Buta berEtika

91 63 92
                                    

(Sore hari di sebuah pusat perbelanjaan)

Setelah hampir setengah jam berkeliling akhirnya Frinka menemukan baju yang ia inginkan, dan tak lupa memilihkan baju untuk Jesna kenakan di acara nanti malam.

"Oh ya Frinka aku membutuhkan jam tangan baru, kamu tahu toko yang bagus?"

"Tentu saja, ayo di sebelah sana"

Frinka dan Jesna memasuki sebuah toko untuk membeli jam tangan yang cocok untuk Jesna. Tak lama ada seorang pekerja terlihat sedang berlarian tidak sengaja menabrak keras dan membuat Jesna terjatuh hingga memecahkan sebuah jam tangan yang sedang ia pegang.

Brukkkkkk....
"Heiii apa matamu ini buta?" Terlihat raut Jesna yang begitu kesal.

"Maaf maaf saya benar-benar tidak sengaja" wanita yang sedang bekerja itu bicara sambil menundukan kepalanya.

"Harusnya kamu bisa lebih berhati-hati. Gajimupun tak akan cukup untuk membayar ulahmu" Frinka menyeka sambil sedikit mendorong bahu pekerja itu.

"Siapa yang bertanggung jawab disini? Aku ingin bicara? Mana atasanmu hah???" Jesna berteriak lagi.

"Jawab sekarang jangan hanya menangis seperti wanita bodoh, oh ya tentu saja matamu juga tak dapat kau gunakan apalagi otakmu" Frinka mendorong pekerja itu hingga terjatuh.

Manager toko menghampiri mereka.

"Mohon maaf, apa yang terjadi sebenarnya?"

Jesna tak segan memarahi manager itu di depan umum.

"Apa yang kalian ajarkan pada wanita dungu ini? Harusnya pembeli itu diperlakukan dengan baik! Untuk apa kalian mempekerjakan wanita buta seperti dia? Toko kecil pegawai tidak sopan benar-benar mengecewakan. Apa semua yang berada disini tidak memiliki otak juga seperti dia? Jika sudah begini bagaimana? Saya tidak sudi jika harus membeli barang dengan keadaan pecah akibat ulah pegawaimu"

"Saya memohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidak nyamanan yang terjadi, mungkin barang yang pecah akan kami retur ke pusat" begitu jawaban dari sang manager.

Lalu datanglah seorang pria yang memotong pembicaraan mereka.

"Biar aku bayar jam tangan yang rusak itu. Apa cukup untuk menyelesaikan permasalahan kalian dan berhenti membuat keributan di tempat ini?" Ucap laki-laki berparas tampan itu.

"Siapa dirimu ini? Kamu sama sekali tidak melihat karyawan ini sangat kurang ajar" Jesna menjawab sambil heran dengan yang di lakukan pria itu.

"Aku bukan siapa-siapa, mataku hanya tak dapat melihat hal tidak menyenangkan seperti ini. wanita pekerja yang kalian caci maki itu baru saja mendapati kabar ibunya yang koma di rumah sakit. Aku tahu karena aku sendiri melihatnya meminta izin pulang pada pemilik toko, dia langsung berlari sambil menangis sebelum ia menabrakmu"

Jesna dan Frinka terdiam. Jesna seketika teringat ibunya, karena pada saat sebelum ia mabuk malam itu sang ibu sempat mengirim pesan singkat memberitahu ayahnya kembali masuk rumah sakit dan juga bicara tentang kondisinya juga melemah akibat kelelahan sehingga tak dapat merawat sang ayah, hingga terpaksa ayahnya di urus oleh saudara di rumah sakit.
Laki-laki itu kembali bicara pada mereka.

"Dimana arti sebuah etika bagi kalian? Tanpa bertanya terlebih dahulu pada wanita malang ini. Tidak seharusnya wanita teriak-teriak dengan bahasa yang kasar, Kalian seperti wanita yang tinggal di hutan tak punya tatakrama pada manusia. Sungguh sangat membuat orang di sekitar tidak nyaman dengan apa yang telah kalian lakukan disini. Cobalah lebih menghargai orang lain dan belajarlah untuk bicara lebih sopan di tempat umum, apa yang kalian lakukan sungguh menutupi paras cantik kalian. sangat miris sekali dan memalukan!"

HAKIKAT WANITA (CONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang