05. New student

68 63 18
                                    

Mulai minggu depan jadwal update sabtu yaa
Ini part akhir aku update minggu ini
Aku tau masih ada kurang dalam menulis
Tapi aku selalu berharap kalian bisa nikmatin cerita yg aku tulis
Happy readingg 💜
.
.
.

"Ini rumah lo?"

Mago menoleh ke sebelah kirinya, dimana laki-laki berambut blonde masih setia menemani bahkan ketika mereka sampai di depan rumah sang gadis.

Hari menjelang subuh, penampilan Mago sudah lebih rapi daripada kemarin. Semua karena pertolongan laki-laki yang menjadi temannya dalam sehari.

Meskipun keliatan berandalan, tapi laki-laki itu terlihat baik, mungkin jauh lebih baik dari Mago duga.

"Iya, lebih tepatnya ini rumah p-papa ku," sahut Mago lembut.

"Bokap sambung?" tanyanya penasaran, tak ada rasa sungkan dari suaranya.

Tak menjawab, anggukan sudah lebih dari cukup untuk memperjelas semua. Menyadari Mago enggan bercerita, maka dari itu laki-laki itu tidak melanjutkan pertanyaan lain yang menjurus pribadi dan lebih memilih diam sambil ber oh ria.

Semalam laki-laki berambut blonde di samping Mago menjelaskan sedikit tentang namanya dan mengatakan kalau niat membantu Mago sama sekali tidak seperti laki-laki brengsek di luar sana.

Murni karena ingin menolong, bahkan ia menyombongkan diri dengan mengatakan kalau dirinya adalah malaikat penolong yang di kirim tuhan dari atas langit.

Mago mendengar segala perkataan konyol mulut laki-laki yang di kenalnya kurang dari dua puluh empat jam malah banyak tertawa meski masih agak malu-malu, mau bagaimana juga Mago sampai tidak habis pikir pada pola pikir laki-laki itu sangat unik.

Dari tempat tidur, seragam, rok, sepatu, sampai tas pun semua di atur laki-laki di sampingnya, katanya agar tidak ada yang curiga kalau Mago di bully dan tentu saja masalah ini tidak di bocorkan, mengingat Mago memohon supaya tidak mengadu kepada orang tuanya berakhir untuk menuruti meskipun agak enggan.

"T-tapi kalo di pikir-pikir, kamu kok bisa di s-sekolahku? Padahal aku enggak pernah liat k-kamu sebelumnya," setelah sekian lama saling diam, Mago menberanikan diri untuk bertanya.

Lagi-lagi senyuman, hanya senyuman penuh arti ketika di tanya tentang dirinya. Seperti ingin menjadi lebih misterius, meninggalkan kesan penasaran bagi siapapun orang terdekatnya.

"Nanti juga tau sendiri, kalo gitu sampai ketemu nanti buntel," katanya kelewat santai, berlalu dari hadapan Mago sambil melambaikan tangannya ke atas meski hanya menampilkan punggung dan langkah kakinya yang mulai menjauh.

"Kok sampai ketemu nanti?!" Teriak Mago.

Tapi laki-laku itu pura-pura tidak mendengar teriakan Mago, memilih terus berjalan sampai keluar kawasan perumahan elit dan melangkahkan kaki panjangnya menuju halte pemberhentian bus.

"Dasar aneh," ujar Mago pelan, berjalan melewati gerbang di buka sedari tadi.

- it suddenly begin -

Mago duduk di meja makan, menikmati sarapan bersama papa, mama, dan Abim. Menu kali ini roti panggang dengan telur mata sapi setengah matang dan sosis, serta susu untuk Mago, yogurt untuk Abim sedangkan kopi buat papa. Itu lah rutinitas Dinda, meskipun ada pelayan tetap menjalankan kewajiban.

Tapi suasana kali ini terasa berbeda karena sang mama terus memperhatikan Mago, membuat si gadis gugup setengah mati takut kalau kebohongannya ketahuan. Apalagi ia tak pandai menyembunyikan sesuatu.

it suddenly beginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang