Seorang anak laki-laki berusia sekitar 9 tahun sedang bermain pasir bersama seorang gadis kecil di taman yang tak jauh dari rumahnya. Temannya itu berusia 2 tahun lebih muda darinya, mereka sering menghabiskan waktu bersama sampai lelah karena bermain.
"Tadaa, lihat ini aku bikin istana" gadis kecil itu berteriak kegirangan saat istana pasir yang dibuatnya telah selesai.
"Aku menjadi ratu istana ini dan kamu pengawal aku" ucap gadis itu lagi dengan wajah sombong yang di buat-buat.
"Haha, baiklah yang mulia ratu" anak laki-laki itu hanya menurut saja pada ucapan temannya, karena jika tidak di turuti gadis itu akan marah besar padanya.
"Cece, ayo pulang kamu belum mandi bahkan kamu belum makan!" Wanita itu adalah ibu dari gadis kecil yang saat ini sedang cemberut karena terganggu.
"Aku juga mau pulang, jadi kamu harus pulang" anak lelaki itu membujuk gadis itu agar menuruti ibunya.
Pada akhirnya gadis yang di panggil Cece itu menurut dan pergi bersama ibunya. Anak lelaki itu pergi ke rumahnya dengan langkah berat, saat sampai di rumahnya ia mendengar suara aneh di dalam rumahnya. Mau tak mau ia mencari suara itu, melangkah dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara apapun. Ia terdiam di depan pintu suatu ruangan yang sebenarnya tidak boleh di dekati, pintu itu tidak tertutup rapat dan masih memiliki celah untuk melihat, karena rasa penasaran nya yang sangat kuat ia mengintip secara perlahan ke celah tersebut. Terlihat seorang lelaki paruh baya bercumbu dengan wanita yang lebih muda dari pria itu.
Anak lelaki itu menutup mulutnya dan berlari menuju kamarnya, ia tak percaya pada apa yang telah ia lihat. Ayahnya, bermesraan dengan wanita lain sementara ibunya sedang sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena ayah Devan yang sangat tidak pengertian terhadap keuangan keluarganya.
"Devan, kamu sudah di rumah?" Tanya ayahnya dari luar kamar.
"Iya" jawab Devan dengan suara serak karena menahan tangis, untuk usia sembilan tahun Devan sudah mengerti banyak hal layaknya orang dewasa.
Setelah ayahnya pergi dari rumah, Devan mengambil ponsel kecil miliknya untuk menghubungi ibunya.
"Mama, cepet pulang Devan k-kangen mama hiks.. hiks" Devan kecil terisak saat berbicara. Tak menunggu lama ibunya pun sampai rumah dan memeluk Devan yang saat ini masih terus menangis.
"Mama udah di sini, jangan nangis lagi anak mama kan jagoan mama masa cengeng begini" ucap Amelia sembari mendekap tubuh mungil anaknya itu.
Akhirnya tangis Devan pun mereda ia pun menceritakan kejadian itu dengan perlahan, Amelia yang mendengarnya tentu saja terkejut karena suaminya melakukan hal yang begitu menjijikan.
Tak lama suara mobil ayah Devan pun terdengar memasuki pekarangan rumahnya.
"Devan dengerin mama ya, kamu sebisa mungkin pasang wajah datar, kamu harus pura-pura gak tahu tentang apapun biar mama yang menyelesaikan masalah ini" ucap Amelia begitu lembut meyakinkan anaknya.
Amelia segera menghampiri suaminya itu dan memasang wajah datar seolah tak terjadi apa-apa, ia sedikit malas untuk berdebat sekarang.
"Udah masak?" Tanya Ervin
"Em, belum gimana kalau pesan aja?"
"Halah boros banget, yaudah deh tapi jangan banyak-banyak"
Amelia menghela nafas panjang karena suami nya ini yang kelewat 'hemat' bukan nya hemat malah terkesan pelit.
Tak lama setelahnya, mereka menghabiskan makanannya tanpa sepatah kata pun.
Devan menatap Ervin dengan tatapan yang sulit di artikan, hanya saja Ervin tak menyadari bahwa putranya sedang menatap dirinya.
"Devan, langsung sikat gigi terus tidur ya besok udah hari senin dan kamu harus sekolah" ucap Amelia dengan lembut. Anak itu langsung pergi menuju kamarnya dan menuruti perintah ibunya.
Hening, hanya itu yang di rasakan Devan dan waktu telah menunjukkan pukul 12 tengah malam waktu yang sangat larut untuk anak berusia 9 tahun yang masih belum memejamkan matanya. Devan menghela nafas berkali-kali entah apa yang ia pikirkan sampai seperti itu, Devan melangkahkan kakinya perlahan menuju dapur untuk mengambil air tak sengaja ia mendengar keributan yang menarik dirinya untuk mendekat.
"KAMU INI BODOH ATAU MEMANG TIDAK ADA OTAK, MEMBAWA SELINGKUHANMU KESINI DAN ANAKMU SENDIRI MELIHAT HAL MENJIJIKAN YANG KAMU LAKUKAN!"
Devan baru pertama kalinya melihat Amelia berteriak seperti itu dan melihat ayahnya hanya terdiam tak seperti biasanya.
Ervin paling tidak suka di bentak terutama oleh perempuan, meskipun itu istrinya sendiri.
"Aneh papa biasanya gak seperti itu, mungkin dia mengakui kesalahannya" batin Devan.
"Aku mau kita pisah"
•
•
•
•
•
TBC~Udah lama gak up hehe, semoga suka sama part ini ya JANGAN LUPA PENCET IKON BINTANGNYA!! See u next part
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends with Benefit [18++] [HIATUS]
RomanceWARNING!! INI BUKAN BUAT BOCAH! Alex, lelaki tampan bertubuh atletis dan juga pandai dalam banyak bidang. sayangnya, dia memiliki otak yang sangat mesum. Celine, Gadis cantik yang memiliki postur tubuh indah yang mampu menggoda semua lelaki saat mel...