02. circle

85 67 35
                                    

Aeyo what's up guys😂
Sebenarnya ini masih satu part tapi aku bagi jadi 2 gitu.
Tapi semoga kalian nikmatin alur ceritanya ya
Happy reading~
.
.
.

"Jadi?"

Abim melirik sekilas, kembali melanjutkan menyalin catatan tanpa terganggu sedikit pun oleh pertanyaan laki-laki di sebelahnya.

Bel istirahat sudah berbunyi, Abim dan temannya tidak berniat ke kantin.

Bisa di bilang mereka malas berjalan sekarang, mungkin nanti menunggu Abim menyelesaikan salinan terlebih dahulu sebelum papan tulis di hapus.

"Lo udah anggep si cupu adek lo?" Chandra menatap Abim ragu.

Di lihat dari mana pun, anak SD pasti tau kalau hubungan Abim dan Mago saat di parkiran tidak seperti kakak beradik sungguhan.

Mana ada seorang kakak mengancam adiknya untuk menjaga jarak di sekolah, bahkan mendorong Mago menjauh dari jalan. Membiarkan gadis itu terpaku di parkiran.

Padahal Chandra sendiri tau bagaimana sikap Abim pada Mago, tapi laki-laki itu masih mempertanyakan hal yang sudah pasti?

Konyol sekali.

"Keliatan gue nganggep dia?"

Abim tidak begitu tertarik topik pembicaraan Chandra, mengingat kejadian dimana motornya berhenti saat lampu merah dan terjebak macet berakhir Abim sampai di sekolah jam tujuh lewat dua puluh.

Bersyukur ia tak mendapat hukuman ketika masuk ke dalam kelas, hanya teguran dan peringatan tidak berkepanjangan.

"Terus berangkat bareng tadi? Kok bisa, bokap lagi?" Kini Reza berbalik, menghadap Abim yang duduk di belakangnya.

"Ya menurut lo? Emang gue mau ngasih tebengan cuma-cuma?" Jelas raut tak suka terlihat di wajah menawan Abim.

"Kali aja lo kesambet, kaget sih gue motor lo kan gak pernah bawa cewek taunya si cupu yang naik pertama kali hehehe," kata Chandra sembari menyengir, menampilkan deretan gigi putih nan rapi.

"Nah bener, waktu itu Asel mau nebeng aja lo ketus in, syukur tuh cewek muka tembok demen sama lo yang kek es gini jadi urat malunya ga ada, masih aja nempelin lo kemana-mana," celetuk Reza.

Tidak ada senyuman atau sanggahan dari mulut Abim, sengaja tak menanggapi ucapan teman-temannya.

Entah kenapa membahas Mago malah bikin suasana hati Abim memburuk, jika saja Mago tidak pernah mengganggu Abim di sekolah maupun di rumah dengan bersikap layaknya saudara tentu Abim bisa sedikit menganggap Mago walaupun tidak akan ketara.

Menyadari keberadaan Mago selalu membuat Abim risih, apalagi segala perlakuan Mago kepadanya hanya perbuatan sia-sia menurut Abim.

Semakin Mago mendekati yang ada ia semakin risih. Terkadang Abim bertanya-tanya, apa Mago tidak punya otak? Kenapa kata-kata serta sikap kasarnya tak pernah di mengerti gadis itu?

"Tapi kalo di liat-liat sih, Mago itu cantik kalo dia ngerawat diri sama kurusan," sahut Danan di sebelah Reza.

Sontak mata mereka bertiga tertuju pada Danan, kerutan muncul di kening, mempertanyakan apa mereka tak salah dengar?

it suddenly beginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang