhirnya Jesnapun kembali pulang dan beristirahat dirumahnya tanpa bicara dulu pada Bima.

Keesokan hari saat matahari sedang terik-teriknya Jesna baru saja bangun dan keluar dari kamarnya, ia memang  tidur saat hari sudah pagi karena terus menangis mengingat Bima.
Ternyata Bima sudah berada di teras rumah bersama ayah dan ibu karena sudah pasti Bima menghubungi mereka untuk menanyakan Jesna.
Berlarilah dia keluar dan mengusir Bima dengan suara yang begitu menyakiti telinga.

"Pergi dari sini, sungguh menjijikan aku melihat wajahmu ada di depan mataku!!"

"Apa maksudmu Jesna? Aku mencarimu semalaman tanpa tidur, terus menghubungimu tanpa henti. aku senang melihatmu ternyata pulang dan baik-baik saja sekarang"

"Dan apa maksudmu kembali kesini tanpa malu setelah semua yang kamu lakukan padaku? selalu menyakitiku, selalu membuatku menangis?"

Awalnya Bima mengira Jesna pulang ke rumah akibat sedih dan kecewa dirinya telah di keluarkan dari kampus, selama di perjalanan Bima sudah menahan kekesalan dan akan marah besar pada Jesna karena pergi tanpa seizin dirinya. Tapi melihat Jesna mengusir mentah-mentah Bima yakin bahwa kemarin Jesna sempat pulang dan melihat dia sedang bersama perempuan lain.

"Jesna tidak mungkin begini jika hanya masalah kuliah bahkan sebelumnya kita masih sangat baik-baik saja. Apa mungkin dia.... jangan-jangan kemarin dia melihatku bersama wanita lain di kosannya" dalam hati Bima menggerutu.

"Tolong jangan begini Jesna bicaralah yang baik pada Bima" Arga memotong perdebatan mereka.

"Ayah tolong jauhkan dia dariku! dia telah sangat menyakitiku ayah. Aku mohon lindungi aku"

Entahlah seorang ayah memang selalu menjadi pelindung pertama ketika anak wanitanya disakiti, selalu siap siaga dalam mengulurkan tangan ketika putrinya terjatuh.
Bagaimana tidak? Ayah adalah cinta pertama seorang anak perempuan. Walaupun yang kita tahu Arga bukan orang tua kandung dari Jesna namun tetaplah ia yang rela memberikan hidup dan mati demi kebahagiaan putrinya.

Jesna terus saja mengulang kata itu sambil ia teriakan dengan begitu kencang. terlihat bahwa kali ini ia benar-benar lelah dan sangat kecewa dengan apa yang Bima lakukan. Mungkin karena ini bukan kali pertama Bima berselingkuh namun kesekian kali. Dan parahnya mereka sedang melakukan hubungan badan di tempat biasa dirinya dan Bima tinggal. Sampai akhirnya Arga meminta Bima untuk pergi pulang dengan niat memberi kesempatan Jesna untuk sedikit tenang.
Bima lalu pergi dengan yakin bahwa besok atau lusa Jesna akan memberinya kabar dan balik meminta maaf padanya seperti yang biasa wanita itu lalukan.

Terkadang Cinta memang memaksa kita menemukan kegagalan demi menghargainya. Karena hanya orang-orang tertentu yang dapat menghargai hadirnya cinta, mereka saling menghormati, mengasihi, dan mengingatkan demi kebaikan diri. Demi menyelaraskan bentuk cinta yang sebenarnya sering ditemukan beberapa hal yang kadang harus lebih dulu terjadi, seperti kekecewaan, kesedihan, penghianatan, hingga penyesalan. Tapi cinta selalu saja rela hadir dengan segala bentuknya sampai pada waktu paling tepat siapapun akan sadar semakin kita menghargai sebuah cinta maka kebahagiaan-kebahagiaan akan segera terbentuk.

Tak banyak waktu untuk menyesal yang ada hanya sisa waktu untuk memperbaiki.

HAKIKAT WANITA (CONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang