Jangan lupa vote and komen👀🤪
Happy Reading✨
.
.
."Udahan, lah, mainannya, Mut," kata Caramell dengan wajah yang memberengut kesal.
Mutiara berdecak pelan. "Masa udahan? Bilang aja lo takut kalah lagi untuk yang ke lima kalinya, ya, 'kan?"
Seperti biasa, setiap hari minggu Mutiara selalu main ke rumah Caramell, entah hanya untuk menumpang makan, tidur atau bahkan numpang mandi.
Kali ini keduanya memilih untuk bermain bola bekel. Sebenarnya ini ide Mutiara, katanya ia ingin mengenang masa kecilnya saat bermain bola bekel bersama. Namun, sejak kecil Caramell selalu saja tidak bisa cara bermainnya. Menurutnya lebih baik menghajar 10 orang jahat, daripada ia harus bermain bola bekel bersama Mutiara.
"Ih ... makanya lo kalo main bagi-bagi gitu, biar gue bisa ngerasain menang! Liat coba muka gue udah cemong sama tepung!" protes Caramell. Mutiara yang mendengar hanya menanggapi dengan tertawa.
"Makanya, lo kalo gue ajarin tuh masukin ke otak, bukan ke dengkul!" ucap Mutiara mengejek. "Lagian, nih, ya, Mel. Harusnya, setelah bola bekel ini mantul lo ambil kerang dulu baru bola, bukan bola lo ambil kerang nya lo buang, haha."
Caramell menjitak kepala Mutiara cukup keras. "Anjir, lo! Terus aja, terus ejek gue."
Mutiara tertawa mengejek Caramell, rasanya sangat menyenangkan jika melihat Caramell kesal.
"Yaudah, lah, gue balik dulu, Mel. Mami gue nyuruh gue balik katanya ada cogan nunggu gue di rumah." Mutiara membereskan kembali mainan yang ia bawa tadi, lalu ia berjalan ke arah laci meja belajar Caramell dan meletakkannya di sana.
"Sana balik, lo. Tapi, halunya mbak tolong," ucap Caramell sembari membersihkan wajahnya yang penuh dengan coretan tepung.
Caramell menautkan alisnya bingung saat ia melihat Mutiara menyimpan bola bekel di lacinya.
"Loh? Ngapain lo naro di situ?"Mutiara tersenyum menyeringai. "Nitip buat main lagi nanti. Kalo lo mau belajar main pake aja, tapi bayar, ya?"
"Ogah!"
"Gue balik, Mel," pamit Mutiara.
Sebelum Mutiara melangkahkan kakinya mendekati pintu kamar Caramell, langkahnya terhenti saat Caramell memanggilnya kembali.
"Apa lagi, Mel? Masih kangen?"
"Idih, bukan kangen, gue mau nanya, lo baliknya lewat Mang Bob, 'kan?" tanya Caramell.
Mutiara menganggukkan kepalanya. "Iya, kenapa?"
Caramell menyengir dengan menaik turunkan alisnya. "Gue nitip Boba, ya?"
"Nanti gue balik lagi ke sini, gitu?"
"Ya, lo suruh Mang Bob aja nganterin, kalo lo mau nganterin langsung ke gue boleh."
"Hm, setelah dipikir dan didiskusikan dengan perut gue, boleh lah. Mana duitnya?" Mutiara menodongkan tangannya di depan Caramell.
Caramell memutar bola matanya malas. "Apa hubungannya sama perut?"
"Ya, gue mau, lah, Mel. Gue satu, ya?" Mutiara membujuk Caramell dengan menaik-turunkan alisnya.
"Iya," kata Caramell, ia mengambil uang dari dompetnya dan memberikannya kepada Mutiara. "Nih, kembalinya ambil buat lo."
Mutiara melihat uang yang diberikan Caramell. "Kembalian pala lo gundul? Ini pas, pas banget malah."
"Masih kembali itu gope."
KAMU SEDANG MEMBACA
Starting From Dare
Dla nastolatków[Ketika cinta datang tanpa sadar] Berawal dari dare, membuat dua insan yang bertolak belakang menyatu. Ini bukanlah kisah cinta yang memiliki banyak keistimewaan. Tetapi, ini hanyalah kisah cinta yang masih memiliki banyak kekurangan. Hanya karena...