Tama dan Ten baru saja ke luar dari aula. Sejak pagi tadi, mereka mengikuti rapat besar tentang Dies Natalis untuk jurusan Seni. Tama memang terkenal aktif di kampus. Meskipun baru menginjak semester satu, ia sudah dikenal kalangan dosen karena kecakapan serta kepintarannya dalam hal akademis.
Sebagai sahabat yang baik, Ten tentu saja mendukung. Ia bahkan dengan senang hati menemani Tama yang sedang rapat selama kurang lebih dua jam terakhir.
“Thanks, Ten, udah nemenin gue,” kata Tama. “Gue bakal bete banget tadi gak ada temen ngobrol.”
Ten tersenyum lebar lalu mengangguk bangga. “Lo emang gak akan nemu temen kayak gue, sih.”
“Kita makan siang di kafe depan yuk! Gue traktir!”
“Sikat!”
Kafe estetik yang berada tepat di seberang kampus memang menjadi tempat populer di kalangan mahasiswa. Meskipun tidak terlalu besar, namun desain interior yang simpel membuatnya terlihat luas.
Tama dan Ten memang menyukai hal yang berbau seni sejak dulu. Mereka berdua bahkan pernah mengikuti lomba menggambar karikatur tingkat Provinsi saat SMA.
Keduanya menempati salah satu meja dekat jendela. Pemandangan dari sana memang terlihat cukup bagus.
Tama menghela napas perlahan sambil memutar ponselnya. “Kayaknya gue bakal nyatain perasaan ke Karina deh.”
Ten sontak menatap ke arah Tama dengan alis berkerut. “Tam, Karina itu bukan cewek baik-baik,” katanya. “Bukannya lo juga tahu, ya? Lo sendiri, kan, yang jemput dia di bar malam itu?”
Tama mengingat dengan jelas apa yang Ten katakan. Waktu itu, salah satu teman Karina meneleponnya dan bilang kalau Karina mabuk berat di salah satu bar. Tama yang saat itu sedang main game bersama Ten langsung bangkit dan melempar stik PS yang tengah digenggamnya.
Tama mengambil kunci mobil dengan kasar sambil menempelkan ponselnya di telinga. “Gue ke sana sekarang. Lo bisa kasih tahu alamatnya di mana?”
“Tam, ini udah malem! Lo mau ke mana?” tanya Ten kebingungan.
Sambil memakai jaket denim berwarna gelap, Tama berusaha menjawab pertanyaan Ten. “Jemput Karina. Kalau bokap-nyokap tanya, bilang aja gue lagi beli makanan ke depan.”
Tama bergegas menuruni tangga menuju garasi. Ia langsung tancap gas menuju alamat yang disebutkan.
Sesampainya di sana, Tama masuk sambil menjalarkan pandangan. Suasana ini bukan hal yang familiar baginya. Suara musik kencang, sorot lampu warna-warni yang menyilaukan mata, serta banyaknya orang yang menari tidak karuan.
Ia terus mengedarkan pandangan. Sampai suatu ketika, salah satu kenalan melambai padanya dari arah depan. Tama lantas menghampiri gadis tersebut yang ternyata adalah teman satu kelas Karina.
“Sorry gue telepon lo,” katanya agak kencang. “Gue gak tahu mau telepon siapa lagi.”
Tama mendekatkan telinganya berusaha mendengar jelas apa yang gadis itu katakan. “Gak apa-apa,” balasnya bersautan dengan suara musik yang terasa semakin kencang. “Thanks udah kabarin gue.”
“Gue gak bisa anter Karina. Lo bisa, kan?” tanya gadis itu.
Tama mengangguk lalu merangkul Karina yang hampir tak sadarkan diri. Tubuhnya sangat lunglai karena pengaruh minuman keras.
“Ta... ma? Lo ngapain?” tanya Karina setengah sadar. Ia bahkan tertawa saat melihat lelaki itu merangkulnya.
Tama tak menjawab pertanyaan Karina. Ia lantas membawa Karina ke luar bar dan memasukkannya ke dalam mobil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Be Better (With You)
FanfictionSally (Chou Tzuyu) dihadapkan pada dua pilihan, Vazza (Kim Taehyung), atau Nathan (Jung Jaehyun)? [18+] Jadilah saksi dari perjalanan kisah cinta Sally, lalu tebak akhir cinta seperti apa dan dari siapa yang Sally terima. Genre : Comedy, Drama, Roma...