CHRAD-4 : Pergi Ke Daratan

31 7 0
                                    

Happy reading:)))

*****

Berita hari ini. Hari ini Leonard, kakakku, pulang. Pulang dari asrama akademi untuk liburan semester. Itu yang ku tau dari membaca surat yang dikirimnya tadi pagi.

Yang kukatakan merindukannya, ya aku memang merindukannya. Tiga tahun yang lalu, tepatnya ketika Leonard berumur 15 tahun. Dia mendaftar di sebuah akademi di Vannverden, dan dia diterima di akademi itu. Baru beberapa bulan bersekolah akademi itu, dia mendapat surat undangan dari akademi Moonlight.

Awalnya kami sekeluarga tidak percaya. Karena walaupun dia adalah anak seorang pengendali air. Tapi, dia tidak mendapatkan kekuatan itu apalagi waktu itu umurnya masih 15 tahun. Dan untuk mendapat surat undangan dari akademi Moonlight, akademi wilayah tengah itu, harus memiliki kelebihan, salah satunya menjadi sang pengendali atau keturunan bangsawan. Maka dari itu sangat jarang sekali anak di bawah umur 17 tahun dari wilayah lain selain wilayah Moonlight bisa mendapat undangan ke akademi itu.

Tidak mendapat kelebihan dari ayah, nyatanya dia mendapat kelebihan dari ibu. Dia sangat pandai meracik ramuan bahkan diumur yang seharusnya anak-anak lain masih belajar ramuan itu. Karena kepintarannya itu dia mendapat undangan dari akademi Moonlight.

Dalam hati kecilku ada perasaan sedikit iri padanya. Dia bisa hidup bebas seperti itu. Memperlihatkan kemampuannya kepada orang lain tanpa takut terlihat aneh. Sedangkan aku, mengeluarkan kekuatanku sedikit saja aku harus sembunyi-sembunyi. Kata ibu, aku harus melakukan itu supaya tidak aneh.

Berbicara tentang aneh. Aku jadi ingat tentang buku "Laut". Sudah hampir seminggu aku tidak membukanya lagi. Aku terlalu tidak mengerti tentang buku itu. Kenapa buku itu bisa memilih ku sebagai pemiliknya saja masih belum terjawab. Ditambah lagi dengan tulisan-tulisan singkat yang tidak ku mengerti maksudnya. Dan anehnya aku penasaran dengan maksud tulisan-tulisan itu. Tapi, tidak ada lanjutan lagi setelah tulisan di lembar kedua.

Duduk di bawah sinar matahari dari beberapa waktu lalu ternyata membuat kulitku memerah. Rasa panas yang sendari tadi kurasakan semakin terasa membakar karena matahari mulai menempati tempat tergagahnya di waktu siang terik.

"Waaah kapan ini akan selesai!"keluhku dengan rasa lelahku.

Aku sedang membersihkan buah yang bernama Black Air Berry. Buah dengan nama panjang ini digunakan ibu dan bibi untuk membuat ramuan penangkal mantra. Namun buah ini sangat langka dan sulit sekali untuk membersihkannya.

Buktinya mulai dari pagi buta sampai sekarang, Black Air Berry yang jumlahnya tidak sampai lima puluh ini belum juga selesai ku bersihkan di depan rumah bibi. Kata bibi, perlu kesabaran dan ketelitian agar kulit tipisnya tidak rusak, kalau tidak buah ini malah berbalik menjadi racun.

Dan harus selesai hari ini. Karena, katanya kesempatan emas Leonard ada, jadi mereka bisa mengetes anak itu. Sabarlah Leo, kau datang bukan untuk berlibur tapi untuk ujian pemahaman yang diadakan oleh ibu dan bibi.

"Sabar ini sisa sedikit lagi anak malas,"tukas seorang perempuan yang berumur tiga tahun di atas ku yang sedang menaruh buah Black Air Berry di sebuah wadah yang mirip dengan piala dengan bahan kaca. Rainsya, kakak sepupuku yang juga sedang liburan semester. Dia adalah anak bibi.

"Aku bukan anak malas ya, selama kau tidak ada disini, aku yang menggantikan pekerjaanmu ya,"sergahku dengan rasa kesal kepadanya.

"Lalu kenapa sekarang kau mengeluh kalau kau rajin?"

"Aku tidak mengeluh aku hanya bertanya."

"Pertanyaanmu itu membuat mu terlihat seperti orang malas."

Aku mendengus dan memutar mataku. Kalau terus melawannya perdebatan ini tidak akan selesai karena dia memang jago sekali berdebat. Aku memilih untuk tidak menjawabnya lagi. Dan lihatlah, senyum kemenangan terukir di wajahnya.

The Element CHRAD - Saving Ereat KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang