08. Something new

62 47 60
                                    

Hai haiiii
hehehe akhirnya aku update lagi
maaf karna lama buat up
tiap mau lanjut nulis waktu agak berkurang
soalnya tiap balik kerja aku langsung istirahat, maaf ya 😔
tapii aku usahain buat update terus kok dari sekarang
tanpa basa basi lebih lama selamat membaca ya gaiss
happy readingg~
.
.
.

Dua bulan berlalu sejak kedatangan Aiden di sekolah, banyak hal berubah di kelas mau pun di lingkungan sekolah itu sendiri.

Bisa di bilang Aiden anak yang humble, ia bergaul dengan siapa saja tanpa memilih dari mana mereka.

Tak bisa di pungkiri kalau hampir dari semua angkatan entah dari kakak kelas, teman sepantaran sampai adik kelas mengenalnya.

Guru-guru juga cepat mengenali karena Aiden paling berbeda dari murid lain, jangan lupa Aiden juga menjadi langganan sasaran guru konseling. 

Dari bolak balik masuk ruang bimbingan, sampai kena berbagai macam hukuman sudah pernah Aiden lewati.

Bukan menggerutu, Aiden malah menampilkan senyum manis berniat meluluhkan hati para guru sampai mereka menggelengkan kepala akibat tak kuat.

Sekarang jika guru melihat Aiden mereka lebih memilih menegur saja selagi masih bisa di selesaikan tanpa embel menghukum, misalkan seragam putih Aiden keluar maka bu Sulis akan berteriak sampai suara cemprengnya menggelegar di koridor.

"Aiden! Patuhi peraturan dan masukan bajumu sekarang!"

Apa kalian tau jawaban Aiden?

Ia malah tersenyum berniat menggoda guru berkepala empat itu sambil melepaskan tiga kancing atas seragam dan menampilkan dada bidang miliknya, tentu di hadiahi lemparan flat shoes dari bu Sulis.

Bukannya jera, Aiden malah tertawa lepas dan berlari menjauh sembari kembali mengancing seragamnya yang terbuka.

Atau kalau terlambat dan pintu gerbang di tutup, pak Supri selaku satpam sekolah menegur Aiden ketika laki-laki berambut blonde itu nekat naik pagar.

"Mas Aiden! Turun mas, kalo pak Gusti liat bisa kena marah saya sama sampean toh."

Tapi namanya manusia, semakin di larang semakin nekat. Aiden tetap memanjat pagar dan berhasil turun dengan selamat .

Baru Aiden ingin melangkahkan kakinya, pak Gusti datang menghampiri beserta perkakas alat cukur yang biasa beliau gunakan untuk melakukan razia entah itu rambut, rok, atau pun celana. Berakhir hukuman berdiri di tiang bendera.

Terkadang rambut Aiden di tegur agar di ganti warna hitam, kalau tidak malah menjadi contoh buruk di sekolah.

Tapi Aiden tidak mudah di perintah, ia tetap santai dengan gayanya sehingga para guru membiarkan sampai datang kesadaran sendiri pada salah satu muridnya itu.

Hari ini Aiden tampak tersenyum sumringah, bukan tanpa alasan wajahnya begitu cerah di pagi hari.

Pasalnya Aiden tampak mengganggu adik kelasnya yang memiliki tinggi kira-kira sekitar 150 centimeter, menjadi hal menarik baginya hanya mengangkat sebelah sepatu milik Adul, adik kelasnya.

"Come on bro, why you are so short huh?" ejek Aiden, menggoyang-goyangkan sepatu Adul di tangan kanannya.

"Woi bang, situ yang ketinggian kek tiang anjrit. Udah sini balikin sepatu 'ana," gerutu Adul.

"Ah, this? How much do you give me if I give it to you?"

"Buset, nih bule matre juga."

"I take it as a compliment," kata Aiden masih memainkan sepatu Adul.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

it suddenly beginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang