Seorang Perempuan

5 2 0
                                    

Sungchan's POV

Aku menekan 6 digit angka sesuai yang tertulis di kertas kecil bewarna pink yang kutemukan beberapa hari lalu di rumah ayahku.

Ah, tanggal ulang tahunku ternyata.

Tenggorokan ku terasa sakit ketika menelan ludah, aku memberanikan diri memutar gagang pintu tempat tinggal baruku.

Sepi sekali.

Aku mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Ruangan kecil namun cukup untuk aku tinggali lengkap bersama dengan segala barang yang kubutuhkan, mulai dari tempat tidur, peralatan makan, lemari, dan barang-barang lainnya.

Aku menjatuhkan diriku ke lantai dengan bertumpu pada kedua lutut, genangan air mata yang sejak tadi kutahan sudah keluar begitu saja.

Buliran cairan bening keluar tanpa bisa kukendalikan dari kedua mataku, bibirku tertutup rapat sehingga aku hanya bisa menangis dalam diam tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Aku mulai membiasakan diri di apartement ini. Kebetulan tahun ini aku masuk ke jenjang SMP, kemarin aku memutuskan untuk mendaftar ke salah satu sekolah yang tidak jauh dari sini.

Aku menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya lega, inilah kehidupan baruku.

Dukh dukh dukh brak dug....

Terdengar bunyi kebisingan dari arah luar, sepertinya baru pertama kali ini sejak kepindahanku seminggu yang lalu aku mendengar suara lain.

Aku membasuh wajahku dengan air segar dan memasang hoodie bewarna abu-abu yang kugantung di samping lemari, berdiri di depan cermin dan mengacak rambutku asal. Entah siapa yang akan kutemui.

Hidupku selalu dipenuhi kesialan dan malapetaka. 

Satu-satunya hal yang tidak akan pernah kusesali seumur hidup adalah hari dimana aku mengulurkan tanganku kepada seorang perempuan yang sekarang menjadi pengisi hari-hariku.

Sejak saat aku membantunya menaikkan barang-barang pindahan ke kamarnya, kamar sebelahku, aku menjadi selalu memperhatikannya. Entah secara sadar atau tidak tetapi aku tidak bisa melepaskan pandanganku darinya.

Seorang perempuan yang selalu melakukan hal bodoh untuk dirinya sendiri namun masih terus mengeluarkan tawa cerianya. Seorang dengan senyuman termanis di dunia. Tidak yang kedua setelah ibuku karena aku sendiri tidak pernah melihat ibuku tersenyum. Namun perempuan itulah yang pertama.

Setiap hari aku berdoa supaya dapat bangun pagi dan bertemu dengan senyum terindah itu. Seperti sebuah pelangi yang mewarnai hidupku yang penuh dengan gemuruh amarah dan rintik kesedihan.

Aku melalui 3 tahun terakhir tanpa beban sedikitpun, rasanya beban yang kupikul sejak aku lahir hilang seketika. 

Aku yang selalu bersembunyi di balik senyuman Ji Ah agar aku bisa selalu memperhatikannya dalam diam tanpa memikirkan masalahku.

Dia sudah seperti ibu, adik, teman, sahabat, dan mungkin pacar? Untuk diriku.

Jika dipikir-pikir sepertinya aku menghabiskan lebih banyak waktu dengan Ji Ah daripada dengan orangtuaku.

Namun 3 tahun sudah cukup bukan?

Aku memang seorang pendosa, seorang anak laki-laki yang dikutuk menjadi pembawa sial dan aku pula yang harus menanggung rasa sakit itu.

Seperti pepatah sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Sudah selesai masaku untuk menyembunyikan diri. 

Masih banyak masalah yang belum kuselesaikan. Semakin aku diam maka semakin akan menyakitkan untuk Ji Ah juga nantinya. Aku tidak mau kesialan ini juga merugikan satu-satunya orang yang kusayangi di dunia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HELIOPHILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang