Keesokan harinya di kampus, Sally dan Sunny hendak mengikuti kelas Gizi Kuliner. Mereka sangat bersemangat mendapat jadwal kuliah ini. Dari namanya saja sudah menarik, kan?
Sally menopang dagu sambil menghadap ke arah Sunny. “Kayaknya kita bakal disuruh makan deh.” katanya menebak-nebak.
Sunny mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju. “Bisa jadi kita disuruh nyoba semua makanan di kantin secara gratis!” timpalnya.
Beberapa saat kemudian, seorang pria berusia sekitar lima puluhan masuk sambil tersenyum lebar. Jika dilihat dari penampilannya, sudah pasti beliau adalah dosen untuk mata kuliah ini. Wajar saja, selama kurang lebih satu minggu menjadi mahasiswa, baru hari ini mereka mendapat jadwal Gizi Kuliner.
“Selamat pagi!” sapa pria tersebut sambil mengedarkan pandangan pada seluruh penjuru kelas.
“Pagi...”
“Nama saya Pramono, dosen yang akan mengajar mata kuliah Gizi Kuliner,” lanjutnya memperkenalkan diri. “Mungkin sebagian dari kalian sudah mengenal saya karena ternyata ada mahasiswa tingkat dua juga di sini.”
Sunny berbisik ke arah Sally dengan tatapan masih lurus ke depan. “Mau taruhan sama gue gak?”
“Apaan?”
“Kita pasti dibagi kelompok untuk meneliti makanan di kantin.” bisiknya lagi.
“Sok tau lo!”
Tiba-tiba suara seseorang terdengar dari depan pintu yang terbuka. “Selamat pagi, Pak. Maaf saya terlambat.”
“Oh, kamu. Ya, tidak apa-apa, silakan masuk.”
Vazza melangkah masuk hingga membuat hampir seisi kelas termasuk Sally dan Sunny terkejut. Gadis itu bahkan tak bisa menyembunyikan rasa senangnya mengetahui Vazza kini duduk di kursi sebelahnya yang kosong.
Kak Vazza ikut kelas ini juga? Ya ampun! Batinnya meronta kegirangan.
Selama kelas berlangsung, Sally sangat gemetar. Bukan, dirinya bukan gemetar karena belum makan, melainkan ini adalah getaran cinta yang tak bisa ia kendalikan. Sekitar tiga puluh dua menit kemudian, Pak Pramono menutup buku sambil berkata,
“Saya akan bagi kalian menjadi beberapa kelompok untuk materi ini.”
Sontak Sunny langsung berbalik ke arah Sally sambil tersenyum dan menaik-turunkan kedua alisnya.
“Kelompok satu,” lanjut Pak Pramono. “Udin, Sunny, dan Karina.”
Sunny mendesah kesal saat mendengar namanya satu kelompok dengan Karina. Kenapa harus dia, sih?
Ia lalu mendelik ke samping kiri untuk melihat reaksi Karina, namun ternyata gadis itu tampak tidak peduli dengan siapa kelompoknya. Karina hanya diam bersandar sambil memainkan balpoin. Terlihat jelas kalau ia tidak menaruh minat pada mata kuliah ini.
“Kelompok dua,” suara Pak Pramono terdengar lagi. “Vazza, Sally dan Nathan.”
Sally mengepal kedua tangannya kuat-kuat sambil menahan senyum. Hampir saja ia teriak kegirangan mendengar namanya satu kelompok dengan Vazza. Ini benar-benar suatu keajaiban!
Sama halnya dengan Sunny, Sally melirik sekilas ke arah Vazza di sampingnya. Lelaki itu juga hanya mengangguk lalu kembali memfokuskan diri pada buku-buku tebal di depannya.
Bagaimana dengan Nathan? Sally sama sekali belum mengenal lelaki itu. Di kelas-kelas sebelumnya juga Sally bahkan baru mendengar nama Nathan. Sunny bilang, dia hanyalah seorang mahasiswa kupu-kupu. Tak banyak yang Nathan lakukan di kampus. Sunny pernah beberapa kali satu kelas dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Better (With You)
FanfictionSally (Chou Tzuyu) dihadapkan pada dua pilihan, Vazza (Kim Taehyung), atau Nathan (Jung Jaehyun)? [18+] Jadilah saksi dari perjalanan kisah cinta Sally, lalu tebak akhir cinta seperti apa dan dari siapa yang Sally terima. Genre : Comedy, Drama, Roma...