Bismillahirrahmanirrahim✨
Jangan lupa vote and komennya, beb🤗
Yang sering komen, dapet cogan. Aamiin🙈😂
Happy Reading♥
🍁🍁🍁
Hari minggu pagi dengan cuaca yang cukup cerah, Caramell gunakan untuk sekedar berlari pagi di sekeliling komplek perumahannya bersama dengan sahabat masa kecilnya, siapa lagi kalo bukan Mutiara Calista.
Sudah menjadi rutinitas kedua manusia itu melakukan lari pagi saat hari minggu tiba. Katanya, agar badan tetap terlihat ideal.
Sudah lebih dari 25 menit keduanya berlari. Rasa lelah sudah menyelimuti mereka. Peluh keringat membanjiri pelipis Caramell dan Mutiara. Keduanya berhenti tepat di warung yang berukuran tidak terlalu besar.
Sekedar beristirahat dan membeli minum mampu menyegarkan kembali kerongkongannya yang terasa sangat kering.
Caramell melepaskan headset yang sejak tadi menyumpal telinganya. Ia berjalan kearah lemari es, tempat minuman bertengker manis di sana. Rasanya sangat menggiurkan.
Ia mengambil dua botol air dingin, setelah itu membayarnya. Saat Caramell melangkahkan kakinya mendekat kearah Mutiara yang duduk manis di luar warung tersebut, ia melihat sosok pria yang tidak asing sedang mengobrol bersama sahabatnya, Mutiara.
Senyum masam terbit di bibir Caramell. Ia tak tahu harus berekspresi seperti apa saat seorang pria itu kembali lagi di hadapannya. Yang jelas, ia tidak ingin hatinya berdesir kembali ketika melihat pria itu.
Mau tak mau, Caramell mendekati kedua manusia yang sedang asik mengobrol itu. Ia harus bersikap seperti biasa, agar mereka tidak curiga.
Senyum senang pura-pura terbit di bibirnya, tak lupa juga lesung pipi yang ia perlihatkan, sangat begitu manis. Namun, semua ini hanya berpura-pura untuk menutupi semua lukanya.
"Nih, Mut, airnya." Caramell memberikan satu botol minum yang tadi ia beli kepada Mutiara. Ia mendongakkan pandangannya pada pria yang berada di samping Mutiara. Sekedar basa-basi. "Eh, ada lo, Raf."
Pria yang disapa Raf itu menengok kearah Caramell. "Hai, Mel. Apa kabar?" tanya pria itu, tak lupa juga ia tersenyum manis pada Caramell. Senyum itu, senyum yang selalu buat candu bagi Caramell. Tetapi, itu dulu.
Mutiara yang melihat interaksi mereka berdua, hanya menggelengkan kepalanya, sesekali juga ia meminum minuman yang tadi dibelikan oleh sahabatnya, Caramell. Ia tahu semua apa yang terjadi pada keduanya. Saat itu, Caramell sering melakukan sesi curhat padanya.
"Gue baik, lo apa kabar, Raf?"
"Seperti yang lo lihat."
Caramell hanya menganggukan kepalanya. Ia sungguh bingung kali ini. Mulutnya seperti sulit untuk berbicara. Sekedar basa-basi pun sulit.
"Woy! Raffa, gue mau nanya nih, di Amrik banyak cogan, ya? Uh ... kapan-kapan kalo lo balik ke Amrik, gue ikut, ya, ya?" ucap Mutiara setengah berteriak, guna meramaikan situasi canggung yang melingkupi keduanya.
"Semut! Berisik tau!" omel Caramell dengan tatapan mata yang tajam.
"Gomel! Gue gak sekecil semut, ya. Gue itu imut cetar membahana tau!" Mutiara membela dirinya sendiri sembari mengibaskan rambut panjangnya.
"Idih."
Raffa tertawa kecil saat melihat dua wanita di hadapannya ini sedang berselisih kecil. Ia sangat merindukan pemandangan seperti ini. Sungguh, sangat rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starting From Dare
Teen Fiction[Ketika cinta datang tanpa sadar] Berawal dari dare, membuat dua insan yang bertolak belakang menyatu. Ini bukanlah kisah cinta yang memiliki banyak keistimewaan. Tetapi, ini hanyalah kisah cinta yang masih memiliki banyak kekurangan. Hanya karena...