~15~

2 2 0
                                    

"Della bangun... kamu enggak mau ke sekolah?" Lyna mendekati ranjang Della sambil menarik selimut yang menutupinya.

"lima menit lagi Ma," gumam Della, masih memejamkan matanya.

"Ini udah jam tujuh, memangnya kamu nggak telat?"

"Apa!" teriak Della membuka selimut yang menutupi tubuhnya. "Kenapa Mama nggak bangunin Della dari tadi," sambungnya dengan wajah cemberut.

"Tadi Mama kesini jam enam bangunin kamu, tapi kamu nggak ada pergerakan. Mama turun buat bikin sarapan karena Mama pikir nanti kamu bangun sendiri." Lyna memberi penjelasan pada Della.

Della kembali menguap, dia hampir memejamkan matanya jika Lyna tak mencubit lengannya.

"Aduh... sakit Ma!" ringis Della.

"Sana! cepat mandi habis itu sarapan," perintah Lyna, "kamu mau dihukum karena telat?" tanya Lyna dengan tegas.

Della berlari ke kamar mandi, tak sampai 10 menit dia sudah keluar lengkap dengan pakaian khas anak sekolah. Sebelum keluar kamar, Della sedikit menyemprotkan parfum ke bajunya.

Dengan tergesa-gesa, Della menuruuni tangga lalu menghampiri kedua orang tuanya yang berada di ruang makan.

"Pagi Pa, Ma." Della mencium pipi kedua orang tuanya.

"Pagi sayang," balas Dillah dan Lyna bersamaan.

"Della sarapan di kantin sekolah aja Ma, takut telat kalau sarapan di rumah. Assalamualaikum," pamit Della sambil mencium tangan Dillah dan Lyna.

Della berlari keluar rumah dan menuju ke garasi untuk mengambil motornya, setelah itu dia berangkat ke sekolah.

Della menatap gerbang sekolahnya yang sudah tertutup rapat. Bahkan satpam sekolahnya sedang duduk sambil menikmati secangkir kopi.

Della turun dari motornya dan berjalan ke pintu gerbang.

"Pak... buka gerbangnya, Pak...." Della berteriak sambil menggoyang-goyangkan gerbang sekolahnya.

"Maaf neng, kalau sudah terlambat tidak diizinkan untuk masuk," jelas pak Wandi, satpam sekolah.

Della terdiam lalu tersenyum setelah sebuah pemikiran terlintas di kepalanya.

"Hiks...hiks...hiks...."

Della kembali menduduki motornya dan berpura-pura menangis.

"Loh, neng. Kenapa jadi nangis? Jangan nangis atuh neng, nanti orang pikir saya yang jahatin," panik pak Wandi sambil menenangkan Della dari dalam gerbang sekolah.

"Hiks... makanya pak, buka pintu gerbangnya," ucap Della masih sesegukan, pak Wandi tidak tahu bahwa dibalik tangisnya terdapat senyuman licik.

Ketahuilah bahwa pak Wandi itu terlalu berhati lembut sehingga tidak sekali dua kali dia di tipu oleh murid-murid sekolah.

"Tapi ka----"

"Huaaa...." tangis Della bertambah kencang.

Pak Wandi yang merasa kasian akhirnya membuka gerbang sekolah. Melihat itu, Della buru-buru menyalakan motornya dan masuk ke dalam sambil tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FreegieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang