Lima

291 58 115
                                    

“Sun, kok kak Vazza belum keliatan juga, ya?” tanya Sally sambil mengedarkan pandangannya.

Pagi ini mereka berdua kembali mengikuti kelas Biokimia Gizi. Mata kuliah yang sangat Sally tunggu meskipun tak ada satupun materi yang masuk ke kepalanya. Alasannya menyukai mata kuliah ini tak lain dan tak bukan yaitu Vazza.

Sally bisa dengan puas menatap wajah Vazza saat sedang mengajar di kelas. Meskipun berulang kali lelaki itu menegur Sally karena selalu tak konsen saat belajar, Sally tetap tak peduli. Soal materi bisa ia tanyakan nanti. Justru bagus, kan, kalau dirinya bertanya soal mata kuliah pada Vazza?

Beberapa saat kemudian, seorang wanita dengan rambut panjang bergelombang tampak masuk ke dalam kelas sambil tersenyum. Ia menyimpan tumpukkan buku yang dibawanya kemudian menyapa semua mahasiswa.

“Selamat pagi semuanya.”

“Pagi...” jawab para mahasiswa bersamaan.

Wanita itu berjalan sedikit ke depan lalu mengedarkan pandangannya sambil tetap tersenyum. “Kalian mungkin baru pertama kali bertemu dengan saya,” katanya. “Saya Janne, dan akan mengajar Biokimia Gizi.”

“Ah...” Tanpa sadar semua yang ada diruangan mengucapkan hal yang sama.

Janne menganggukkan kepalanya sekali. “Betul sekali, hari ini asisten dosen saya, Vazza, tak akan mengajar untuk sementara waktu karena ada keperluan. Saya juga minta maaf, di kelas pertama saya berhalangan hadir karena satu dan lain hal.” jelas Janne panjang lebar.

Semangat Sally tiba-tiba luntur. Kelas Biokimia Gizi adalah harapan satu-satunya untuk bertemu Vazza. Dengan lemas ia menundukkan kepala dan berusaha sekuat tenaga untuk mengikuti kelas selama kurang lebih dua jam ke depan.

Sunny terkekeh melihat sahabatnya yang tampak lesu. Tak ada satupun senyum yang ke luar dari bibir Sally beberapa waktu terakhir. “Gak usah cemberut gitu anjir! Nanti juga ketemu Kak Vazza di kantin.”

“Tau dari mana lo kalau Kak Vazza bakal ke kantin?”

Sunny mengibaskan rambutnya. “Dia juga manusia. Kalau laper ya pasti makan ke kantin, lah!”

“Oh iya juga...”

***

Jam menunjukkan pukul sebelas siang tepat saat Sally dan Sunny ke luar dari kelas. Mereka berdua berjalan dengan langkah cepat menuju kantin. Selain karena lapar, tujuan utama Sally sudah pasti adalah mencari keberadaan Vazza.

Belum sempat keduanya berbelok di ujung lorong, Sunny tiba-tiba menghentikan langkah kaki dengan pandangan terpaku pada seseorang.

“Kenapa?” tanya Sally bingung sambil ikut menatap ke arah yang dilihat Sunny.

“Jack...”

“Mm?” Sally mendongak, matanya disipitkan berusaha melihat dengan jelas ke arah yang Sunny tunjuk.

Di parkiran, Jack terlihat baru saja turun dari motor hitamnya—bersama seorang perempuan. Rambutnya yang panjang berwarna abu-abu dengan cepat langsung dikenali oleh Sunny.

“Itu Karina.” kata Sunny singkat.

Mata Sally melebar. “Kok bisa?”

“G-Gak tau.” jawab Sunny sambil lalu. Raut wajahnya terlihat sangat kecewa. Baru kali ini ia melihat Sunny seperti itu.

Sally masih berdiri di persimpangan lorong dan memperhatikan Jack dari kejauhan, membiarkan sahabatnya berjalan sendiri menuju kantin. Ia begitu penasaran, apa hubungan Jack dengan Karina hingga terlihat begitu akrab.

Be Better (With You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang