setelah 3 kali konsultasi, akhirnya psikiater yakin sama analisisnya kalau jeongwoo ngalamin gangguan stres berat karena trauma masa lalunya. menurut analisis psikiater, jeongwoo mulai ngalamin gejala trauma ini mulai dari kelas 8 SMP. tapi karena waktu itu jeongwoo terbilang jauh dari rosè, jeongwoo ngalamin masa-masa awal stres itu sendirian.
di pertemuan keempatnya sama psikiater, jeongwoo dikasih resep beberapa obat-obatan. rosè gabisa temenin jeongwoo hari ini, jadi jeongwoo minta yujin buat temenin dia ketemu psikiater.
"jeongwoo, intinya kamu jauhi segala hal yang bikin kamu gak nyaman. gausah terlalu banyak pikiran. ingat, masih ada banyak orang yang sayang sama kamu. yakin kalau pelan-pelan kamu bakal sembuh, oke?"
dengan senyum manisnya, jeongwoo ngangguk sambil tangannya terulur buat nerima selembaran bertuliskan resep obatnya.
"makasih banyak, dokter kim."
jeongwoo sama yujin keluar dari ruangan. tapi pas mereka jalan, langkah yujin tiba-tiba berhenti dan cewek itu noleh ke belakang dengan tatapan yang gabisa diartikan.
"kenapa, jin?"
"gatau, gue ngerasa ada yang merhatiin gitu."
jeongwoo ketawa sambil nepuk bahu yujin pelan, "suka ngaco lo mah," katanya sebelum jalan ngedahuluin yujin.
sedangkan yujin masih natap ke belakang dengan tatapan memicing. setelahnya, cewek itu menggeleng pelan dan nyusul jeongwoo.
🥀
psikiater itu noleh ke seseorang yang masuk ke ruangannya dan duduk santai di hadapannya. lantas dia ngehela napas dan lanjut ngerapihin berkas-berkas rekam medis pasien-pasiennya.
"ngapain kamu kesini, kim doyoung?" tanya psikiater itu.
"main."
"anak seumuran kamu tuh mainnya ke kafe, restoran hits, mall. kamu apaan banget mainnya ke rumah sakit."
doyoung ketawa, "bosen, ayah. doyoung mau main sekaligus belajar disini. kan nanti doyoung juga yang bakal milikin rumah sakit ini, ngelanjutin ayah."
dokter kim senyum, nutup rekam medisnya terus natap putranya dengan teduh, "makanya belajar yang bener. syukur-syukur kalau kamu bisa masuk kedokteran luar negeri."
denger kalimat terakhir ayahnya, doyoung gigit pipi dalamnya dan nunduk dengan gurat ragu. doyoung ngerasain bahunya ditepuk, cowok itu noleh ke ayahnya yang senyum natap dia.
"ini jam makan siang, ayah mau keluar dulu. kamu boleh disini tapi jangan berantakin ruangan ayah."
doyoung nahan lengan ayahnya yang hendak keluar, "itu rekam medisnya taroh sini aja, yah. biasanya kan diambilin suster. taroh sini aja biar ayah langsung makan dan gausah nyamperin suster lagi," doyoung pelan-pelan ngambil beberapa berkas rekam medis pasien dari genggaman ayahnya.
dokter kim akhirnya ngangguk, "jangan dipake mainan."
"doyoung bukan anak kecil, ayah."
cowok itu pastiin kalau ayahnya bener-bener udah keluar dari ruangan ini. selang beberapa saat, doyoung akhirnya gerak buat baca nama di berkas rekam medis itu satu persatu. sampai akhirnya, doyoung berhasil nemuin rekam medis yang dia cari.
"park jeongwoo... jadi beneran lo?" gumam doyoung sambil ngebuka rekam medis bertuliskan nama park jeongwoo.
doyoung perlahan ngebaca tulisan analisis ayahnya di dua halaman terakhir berkas rekam medis itu. terlahir dari keluarga yang dari kecil ngenalin dia sama dunia kedokteran bikin sedikit banyak doyoung paham sama tulisan ayahnya.
dan analisis penyakit yang doyoung baca di rekam medis jeongwoo, bikin cowok itu sama sekali gak bisa nyembunyiin raut khawatirnya.
🥀
ini malam minggu, biasanya jam segini haruto ngajak jeongwoo jalan. entah sekedar makan atau night ride keliling kota. tapi kali ini, gatau apa alasannya, haruto minta buat ketemu di taman deket rumahnya jeongwoo.
walaupun malam, tapi di taman ini lampunya banyak. jadi jeongwoo bisa dengan mudah nemuin haruto yang duduk di salah satu bangku taman.
"haruto," jeongwoo duduk di samping pacarnya itu, "tumben kamu mau ketemuan disini? kamu udah makan malam belom? ke rumah yuk? aku-"
haruto noleh dan sontak bikin yang lebih muda hentiin ucapannya. tatapannya dingin dan kerasa asing buat jeongwoo, gaada tatapan cinta yang biasanya haruto tunjukin. jeongwoo mulai gelisah, tatapan haruto menghunus tepat ke maniknya dan bikin perasaan jeongwoo gaenak.
"haru aku... aku mau tanya."
"tanya apa?"
jeongwoo nunduk, sama sekali gak mau natap haruto, "kamu pernah dijodohin sama jang wonyoung, ya?"
pertanyaan itu bikin atensi haruto sepenuhnya terpusat ke jeongwoo, "kamu tau dari mana?"
jeongwoo senyum tipis tanpa natap haruto, "dari manapun itu, cepat atau lambat pasti aku bakal tau. dan kayaknya ini udah waktunya aku buat tau."
haruto nangkup wajah jeongwoo, bikin cowok itu terpaksa buat tatapan langsung sama dia, "jeongwoo, dengerin aku. iya bener aku pernah dijodohin sama wonyoung, tapi itu dulu. aku sama wonyoung udah berhasil nolak perjodohan itu."
"kenapa?" tanya jeongwoo lirih dengan mata yang berkaca-kaca.
"kamu masih tanya kenapa? ya karena aku udah punya kamu, jeongwoo."
jeongwoo lepasin tangan haruto dari wajahnya. cowok itu nyender ke kursi taman, ngehela napas sebelum air matanya netes dengan perlahan.
"to the point aja, aku gak suka kamu deket-deket sama kim doyoung."
"apa?"
haruto ketawa hambar. ditariknya bahu jeongwoo biar cowok itu gak lagi nyender ke kursi taman. dicengkramnya bahu itu erat-erat, tanpa sadar bikin jeongwoo ngerasa sakit dan meringis pelan, "kenapa? kamu mau bantah? kamu beneran suka sama cowok pmr itu?"
air mata jeongwoo turun makin deras, isakan pelan yang keluar dari belah bibirnya gak bikin haruto lantas lepas cengkraman di bahunya, "sekarang aku tanya lagi. kamu gak suka aku deket sama doyoung, kamu udah mulai ngelarang aku ini-itu. emangnya kamu masih cinta sama aku? emangnya kamu masih ada rasa sama aku?"
dua pertanyaan terakhir dari jeongwoo, bikin haruto bungkam seribu bahasa.
omooo pendek sekali part inii 😱😱😱
tapi adakah dari kalian yang bisa nebak jawaban haruto?
xixixi dadahhh~
KAMU SEDANG MEMBACA
insecure - hajeongwoo [✔]
Fanfiction[ end ] it's all about park jeongwoo and his insecurity. ⚠️ bxb ⚠️ bullying, selfharm, suicide - narasi non baku - start : 210113 - fin : 210523