“Kak, tapi aku gak biasa difotoin, gimana dong?” tanya Sally yang ke delapan kalinya sejak sepuluh menit yang lalu.
Sally dan Sunny baru saja selesai menata rambut dan memakai pakaian yang bisa dibilang ‘aneh’ menurut keduanya. Bagaimana tidak? Di suasana panas seperti ini, keduanya diperintahkan untuk memakai setelan serba tertutup. Di mulai dari jaket panjang yang menutupi lengan, celana trening ketat—juga sebuah topi olahraga. Benar, tema pemotretan hari ini memang olahraga.
Irena tersenyum lebar kemudian menjawab dengan sabar. “Gak apa-apa, Kakak juga gitu waktu awal jadi model. Kamu, kan, suka foto-foto. Sama kayak gitu, kok.”
“Beda tau, Kak! Kalau foto selfie, kan, gak ada yang liat.” jawab Sally jujur.
“Bener, Kak. Aku biasanya cuma foto-foto makanan buat update Instagram.” timpal Sunny.
Irena menepuk pundak kedua anak kecil di depannya itu dengan pelan. “Udah, ya, mendingan kalian ke studio sekarang. Kak Tan baik kok, walaupun wajahnya emang garang kayak macan tutul, tapi hatinya baik banget. Udah buruan sana!”
Keduanya menurut dan berjalan menuju salah satu studio yang terletak tak jauh dari tempat mereka berganti pakaian. Disana, terlihat seorang pria tinggi dengan sorot mata tajam sedang mengatur kamera di tangannya.
Pria itu tersenyum saat menyadari ada langkah kaki yang mendekat. “Wah, kalian cocok banget pakai baju itu.” katanya ramah.
Sally menatap penampilannya sendiri lalu menyunggingkan senyum lebar. “Makasih, Kak.”
Pria itu lalu berjalan ke arah Sally dan Sunny kemudian mengulurkan tangan. “Tan,” ujarnya memperkenalkan diri. “Irena pasti udah bilang, kan, kalau fotografernya ganteng?”
“Udah, sih,” jawab Sunny. “Tapi gak bilang ganteng. Ya nggak, Sal?” Sunny terkekeh pelan.
Tan mengibaskan tangan sambil tertawa. “Dia pasti bohong tuh,” timpal Tan santai. “Kalian udah siap, kan?”
Keduanya mengangguk bersamaan.
“Kalau gitu kalian berdiri disana, ya?” lanjut Tan. “Sunny boleh sambil duduk, kalau Sally berdiri sedikit di belakang Sunny, oke?”
***
Jam menunjukkan pukul tujuh malam dan Vazza masih berada di kampus. Janne, dosennya, baru saja meminta Vazza untuk menyerahkan laporan tugas mengajar yang dilakukan Vazza tiga hari belakangan. Setelah semua urusannya dengan Janne selesai, lelaki berambut hitam itu lantas berjalan keluar sambil memasukkan salah satu tangannya pada saku celana.
Beberapa saat kemudian, suara perempuan terdengar begitu lirih hingga membuat Vazza menoleh ke belakang. Terlihat sebuah bayangan hitam yang berlari pelan di koridor dengan suasana yang cukup gelap itu.
Vazza mengangkat alisnya saat mengenali siapa perempuan tersebut. Sudut bibirnya terangkat ke atas. “Kamu belum pulang?” tanyanya kemudian.
Perempuan itu baru saja tiba di depan Vazza. Ia menghela napas sesaat setelah berlari tadi. “Aku nunggu kamu.” jawabnya sambil tersenyum.
Vazza melirik jam tangannya sekilas. “Ya udah, ayo aku antar ke rumah.”
Baru saja Vazza melangkahkan kakinya, tiba-tiba tangan perempuan itu meraih lengan Vazza lalu tersenyum. “Kita makan dulu, gimana? Kamu belum makan, kan?”
“Minnie, kamu bukannya gak ada jadwal ya hari ini? Nanti kalau om dan tante nyariin kamu, gimana?” Vazza melepaskan tangan Minnie dengan pelan tanpa menyakiti perasaan perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Better (With You)
FanfictionSally (Chou Tzuyu) dihadapkan pada dua pilihan, Vazza (Kim Taehyung), atau Nathan (Jung Jaehyun)? [18+] Jadilah saksi dari perjalanan kisah cinta Sally, lalu tebak akhir cinta seperti apa dan dari siapa yang Sally terima. Genre : Comedy, Drama, Roma...