Hai guys aku update lagi, sebenarnya aku bakal mulai update dari minggu depan setiap sabtu.
Jadi aku harap kalian selalu nantikan ceritaku ya.
Kalo kalian suka sm cerita ini jangan lupa vote sm comment, okee?
Enjoyyy~
.
.
."Udah paham semua?" Abim melonggarkan dasi abu-abu yang melingkar ketat di leher kemejanya.
Entah kenapa terasa sesak setiap Abim selesai memimpin rapat, mungkin termakan suasana membuat aura dominan selalu menguar dimana pun ia berada.
Memakai dasi serta senyuman terkadang hanya formalitas saja, Abim melakukan itu semua demi menjaga image sebagai ketua osis teladan, tentu masuk dalam peraturan di sekolah jadi semua murid akan memikuti peraturan darinya juga.
Dari pengurus inti sampai anggota osis semua pilihan terbaik Abim, bukan pilih kasih atau bagaimana, menurut Abim hal seperti kepengurusan masalah sekolah harus sempurna.
Jika yang menangani bukan orang bertanggung jawab, bisa di pastikan segala acara di luar maupun di dalam sekolah tidak akan terlaksana semestinya.
"Paham," sahut seluruh anggota osis.
Akhirnya selesai juga, kata Abim di dalam hati.
"Kalo gitu kalian bisa bubar ke kelas masing-masing, selamat siang." Kali ini Danan bersuara, melihat Abim tampak lelah setelah menjelaskan panjang lebar tentang susunan acara dalam waktu dekat.
Semua anggota lain di ruangan rapat berhambur keluar ruangan, meninggalkan Abim, Danan, dan Asel yang masih tersisa di sana. Mendapati Asel tak bergeming di tempat ia duduki, Abim menungkitkan satu alisnya.
Seakan mempertanyakan, kenapa gadis itu masih tidak kembali ke kelas padahal rapat sudah selesai. Bukan mau peduli, tapi Abim merasa tidak nyaman dengan tatapan Asel tak lepas memperhatikan dirinya.
Apa ada yang mau di bicarain?, pikir Abim di dalam hati, namun ia sanggah dan mengalihkan perhatiannya kembali ke layar ponsel di tangan.
"Ar, kamu tadi berangkat sama si cupu?" tanya Asel sembari mengetuk-ngetuk meja di depan kursi yang ia duduki.
Abim sudah menduga kalau Asel akan melempar pertanyaan begini, hal tidak mungkin kalau Asel akan bersikap tak acuh tentang dirinya apalagi jika bersangkutan Mago.
Tak ingin menyanggah atau mengiyakan, Abim malah menjawab dalam bentuk pertanyaan.
"Kenapa?"
Dan benar saja, jawaban Abim sukses membuat Asel membuka mulut sampai rahang mungilnya terasa ingin terjatuh ke bawah.
"Jadi bener?" kata Asel tak habis pikir pada jalan pikir seorang Abimanyu Harlesnder.
"Kok kamu mau sih berangkat sama si cupu? Pake motor kesayangan kamu lagi, padahal tiap aku mau nebeng kamu selalu nolak bahkan malu-malu in aku di depan orang banyak," lanjut Asel tersenyum miris.
Asel memang tau tak mungkin Abim tiba-tiba mengizinkan Mago menaiki motor kesayangan laki-laki itu, pasti ada sesuatu di balik semuanya.
Hanya saja, Asel agak kecewa kenapa bukan ia orang pertama di beri tebengan oleh Abim?
Kenapa harus Mago?
Rasa tak sukanya ke Mago semakin bertambah jika melihat kedekatan mereka begini meskipun Asel mengetahui status Mago dan Abim sekedar kakak adik tiri.
Cemburu?
Sudah pasti, siapa tidak cemburu, laki-laki yang di sukai membiarkan motor kesayangannya di naiki gadis lain sedangkan ia sendiri belum pernah merasakan hal itu sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
it suddenly begin
Roman pour Adolescents[ ON GOING ] ------------------------------------------------------------------------ Di jelekkan orang lain tidak lebih menyakitkan daripada keluarga sendiri. Tapi apa daya jika hal itu terjadi karena kehadiran yang tak pernah di harapkan? Semenjak...