~1~

19 9 5
                                    

Seorang gadis dengan wajah cantik sedari tadi duduk di kursi yang tersedia di depan sebuah warung. Sesekali gadis itu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Tinggal 20 menit bel sekolahnya akan berbunyi, tetapi hujan tak kunjung reda, malah bertambah deras.

Gadis itu sangat ingin menerobos hujan, tapi dia juga ragu karena tidak ingin demam keesokan harinya. Dengan terpaksa dia menunggu hujan reda sambil merutuki dirinya sendiri yang ceroboh tak membawa jas hujan padahal dia tau bulan ini adalah musim penghujan.

Setelah hujan mulai reda, gadis itu buru-buru menuju kearah motornya yang berada di samping warung itu. Dia tak mau menunggu hujan benar-benar berhenti karena kemungkinan dia akan terlambat.

Sampai di sekolah dan memarkirkan motornya di parkiran khusus siswa, gadis itu bernafas lega karena tak terlambat. Tapi, sebelum menuju ke kelasnya dia terlebih dulu ke toilet untuk merapikan bajunya yang sedikit berantakan. Setelah itu dia cepat-cepat menuju ke kelasnya karena 5 menit lagi bel akan berbunyi.

"Lo kesiangan, ya?" tanya Aira pada teman sebangkunya, tepat saat gadis itu menyimpan tasnya.

"Enggak, lah," elak gadis itu cepat "Tadi, pas gue lagi di jalan, tiba-tiba hujan dan sialnya lagi gue lupa bawa jas hujan."

"Makanya setiap hari lo harus bawa jas hujan, udah tau ini bulan musim penghujan," ucap Aira sambil tertawa.

"Lah, mana gue tau kalau mau hujan. Tadi, pas berangkat dari rumah nggak ada tanda-tanda mau hujan, jadi gue nggak bawa jas hujan deh," sahut gadis itu.

"Ya kalau gitu sih DL," ucap Aira.

"Apa'an tuh DL?" tanyanya penasaran.

"Derita Lo," jawab Aira sambil terkekeh pelan.

"Ngeselin banget sih!" pekik gadis itu yang merasa kesal pada Aira.

"Dih, Della gitu aja ngambek." Aira mencolek dagu gadis itu.

Gadis itu bernama Della, lebih tepatnya Fredella Aleeza.

"Biarin," ucap Della sambil memutar bola matanya malas.

Kring...
Bel tanda masuk berbunyi

"Woy, pak Rahul nggak jadi ngajar di kelas kita, katanya ada urusan keluarga," teriak Amzar selaku ketua kelas, yang sedang berdiri di depan papan tulis dan sesekali menatap layar handphone-nya.

"Horeee!"

"Asik!"

"Alhamdulillah...."

"Tapi----" Amzar menggantung ucapannya membuat suasana seketika hening.

"Tapi, apa?" tanya Varo, seorang lelaki yang sedang duduk di kursi guru.

"Pak Rahul nyuruh ngelanjutin catatan minggu lalu," terang Amzar lesu kemudian berjalan ke tempat duduknya yang berada tepat di depan meja guru.

Suasana kembali ramai oleh protesan beberapa murid kelas 11 Ips 1, tak terkecuali Della.

"Ya... gimana sih, pak Rahul. udah enggak masuk masih aja ngasih tugas," pekik Della kesal sambil berdiri di samping kursinya. Padahal ia sudah akan pergi ke kantin, tapi sepertinya tidak jadi mengingat catatan itu tidaklah sedikit. Mau dia kerjakan di rumah, tapi Della lebih suka rebahan.

"Berisik!" ucap Egi, teman sebangku Amzar tanpa menatap lawan bicaranya.

Mendengar itu, Della berdecak kesal kemudian duduk.

"OMG sumpah ya! gue kesel banget sama si Egi itu, dasar muka tembok,songong, sok cool, dan bla bla bla...." Della kembali duduk, ia mendumel sambil mengumpati Egi.

Aira yang berada di dekat Della menutup telinganya. Aira sangat tau jika Della kesal kepada seseorang maka dia tak akan berhenti mengumpati orang tersebut sampai dirinya merasa tenang.

"Harus dikumpulin sekarang nggak?" tanya Kevin, yang berada tepat di belakang kursi Amzar.

"Nggak tau juga, soalnya pak Rahul nggak bilang harus dikumpul kapan," jawab Amzar seadanya.

"Oke," respon Kevin kemudian melanjutkan gamenya yang sempat dia tunda.

"Teman-teman terserah kalian mau nyatat sekarang atau enggak, setidaknya pertemuan selanjutnya semuanya udah selesai," titah Amzar berdiri menatap semua teman sekelasnya dan kembali duduk.

Della menatap Aira yang sedang menyiapkan perlengkapan menuliskannya, lalu dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kelas. Hanya beberapa temannya yang mencatat dan yang lainnya lebih memilih mengobrol, bermain game bahkan ada yang sudah menuju ke kantin.

"Aira, kok gue lagi males nulis ya? Lo sebagai teman gue yang paling baik, nggak ada niat gitu, buat tulisin buku gue juga?" Della menopang tangannya di dagu sambil menatap Aira yang sedang mencatat.

Aira menatap sinis Della, tanpa mengucap sepatah kata.

"Aira, tangan kiri gue lagi sakit nih. Kayaknya gue nggak bisa nulis deh." Della masih mencoba merayu Aira dengan berbagai alasan.

"Lo kidal, nggak?" Aira menghentikan goresan tintanya pada kertas putih itu, lalu menatap Della.

"Kidal? Enggak tuh. Mana ada gue kidal." Della menjawab dengan nada sombong.

"Lo nulis pakai tangan kanan kan?"

Della mengangguk.

"Sakit enggak?"

Della menggelengkan kepalanya.

"Berarti lo masih bisa nulis walaupun tangan kiri lo sakit."

Della mengerjapkan matanya menatap Aira.

"Iya juga ya." Della menyengir sambil menggaruk kepalanya.

"Makanya Della, bego-nya semua orang jangan lo ambil semua. Kan jadinya malah gini." Aira menatap Della dengan tatapan mengejek.

"Kampret lo." Della memukul pelan bahu Aira dan keduanya tertawa.

******

FreegieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang