Halo..
Double update, nih.
Jangan lupa vote & komen
Happy Reading💓
.
.
."Untung HP gue kebal, jadi nggak terlalu parah. Dasar, ya, tuh cewek!" dumel Aldenant sembari melangkahkan kakinya memasuki rumah yang luas bak istana.
Sejak kejadian HP Aldenant jatuh, dia selalu saja menyalahkan Caramell dan mengomel tak jelas. Untung saja, jatuhnya di atas rerumputan. Jadi, tidak terlalu parah lah.
Setelah mengomel kepada Caramell, dan mengantarkan gadis itu ke rumahnya. Aldenant segera melajukan motornya untuk pulang. Sebenarnya, ia ada kumpul bersama teman-temannya untuk sekedar nongkrong di angkringan. Tetapi, keadaan kali ini memaksanya untuk segera pulang. Kalian tahu ia ingin apa? Aldenant akan menulis list nama cewek-cewek yang berada di kontaknya beserta nomor HP nya. Katanya si, jaga-jaga jika terjadi sesuatu dengan ponselnya seperti tadi. Terlalu alay memang.
"Halo, apakah ada orang? Cogan comeback!" teriak Aldenant dari ruang tamu.
Merasa tidak ada sahutan, ia terus melangkahkan kakinya menuju dapur untuk sekedar membasahi kerongkongannya yang terasa seret akibat mengomel sejak tadi.
Aldenant menuangkan air putih pada gelasnya dan meminumnya. Saat selesai minum, ia ingin segera pergi ke kamarnya. Namun, langkahnya terhenti saat teriakan yang sangat nyaring memasuki indra pendengarannya.
"HUAA, ABANG!" teriak seorang gadis dengan berlari kecil mendekati Aldenant. Ia langsung memeluk Aldenant tiba-tiba. Untung saja, ada meja yang membantu Aldenant agar tidak terjatuh ke belakang, akibat tindakan yang dilakukan gadis ini secara tiba-tiba.
"Lebay," cibir Aldenant masih memeluk gadis itu. "Lo napa sih, Na?"
Alena Kavindra, adik dari seorang Aldenant Kavindra. Menjadi adik dari seorang Aldenant, sifat Alena tak jauh berbeda dari kakaknya.
Alena melonggarkan pelukannya, ia memanyunkan bibirnya sembari nuangkan air kemudian meneguknya dengan cepat.
Alena menghembuskan napasnya kasar, ia menarik kursi meja makan, kemudian duduk dengan tangan yang di silangkan di depan dada. Sedangkan Aldenant, ia hanya melihat gerak-gerik yang adiknya ini lakukan.
"Abang tau nggak?" ucap Alena tiba-tiba.
"Nggak!"
"Ihs, gue belum selesai ngomong Abangke!"
"Cepet ngomong, Abang sibuk," ucap Aldenant sembari menarik kursi yang berseberangan dengan Alena.
Alena memutar bola matanya malas. "Sibuk yang nggak penting doang. Ini lebih penting, Bang! Pokoknya Abang dengerin!"
Aldenant menghembuskan napasnya pelan. "Masalah gue lebih penting! Lo tau gak? Nih liat, ponsel gue hampir kehilangan nyawa gara-gara cewek macan sialan itu! Abang bela-belain pulang nggak ngumpul bareng anak-anak, soalnya gue mau buat list nomor-nomor cewek yang ada di HP gue," curhat Aldenant panjang lebar. Sedangkan, Alena hanya menatap Abangnya cengo. Napa jadi Abangke yang curhat coba?!
"Woy, Bang! Sumpah, ya, gue nggak nanya!" ujar Alena yang hanya di balas decakan dari Aldenant. "Lagian di sini yang mau cerita 'kan gue, Bang!"
"Ck! Yaudah, buru, apaan?!"
"Jadi gini, Bang. Abang tau Reno? Masa dia mutusin Lena di depan si Anabelekan itu! Terus dia malah milih si Anabelekan!" kesal Alena dengan tangan yang sudah merobek-robek kertas yang berada di depannya. Entahlah, itu kertas punya siapa dan milik siapa. Yang jelas, kali ini Alena sedang kesal! Iya, sebel tau!
"Terus? Lo sedih gitu?" tanya Aldenant santai. "Ck! Lebay lo! Biasa cari yang baru, sekarang malah mewek!"
Alena memukul lengan Aldenant cukup keras. "Bukan gitu! Maksud gue, harusnya yang mutusin itu gue, bukan dia. Apalagi ini di depan si Anabelekan!"
Aldenant terlihat seperti sedang berfikir, sesekali ia meringis akibat ulah adik biadabnya ini. "Hm, yaudah lo tinggal cari yang baru, gampang. Cowok banyak, Na! Contoh, nih, Abang, setia pada setiap wanita," ucapnya dengan membenarkan kerah baju sekolahnya.
"Iya, emang Abang Lena si, setia pada seribu gadis," ujar Alena sembari meminum air putihnya.
"Dahlah! Gue mau ke kamar." Aldenant beranjak dari duduknya. Namun, suara penggilan menghentikan langkahnya.
"Napa lagi sih, Na?"
"Abang! Kenalin Lena sama temen Abang, dong!" seru Alena dengan wajah penuh harap. "Hm, siapa tuh namanya? Rik–"
"KIRIK? LO MAU SAMA MODELAN SI KIRIK?" Aldenant memotong ucapan Alena dengan berteriak kencang. Untung saja, Alena tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Jika punya, bisa meledak jantungnya setelah mendengar teriakan Abangke yang biadab ini.
"Astagfirullah Abang, nggak boleh kasar, loh!"
"Siapa yang kasar?"
"Abang. Tadi bilang KIRIK!" ucap Alena sengaja menekan kata kirik di depan wajah Aldenant.
Adegan tidak patut di contoh, ya, anak-anak. Wkwk.
"Emang dia namanya kirik, Na!"
"Terserah Abang, deh. Pokoknya gue mau no–"
"YAAMPUN ALENA! KAMU APAIN LAPORAN PAPAH? Sobek semua!" teriak Marvel, Papah dari Aldenant dan Alena.
Saat Marvel memasuki ruang kantornya, ia sempat lupa bahwa laporannya tertinggal di atas meja makan. Saat ia ingin mengambil, ekor matanya tak sengaja melihat Alena yang sedang menyobek kertas laporan miliknya. Sungguh anak biadab!
"Aduh, Papah ganteng yang melebihi makhluk astral. Maafin Lena, ya? Ini semua juga karena Bang Al, tuh!" Alena berdiri dari duduknya dan menghampiri Marvel. Sudahlah, pasti ujung-ujungnya pemotongan uang jajan jika Sang Ayahanda sedang marah. Nggak jadi beli make up dong! Huaa, kasih tahu dia caranya dapat make up tanpa duit!
Marasa namanya di sebut, Aldenant menatap tajam Alena. Apa-apaan dirinya ikut terlibat. Daripada ia terkena imbasnya. Lebih baik ia segera melangkahkan kakinya menuju kamar. Jangan lupakan niat dia untuk menulis dan membuat list nomor HP para cewek.
🍁🍁🍁
Pagi ini, seperti biasa Caramell akan berangkat sekolah sangat pagi sekali untuk sekedar piket kelas. Jika saja, seksi kebersihannya itu dapat di ajak bernegosiasi agar bisa melakukan piket setelah pulang sekolah saja sudah dipastikan, Caramell tidak akan menunggu taxi di jam sepagi ini.
Caramell menghembuskan napasnya lelah. Jika saja ia memiliki seorang abang seperti di novel-novel yang sering ia baca. Betapa bahagianya ia jika setiap berangkat sekolah selalu diantar.
Kali ini memang Caramell harus berangkat sekolah sendiri. Ayahnya baru saja berangkat ke luar kota kemarin sore, dan akan pulang setelah 4 hari.
Caramell melihat jam tangan yang bertengker manis di pergelangan tangannya, 06:08 artinya jam masuk sekolah masih lumayan lama. Namun, bagaimana dengan piket kelasnya pagi ini? Bisa kena denda jika ia terlambat piket kelas. Sungguh, seksi kebersihan yang sangat ketjam!
"Masa gue jalan, sih?" monolognya. Ia mengambil ponselnya dan ingin berniat memesan ojek online. Namun, aksinya terhenti saat motor besar berhenti tepat di depannya.
"Amell?"
Merasa namanya di panggil, Caramell menoleh dengan kening mengerut. Siapa lelaki ini? Jujur saja ia tak mengenalinya, karena pria itu memakai helm full face. Saat pria itu membuka helmnya, Caramell membulatkan matanya sempurna dan bercampur dengan rasa senang.
.
.
.Bersambung ....
Terima kasih yang udah baca, jangan lupa voment🤗
Next? Komen!
Oke, see you🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Starting From Dare
Ficção Adolescente[Ketika cinta datang tanpa sadar] Berawal dari dare, membuat dua insan yang bertolak belakang menyatu. Ini bukanlah kisah cinta yang memiliki banyak keistimewaan. Tetapi, ini hanyalah kisah cinta yang masih memiliki banyak kekurangan. Hanya karena...