Part 12 [Aldenant meresahkan]

18 2 0
                                    

Bismillah,
Happy Reading🌈

Kali ini, Aldenant and the genk sedang berada di ruangan yang membuat ketiganya bergidik ngeri, apalagi jika bukan ruangan Pak Kumis, guru killer yang suka ngiler.

Seharusnya, jam istirahat mereka gunakan untuk bersantai-santai dan makan di kantin. Namun, nasib buruk menimpa ketiganya yang membuat mereka harus berurusan dengan Pak Kumis.

Saat jam pelajaran Pak Kumis berlangsung, Aldenant dengan akhlak minusnya sengaja mengatakan bahwa ada kumis keluaran terbaru di Shoppe, dia juga menunjukan fotonya secara langsung. Hal itu membuat Pak Kumis marah dan berubah 180 derajat seperti singa yang ingin menerkam mangsanya. Apa-apaan ini anak, minta di tampol rupanya.

Tidak hanya itu, Aldenant juga melibatkan kedua temannya ke dalam masalahnya. Katanya, jika salah satu diantara mereka terkena musibah. Maka, yang lain harus ikut terlibat dalam masalah itu. Memang Aldenant itu manusia yang super duper cerdik bin licik.

"Kalian ini, bisa tidak jika tidak buat onar semenit aja! Amboy! Pusing saya liat kalian!" Pak Kumis terus menerus memarahi ketiganya, tak lupa ia selalu membawa penggaris panjang kesayangannya jika sedang berhadapan dengan murid yang suka membuat onar.

"Kalo pusing minum obat, Bapak tamvan," celetuk Aldenant dengan santai.

Pak Kumis menatap Aldenant tajam. "Kamu ini menjawab saja! Aldenant, cuma kamu si murid paling langka di dunia ini."

"Iya, dong, Pak. Kalau langka itu perlu dilestarikan, bukan dimarahin gini, Pak. Capek tau berdiri dari tadi," ucap Aldenant masih dengan tangan yang ia simpan di telinga, seperti menjewer dan kaki yang di angkat satu.

"Bukan dilestarikan kalau modelan kamu. Tapi, dimusnahkan!" Pak Kumis berucap dengan sorot mata yang tajam, Aldenant hanya meringis melihat itu. Sedangkan, Rieki yang mendengar itu ingin sekali menertawai Aldenant. Ia berada dipihak Pak Kumis. Memusnahkan Aldenant!

"Bhaha, saya setuju, Pak! Saya dipihak Bapak, deh," seru Rieki semangat. Ia berharap bisa terbebas dari Pak Kumis. Ia jadi kesal dengan temannya satu itu, mengapa temannya ini membawa-bawa dirinya dalam masalah yang melibatkan Pak Kumis seperti ini. Dia tadi kan sedang memerhatikan pelajaran bukan seperti Aldenant yang menawarkan kumis terbaru saat jam pelajaran berlangsung.

"Nggak ada pihak memihak! Kamu juga Rieki! Pasti kamu sudah bersekongkol dengan Aldenant! Kenapa kalian menawarkan saya kumis? Nggak tau apa kalo kumis asli saya ini lebih menggoda," ucap Pak Kumis terlanjur PD sembari mengusap-usap kumisnya itu.

"Astagfirullah, Bapak ini, tadi saya lagi merhatiin Bapak, kok. Nggak ada kongkol mengongkol bareng Aldenant." Rieki membela dirinya sendiri.

Aldenant menjitak kepala Rieki yang berada di sebelahnya. "Ngomong aja nggak khatam lo!" Lalu, Aldenant kembali menatap Pak Kumis.  "Ini semua mereka yang nyuruh saya, Pak. Suer deh!"

"Bohong, Pak," ujar Yoga membuka suara. Ia sudah lelah dengan drama Aldenant yang melibatkannya kali ini. Enak saja tuh anak bilang jika dia yang menyuruhnya menawarkan kumis itu. Padahal dia kan sedang menulis materi tadi.

Pak Kumis menatap ketiganya segara bergantian, jangan lupakan sorot matanya yang tajam dan penggaris panjang yang dipukul-pukulkan ke tangannya.

"Amboy, Yoga! Sebenarnya, kamu ini murid yang pintar. Tapi, kenapa kamu bisa berteman dengan dua makhluk seperti mereka, apalagi cem Aldenant!"

"Kena lagi, gue lagi, salah lagi. Susah si kalo jadi orang tamvan," gumam Aldenant pelan.

"Yasudah! Hukumannya kalian bersihkan toilet sepulang sekolah! Sekarang kalian balik ke kelas karena sebentar lagi bel berbunyi," peringat Pak Kumis yang sudah merasa lelah jika terus-terusan menceramahi tapi tak kunjung di mengerti.

Starting From DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang