Terinspirasi dari drama Splash Splash Love, Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo, dan Mr. Queen.
Di mana pemeran utama 'menyebrang' ke zaman kerajaan. So, bisa ditebak kan alur cerita ini bakalan gimana?
Ini lumayan panjang,
But, enjoy!
***
"Saya menyesal memiliki anak seperti kamu, Kim Junkyu. Kamu benar-benar tidak berguna,"
Junkyu memejamkan matanya dengan kepala tertunduk dan tangan terkepal erat.
"Empat tahun kamu kuliah, tapi tidak bisa menjadi yang pertama? Saya rasa sia-sia saja membiarkan kamu kuliah di jurusan yang kamu minta. Harusnya kamu di manajemen untuk bisa meneruskan perusahaan saya, bukan malah menggambar tidak jelas di jurusan kamu."
Junkyu semakin mengepalkan tangannya.
"Saya dulu memberi izin karena Ibumu meyakinkan saya bahwa kamu lebih berpotensi di bidang itu. Tapi buktinya apa? Kamu hanya bisa membawa IPK 3.80 dan tidak menjadi yang terbaik pertama. Saya benar-benar kecewa,"
Junkyu sudah lelah.
"Jika saya melanjutkan di manajemen pun saya rasa nilai saya akan lebih rendah dari ini, Appa." kata-kata Junkyu penuh penekanan.
Pria paruh baya yang sedang duduk di kursi depan Junkyu menggeram kesal.
"Harusnya kamu tidak dilahirkan dulu. Adikmu Doyoung lebih berpotensi membanggakan keluarga,"
Junkyu tersenyum sinis.
"Ah, berarti kehadiran saya sudah tidak diperlukan lagi di sini, begitu kan Tuan Kim?"
Pria paruh baya itu hanya diam. Junkyu melanjutkan perkataannya.
"Jika seperti itu, mulai hari ini saya bukan bagian dari keluarga anda. Terimakasih, saya permisi."
Junkyu membungkuk sekilas dan pergi dari sana. Meninggalkan sosok tua itu dengan segala pikiran berkecamuk.
"Hyung gak bener-bener mau pergi kan?"
Doyoung, adik seorang Kim Junkyu yang memiliki segala jenis prestasi, saat ini tengah mengekori Junkyu yang sedang mengeluarkan barang-barang miliknya.
Junkyu menghela nafas lelah.
"Saya lelah, Kim Doyoung."
Doyoung menatap tidak percaya. "Hyung, 'saya'? Gak, ini bukan Kim Junkyu."
Junkyu menghentikan aktivitasnya.
"Kamu tetap adik saya, adik kesayangan saya. Tapi saya sudah lelah berada di keluarga ini, Kim."
"Kalo gitu ajak aku juga, Hyung!"
Junkyu menggeleng. Maju selangkah dan menepuk pundak Doyoung.
"Kamu harus tetap di sini. Jaga Eomma, ya?"
"Tapi--"
"Buat saya bangga memiliki adik seperti kamu, Kim Doyoung."
Doyoung menggigit bibir bagian dalamnya. Air mata lolos mengalir melewati pipi.
"Hey, gak boleh nangis. Nanti kamu di ejek Jeongwoo lagi,"
Doyoung terkekeh disela tangisnya.
"Dia lebih cengeng dari aku,"
Junkyu tertawa. Memeluk Doyoung sebentar.