"Ada yang lebih sakit dari perpisahan. Melihat dia bersama yang lain padahal disini aku masih berusaha keras untuk melupakannya."
🌻🌻🌻🌻🌻
"Makasih ya Alfii udah bantuin gue sama Luna, untung lo dateng kalo gak gue gak tau gimana nasib gue sama Luna." ucap Asya dramatis
"Lebay lo Sya, kan ada anak-anak yang lain. Btw lo dicariin Hendar tuh, kalian berdua jadian?" pertanyaan Alfi mampu membuat mata Asya membulat lebar.
"Fi lo kalo mau bikin gosip yang bener dong, masa gue jadian sama spesies kerupuk." Alfi dan Luna sontak tertawa mendengar penuturan Asya.
"Yaudah gue cari kayu bakar dulu ya, buat games nanti malem. Kalo ada apa-apa telfon aja ya Lun." ujar Alfi.
"Makasih ya Fi." Alfi menganggukan kepalanya lalu pergi
"Vin, ayo cari kayu bakar" ujar Alfi yang melihat Gavin sedang mengepulkan asap rokoknya didekat pohon, namun Gavin malah menginjak rokoknya yang masih nyala lalu pergi meninggalkan Alfi. Alfi yang bingung dengan sifat Gavin hanya bisa mengikutinya.
🔥🔥🔥🔥🔥
Luna, Asya, Aurel dan Retta sudah siap dengan apron masak mereka. Siang ini, mereka akan memasak menu makan siang untuk panitia, peserta kemah sudah disiapkan nasi box untuk menu makan siang mereka. Untuk konsumsi panitia, mereka lebih suka jika ada yang bersedia memasak untuk mereka, dan kebetulan keempat wanita ini bersedia.
"Ka Luna, ada yang bisa gue bantu gak?" pertanyaan Ali membuat Luna tersenyum, ia mengikat rambutnya yang membuat semua mata tertuju pada leher jenjangnya yang putih bersih.
"Liatin apaan lo pada?" suara maskulin Gavin menyadarkan para lelaki dari pandangannya, Gavin yang sedang membawa kompor portable mengambil tempat disamping Luna yang membuat Ali menggeser tubuhnya menjauh dari Luna.
"Masak apa lo?" tanya Gavin meletakkan kompor portablenya di meja yang sudah disediakan.
"Kepo lo, tinggal makan doang juga." sahut Luna sewot, entah mengapa ia sangat sensitif dengan lelaki disampingnya ini. Gavin menarik kunciran Luna yang membuat rambutnya tertarik.
"Ishh apaan sih lo Vin, iseng aja. Balikin gak?" pinta Luna
"Bodo suka suka gue, udah sana lo masak." perintah Gavin lalu meninggalkan Luna, merasa jengkel Luna mengejar Gavin.
"Woyy Gavin! balikin kunciran gue, gue gak bisa masak kalo rambut gue gak dikuncir." teriak Luna berusaha merebut kuncir rambut miliknya, namun Gavin malah menaikkannya ke atas yang membuat Luna tak bisa menggapainya.
"Udah masak kaya gitu aja... Gue gak suka lo jadi pusat perhatian anak cowok." bisik Gavin yang mampu membuat semburat pink keluar dari kedua pipinya.
Sungguh hatinya tidak dapat membendung rasa senangnya lagi, Gavin selalu bisa membuat dirinya terbang ke langit ke tujuh.
Setelah break makan siang, peserta kemah diminta untuk istirahat sebelum menghadapi game malam nanti. Sedangkan panitia akan memeriksa lokasi game yang sudah disiapkan H-2 acara.
"Ka Luna, mau cek tempat ya? Gue anter mau?" Ali lagi-lagi berusaha dengan caranya untuk mendekati Luna.
"Bener nih? Ya---"
"Alii"
"Ya bang?"
"Lo dipanggil Syahril tuh."
"Ohh yaudah makasih ya Bang, Ka Luna gue ke Syahril dulu ya bentar." pamit Ali yang dijawab anggukan oleh Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Be Mine
Teen FictionMencintai orang yang memang tak mudah yang dibayangkan, apalagi jika orang itu hanya berjuang di awal saja. Lebih sakit lagi saat ingin melupakan semuanya, tapi malah didorong untuk kembali masuk dan memulai semua dari awal. Luna bukan gadis yang mu...