"Mau kemana, Vin?" tanya Ivanka, namun tak ada jawaban apapun dari Gavin.
Sejujurnya Ivanka khawatir, sudah beberapa minggu ini Gavin pulang dalam keadaan mabuk yang membuatnya kaget bukan main. Ini bukan Gavin, Gavin tak pernah melakukan hal yang membuatnya kecewa. Namun sampai detik inipun anaknya itu tak mau memberi tahu masalah apa yang membuat Gavin menjadi seperti itu.
"Woy Vin, dah dateng lo?" suara nyaring Rendi berpacu dengan dentuman musik yang kencang menyambut Gavin.
"Noh jb lo nungguin," ujar Rendi tersebut
"Lo aja lah urus, gue gak mau terlalu jauh." sahut Gavin
"Yaelah lo Vin, masih aje! Kemaren sama Anya aja gercep? Noh Devina juga gak kalah jauh sama Anya, udah gak usah dipikirin si Anya mah" seru Rendi
"Gue lagi pengen minum aja Ren," sebenernya ia bukan memikirkan Anya karena setelah bermalam dengannya Anya hilang entah kemana, namun apa yang ia lakukan dengan Anya malam itu. Gavin tak bisa mengingat apapun karena dirinya terlalu mabuk.
"Yaudah Vin, gue turun ya. Ikut ga lo?" tanya lelaki bernama Daren tersebut.
"Enggak!" Gavin masih saja memikirkan kejadian itu, sungguh ia tak mau terlalu jauh, ia hanya ingin bersenang-senang disini, namun untuk tidur bersama bahkan sampai melakukan hubungan terlarang itu Gavin tidak mau. Saat itu ia sangat mabuk, semua yang ia lakukan hari itu diluar kendali dirinya.
"Arghhh!" dengan segera Gavin pergi meninggalkan club. Ia menancapkan gas menuju rumah seseorang yang masih ada di hati dan pikirannya hingga saat ini.
Saat ini Gavin tengah berada di depan rumah orang yang ia cintai. Ingin sekali Gavin masuk ke dalam dan memeluk gadis itu untuk menenangkan pikirannya, namun Gavin mengurungkan niat itu. Tapi mengingat kembali semuanya ia tak bisa berpikir jernih untuk sekarang. Tanpa babibu Gavin memasuki rumah gadis itu.
"Luna...Lun!"
"Masuk aja Fi----" Mata Luna terbelalak melihat siapa yang datang ke rumahnya. Dengan cepat Gavin memeluk erat tubuh gadis itu. Luna yang yang kaget sontak ingin melepaskan pelukan itu, namun Gavin mendekapnya dengan erat.
"Biarin kaya gini dulu Lun sebentar aja, aku mohon" Luna pasrah, Gavin mendekapnya erat dan Luna tak punya banyak tenaga untuk melepaskannya. Gavin tak ingin kehilangan gadis yang ada dipelukannya ini, ia sangat sayang dan cinta kepada Luna, jika ia mempunyai kesempatan ia tak akan melakukan hal bodoh itu untuk kedua kalinya.
"Lun, untuk sekarang cuma kamu yang ada di pikiran aku dan buat aku tenang." Luna merasakan kehangatan dalam pelukan Gavin, ia merasakan ketulusan dalam pelukan ini. Tangan Luna perlahan bergerak membalas pelukan Gavin.
Tanpa mereka sadari sepasang mata dari balik pintu melihat semuanya lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.
Merasa Gavin sudah terlalu lama memeluk dirinya Luna mendorong tubuh Gavin kencang.
"Mau apa lo?" tanya Luna tegas
"Oke aku salah udah ganggu waktu kamu, maaf tiba-tiba meluk kamu kaya gitu." Gavin pergi meninggalkan setelah mengatakan hal tersebut.
Luna terkesima dengan apa yang Gavin katakan, hanya itu? Setelah pelukan hangat yang ia berikan Gavin hanya mengatakan itu? Luna mengacak rambutnya kacau.
🌺🌺🌺🌺🌺
"ALFIIII" sontak Alfi yang sedang melamun memandangi sesuatu di tangannya terkejut dengan panggilan perempuan yang menganggetkannya itu.
"Nganggetin gue aja sih lo, Sya!" decak Alfi kesal
"Lagian lo bengong aja ngeliatin apaan tuh?" Asya memungut sesuatu yang sedari tadi dipandang oleh Alfi yang kebetulan terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Be Mine
Teen FictionMencintai orang yang memang tak mudah yang dibayangkan, apalagi jika orang itu hanya berjuang di awal saja. Lebih sakit lagi saat ingin melupakan semuanya, tapi malah didorong untuk kembali masuk dan memulai semua dari awal. Luna bukan gadis yang mu...