Akhir

1 0 0
                                    

YaTuhan, aku bingung. Aku bingung harus seperti apa. Aku bingung untuk menghadapi ini. Pikiranku kosong. Aku merasakan kehampaan hadir secara tiba-tiba menguasai diriku.

"Aku akan melanjutkan kuliah di Medan. Ini alesan aku gak bisa janji sama kamu untuk jadi guru privat kamu lagi. Aku minta maaf karna kamu harus mengetahuinya seperti ini. Maaf karna aku telat memberitahumu. Maaf karna aku menyembunyikan darimu. Aku harus menepati janjiku dengan Om Zaki. Aku memang sudah berjanji untuk tinggal bersamanya saat aku kuliah nanti."

Lelaki itu meminta maaf dengan suara terbata-bata.
Hening.
Tidak ada suara yang keluar dari mulut ku maaupun mulutnya.

Aku hanya terpaku diam. Bahkan tanpa sadar aku telah menjatuhkan air mata dan membiarkannya membasahi pipiku.

"Tas, aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku tidak bermaksud menjauhi atau menghilang dari kehidupanmu. Aku hanya ingin kamu kembali seperti biasa. Seperti dahulu sebelum mengenalku. Aku tidak ingin melihatmu larut dalam kesedihanmu. Aku tidak berkata ini cara yang baik, tapi mungkin saja memang ini yang terbaik yang harus kita terima. Aku tidak menyalahkanmu karna kecewa denganku. Aku tahu kamu sangat tidak menyukai orang yang berada di sekitarmu pergi meninggalkanmu begitu saja. Itu pun salah satu alasan mengapa aku tidak menceritakan ini."

Aku terus membasahi pipiku. Air mata ini tidak ingin berhenti dan terus keluar untuk mengungkapan betapa sedih dan kecewanya aku. Mulutku terkunci rapat, seperti lem yang sudah diletakan diantara kedua bibirku.

"Tasya, kamu akan baik-baik saja tanpa aku. Memang mungkin saja kita bisa melanjutkan ini walaupun dengan jarak antar kota yang kita miliki. Tapi, aku tidak mau. Aku tidak mau membuatmu terus menunggu dan akan terus menahan rindu. Aku tidak ingin menyiksamu. Aku tidak ingin membuatmu terluka secara terus menerus. Kita hanya bisa merencanaka n suatu hal. Tapi Tuhan yang akan menentukan semuanya. Saat ini aku berfikir itu hal terbaik yang harus kita sepakati. Aku tidak ingin kamu meletakan harapan kepada diriku. Bagitu juga halnya denganku. Saat ini, aku hanya bisa memohon terus menerus dengan Sang Pemberi Kehidupan. Aku memohon kepadanya agar selalu menjagamu di mana pun kamu berada. Aku memohon kepadanya untuk selalu memberikanmu kesehatan dan juga kebahagiaan yang sempurna. Tasya, aku minta maaf karna telah mengecewakanmu dan mematahkan hatimu secara tiba-tiba. Jika memang Tuhan mengizinkan, aku akan kembali kepadamu. Tetapi tolong, jangan jadikan ini sebagai harapan yang ku berikan kepadamu. Kamu harus menjalankan hidupmu dengan penuh kebahagiaan, bukan harapan yang memang belum memiliki jawaban yang sebenarnya." Jelasnya dengan panjang lebar.

Angga berdiri dari kursi roda itu. Berjalan ke arahku yang duduk di kursi bersebrangan dengannya. Angga berlutut. Melihat wajahku yang tertunduk dan meneggakkan kepalaku dengan lembut.

Mataku dan matanya saling bertatapan. Ke empat mata tersebut digenangi oleh air mata yang siap jatuh. Angga menyentuh pipiku dan membasuh air yang terus menerus jatuh dari mataku. Dia hanya tersenyum kepadaku. Tatapan matanya mencerminkan setumpuk ketulusan.

YaTuhan, aku sangat menyayangi laki-laki itu. Dadaku terasa sesak, hatiku sangat hancur dan bahkan sudah tidak berbentuk.

"Terima Kasih Tasya." Kalimat itu keluar dari bibir tebalnya.

Tangisanku pecah. Aku sudah tidak bisa menahannya lagi. Angga memelukku dengan sangat erat dan penuh kehangatan.

YaTuhan ini benar-bener menyakitkan. Dadaku sangat sesak, dan aku tidak tahu harus berbuat apa.

Aku membalas pelukannya dengan erat seperti aku tidak mengizinkan dia meninggalkanku. Dia tahu aku tidak menyukai hal ini, tapi mengapa dia tetap meninggalkanku.

Kami berpelukan dalam waktu yang lama. Hanya terdengar suara tangisan yang kami keluarkan. Tidak ada perbincangan lagi setelah itu.
**

Aku memutuskan mecoba semua ini. Aku tidak ingin menjadi manusia yang egois. Aku tidak marah dengannya, tapi bila ditanya apakah aku kecewa? Ya tentu saja jawabnnya adalah iya.

Aku tidak mau membebaninya dengan kesedihanku. Aku tidak mau dia berakhir dengan rasa bersalah kepadaku. Aku sangat menyayanginya, tidak hanya Sang Pencipta yang mengetahuinya. Tapi, semua orang di lingkungan kami tahu tentang itu.

Aku ingin Angga juga memiliki kebahagiaannya sendiri. Aku tidak berkata bahwa kebahagiaan yang dia berikan kepadaku telah cukup, tidak. Aku masih menginginkan dan membutuhkannya. Tapi saat ini, aku tidak bisa menuntut Angga maupun Tuhan untuk memberikan itu kepadaku.

Sama halnya dengan Angga. Saat ini aku hanya bisa berdoa kepada Gusti Allah untuk selalu memberikan dia kesehatan di mana pun dia berada. Selalu menjaganya, dan selalu memberikan kebahagiaan yang sempurna untuknya. Meskipun aku belum merasa puas dengan ini, aku tetap sangat bersyukur kepada Tuhan.

YaTuhan, terima kasih. Terima kasih karna telah memilihku. Aku menikmatinya dan aku bahagia. Terima kasih atas waktu yang Engkau berikan kepada aku dan Angga. Terima kasih telah mengizinkan berbagai momen bahagia yang terjadi diantara aku dan Angga.

Terima kasih Tuhan. Semoga Engkau selalu menjaganya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang