"Ayo putus, Kak"
"Uhuk! Uhuk!"
Yedam tersedak matcha latte yang diminumnya setelah mendengar tiga kata yang diucapkan Doyoung.
"Apa maksudmu?" tanya Yedam, mencoba tak mengerti.
Doyoung menghela nafas.
"Aku ingin kita berakhir,"
"Tapi, kenapa?!"
"Kak, kamu tidak sadar setahun ini hanya aku yang berjuang? Sedangkan kau masih terpaku pada masa lalumu dengan Junkyu Sunbae yang kini sudah bahagia bersama Mashiho Sunbae,"
Yedam terdiam. Genggaman pada gelas minumannya mengerat. Matanya tak fokus menatap sekitar.
Memang benar. Selama setahun mereka pacaran, Yedam masih terbayang sosok seorang Kim Junkyu. Masa lalunya, sekaligus sahabat baiknya.
Yedam sudah berusaha keras selama ini untuk melupakan sosok itu. Namun pada nyatanya, dia tidak bisa. Sosok Kim Junkyu untuk seorang Bang Yedam belum bisa tergantikan.
Bahkan hal itu membuat dirinya tanpa sadar menjadi orang jahat untuk Kim Doyoung. Sosok lelaki yang lebih muda darinya setahun, namun begitu tulus menyanyanginya.
Tapi Yedam malah menyakiti lelaki itu.
"Maaf,"
Yedam rasanya ingin menangis saja. Namun dia berpikir lagi, bahwa dia tidak pantas untuk menangis. Karena dia penjahatnya.
Doyoung menghela nafas berat. Lelaki itu menggeleng kecil.
"Sudahlah. Aku akan memberikan waktu untukmu menuntaskan masalah perasaanmu itu, Kak Yedam. Dan selama itu, mari kita akhiri saja hubungan ini."
Yedam menunduk. Terdengar isakan kecil dari lelaki manis itu. Dia tidak kuat menahan diri untuk tidak menangis.
"Tapi ini bukan berarti aku tidak lagi mencintaimu, Kak Yedam. Aku hanya ingin memberimu waktu memikirkan kembali perasaanmu. Aku juga tidak ingin menghalangi perasaanmu. Mengikatmu menjadi pacarku, padahal kau sama sekali tidak menyukaiku. Gunakan waktu selama aku tidak ada untuk memikirkan itu. Ingat, aku masih dan selalu menyanyangimu. Kau tahu itu," lanjut Doyoung.
Yedam menggigit bibirnya, berusaha sekeras mungkin menahan suara tangisnya.
"Aku pulang duluan. Ada janji makan malam bersama Ayahku yang baru pulang dari Jepang. Jaga dirimu, Kak. Temui aku jika kau sudah menyelesaikan masalah hatimu," Doyoung tersenyum, berusaha tulus seperti biasa namun terlihat miris.
Lelaki itu berdiri, menyempatkan diri mengacak surai hitam Yedam. Sebelum pergi meninggalkan Yedam sendirian di dalam kafe tempat mereka mengobrol tadi.
"Maafkan aku, Doyoung. Maafkan aku,"
Yedam menutup wajahnya dengan telapak tangan. Terisak kembali dengan posisi kepala menunduk.
Pada akhirnya, dia sendiri yang membuat sosok setulus Doyoung, pergi meninggalkannya.
"Aku bodoh. Aku jahat. Maafkan aku, Doyoung."
Yedam kembali ke rumah dengan keadaan kacau.
Rambutnya terlihat kusut. Bajunya juga tidak rapi. Wajahnya lesu.
Kakak Yedam, Bang Chan, yang tengah mengerjakan tugas kuliah di ruang tengah rumah mereka, sedikit terkejut melihat kondisi adiknya itu.
Padahal sebelum berangkat tadi, dia begitu ceria. Apalagi Doyoung menjemputnya.