Terungkap

15 3 0
                                    

Hari ini aku pulang naik angkutan umum. Tadinya aku ingin pulang bareng Kak Egy. Tapi ternyata Kak Egy mendadak tidak bisa pulang dengan ku. Entah alasannya apa, tapi aku sangat kesal.

"Lo nungguin apa? Angkot? Bareng gua mau ga?" Kata seorang lelaki mendatangiku dengan skuter merahnya.

Itu Angga.
Aku tidak menjawab, hanya diam.

"Cepet naik. Keburu gue berubah pikiran. Lagian gue cuma mau makasih aja sama lo udah mau ngurusin gue kemarin." Jawabnya.
"Gausah. Gua bisa sendiri. Lagian gue
ga minta lo ngebales gua kan?" Kataku dengan jutek.
"Ini udah gelap lho. Ntar batrai ponsel lo habis dan gaada gue. Jadi lo gabisa pinjem ponsel gue. Udah cepet naik."

Aku tersenyum tipis tapi merasa kesal. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut dengannya.

"Lo sakit apa?" Ucapku dalam perjalanan pulang di atas skuter merahnya.
"Sakit? Lo liat gua gapapa kan? Ohh lo ngecerna omongannya si Rian ya? Jangan didengerin kadal kek dia mah," jelasnya dengan sedikit bercanda.

"Muka Rian ga nunjukin kalo dia bohong ataupun bercanda," sambungku serius.
"Gua laper. Makan dulu ya," dia mengalihkan pembicaraan kami.
**

Dia mengajak ku makan di kaki lima.
"Kenapa? Gamau makan disini? Yaudah lo duduk aja tuh di atas skuter gue," tanyanya ketus.

Akhh, menyebalkan.
Tapi jika aku bales dengan jawaban yang ketus juga, bisa bisa aku di tinggal di daerah yang tidak aku tau ini.

"Gapapa kok. Gua juga sering makan di pinggir jalan sama kakak gue."
"Oh Kak Egy?" Tanyanya.
"Kok lo tau dia kakak gue?"
"Kemarin gua gak sengaja liat lo naik motor sama dia." Sautnya.
"Tapi, darimana lo tau dia kakak gue?" Tanyaku heran.

Angga tak menjawab. Dia hanya terdiam dan langsung berkata terima kasih kepada seorang akang yang memberikan 2 porsi ayam goreng kepadanya.

Hening.

Tidak ada pembicaraan diantara kami. Hanya suara bising dari kendaraan yang berlalu lalang.

"Gue punya vertigo," lelaki itu tiba-tiba memulai pembicaraan.

Seketika aku langsung berhenti melahap makanan ku.

"Dari kapan?" Tanyaku.
"Gausah kaget gitu. Lanjutin makan lo, nanti keburu dipantatin lalet, " ucapnya menjijikan.

Aku tidak menghiraukannya, aku tetap fokus dengan awal topik pembicaraan kami.

"Itu sebabnya lo sering pingsan?" Tanyaku lagi.
"Nanti makanan lo beneran dipantatin lalet. Mau?" Jawabnya dengan sangat menjengkelkan.

Apa boleh buat, aku hanya bisa diam dan melanjutkan menghabiskan makananku.

"Kang, semuanya jadi berapa?" Tanya
nya kepada sang penjual.
"50 ribu saja untuk porsi berdua dengan pacar A Angga." Ledek sang penjual itu.

"Ha pacar? A Angga? Mereka kenal?" Tanyaku dalam hati ditambah dengan ekspresi tekejut.

"Naon sih Kang Asep.. ini teh bukan pacar saya. Coba deh Kang Asep liat, saya sama dia gak ada cocok-cocoknya. Kalo jadi asisten saya, nah pas tuh ya.. memenuhi standar perasistenan." Jelasnya dengan tegas.

Mendengarnya, aku langsung menatapnya dengan tatapan sinis. Super sinis.

"Ih teu kitu atuh A Angga. Si tetehnya geulis pisan. Hebat ey A Angga." Saut sang penjual dengan memujiku.

Tempat tersebut ternyata adalah langganan Angga, Rian, dan Jono. Mereka sering makan di warung kaki lima ini. Jelas saja jika Angga sangat akrab dengan penjualnya.

"Jadi gua dibayarin nih?" Tanyaku sambil melemparkan senyum kepadanya.

Angga tidak menjawab. Dia langsung mempersiapkan skuternya.

"Ayo gua anter pulang."

Dalam perjalanan aku merasakan Angga sedikit berbeda. Tidak seperti Angga jutek yang kemarin. Tidak sekasar Angga yang seperti kemarin. Aku suka sikapnya seperti ini. Tapi memang. Memang dia sangat dingin.
**
#Sampainya di persimpangan komplekku.#

"Yang mana nih rumah lo?" Tanyanya sambil mengendarai skuternya dengan pelan.
"Itu yang pager warna hitam." Jawabku menunjuk ke rumahku.

"Makasih ya Mr. Es batu."
"Ha? Es batu?" Tanya heran.
"Oh, sorry. Makasih ya Angga, "jawabku menjelaskannya dengan senyuman sedikit tidak mengenakan.

Tanpa merespon permintaan maaf ku Angga langsung bergegas meninggalkanku dengan skuternya tanpa mengucapkan satu kata pun. Betapa menyebalkan manusia itu bukan?

Huft. Dia sangat aneh. Dia menyebalkan tapi dia membuatku ingin mengetahui banyak tentangnya.

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang