Harga Diri

61 34 83
                                    

"Mengapa para petinggi bebas menyuarakan janji-janji palsu mereka sementara suara kami di matikan begitu saja?"

"Kami tidak pernah meminta anda berjanji, tapi apakah salah jika menuntut keadilan di negeri kami sendiri?"

"Siapa bilang negeri ini milik kami? Jika pada nyatanya kemerdekaan hanya di miliki para penguasa negeri"

"Kami hanya numpang tinggal dalam tempat penuh penindasan."

"Apa saya harus menjadi koruptor agar memerdekakan diri sendiri? Berakhir dalam jeruji besi yang terfasilitasi? Kemudian keluar dan bebas berlalu lalang kembali?"

SHAGIF MUHAMMAD.

"Shagi tulisanmu di Mading trending di sosial media, sebab banyak yang merepostnya bahkan akun-akun kritikus politik haha keren....keren....." ucap Qarem sahabat Shagi sambil memandangi laptopnya.

Sore itu, Shagi dan Qarem tengah duduk di kedai kopi baru milik salah satu rekan kerja mereka.

"Sudahlah aku tidak terlalu perduli, masih banyak pekerjaan yang lebih penting harus kita selesaikan. bagiku tulisan hanya bentuk menyuarakan pemikiran-pemikiran saja." Ucap Shagi menyahuti temannya.

"Wah wah kau ini, tetap saja ini sebuah pencapaian kan?"

"Tentu, tapi tidaklah membanggakan." Shagi tetap fokus mengerjakan tugas kampusnya.

"Jika ini sontak terdengar dan merubah jalan pemikiran salah seorang saja, bagiku itu mampu membawa perubahan walau sedikit" ucap sahabatnya.

"Aku sangat berharap selagi memang positif untuk banyak orang. Ayo selesaikan tugasmu jangan hanya menatap sosial media yang penuh pembodohan itu"

"Hahaha oke-oke baiklah bos!" Qarem tertawa kecil.

Di sisi kota lain Jesna sedang bertemu dengan Ajuri manager Hotel Nuansa Indah. Mereka bertemu di sebuah restoran mewah.

Jesna yang baru pertama kali akan bekerja tentu berangkat penuh persiapan dan semangat. Ia juga sempat memberi tahu Shagi bahwa ia akan bertemu pria itu. Shagi merespon aneh, haruskah seseorang yang akan bekerja pergi bersama managernya ke sebuah restoran? Ia sempat melarang, namun Jesna tetap pada pendiriannya ingin bekerja agar mendapatkan uang tambahan.

"Kamu mau pesan apa Jes?" Tanya Ajuri mencairkan suasana.

"Minum saja pak." Sedari tadi Jesna memang terlihat begitu tegang.

"Makanannya apa?"

"Saya masih terlalu kenyang untuk makan pak terimakasih."

"Ya sudah kalau begitu kamu yang temani saya makan ya?" pinta Ajuri.

"Silahkan pak."

Tak lama minuman datang, mereka mengobrol selama beberapa menit. Namun yang Jesna rasakan pembicaraan mereka sama sekali tidak ada yang menyangkut pekerjaan. Jesnapun kembali mengingat masa lalunya dimana dia sering keluar pergi menemani laki-laki seperti Ajuri.

🔞STOP READERS🔞
🔞INI KAWASAN 18+🔞
(Cerita ini memberikan gambaran, dan diharap dampak yang terjadi membuat kita dapat lebih menjaga diri)

HAKIKAT WANITA (CONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang