Tak Terduga

12 1 1
                                    

Kejadian kemarin membuat hubungan ku dengannya lebih akrab. Aku lebih luas mengenalnya. Sepertinya.

Tapi, dia terlihat berbeda. Bukan seperti Angga yang ku kenal pertama kali.
Yang dingin dan kaku. Tapi, saat ini dia semakin terbuka denganku. Entah apa yang membuat dia seperti ini. Tapi aku senang dan aku nyaman dengan sifatnya seperti ini.

Ponsel ku berbunyi. Ada pesan dari nomer yang tak ku kenali.

"Angga?" Aku langsung berucap dalam hati saat pesan itu sampai di ponsel ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Angga?" Aku langsung berucap dalam hati saat pesan itu sampai di ponsel ku.

"Angga?" Aku langsung berucap dalam hati saat pesan itu sampai di ponsel ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hmm. Memang dia anak yang pintar dalam pelajaran inti. Tapi dia tidak pandai berbohong dalam urusan ini.

Dia ngalihkan pertanyaan ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia ngalihkan pertanyaan ku. Dia berterima kasih.
'Lo udah buat gua mencair' Apa artinya? Sunggu aku tidak mengerti.

Hari ini aku tidak melihatnya saat upacara. Kemana lelaki itu.
"Tas, lo nyari siapa sih? Dari tadi kok celingak celinguk aja." Hana menepuk pundak ku.
"Hmm? Gapapa." Jawabku sambil tersenyum.

Aku memikirkan dia. Dia yang tidak ku lihat saat upacara pagi tadi. Dia kemana?

"Tas, lo mau bikin apa sama Angga?" Hana melemparkan pertanyaan itu kepadaku.

Aku hanya menatapnya dengan penuh kebingungan.

"Dua hari yang lalu Angga minta nomer lo ke gue. Dia bilang sih katanya mau ngajak kerja sama, kerjasama apa? Pentas seni lagi? Atau apa?" Hana menceritakan kepadaku.

Ternyata benar dia mendapatkan nomerku dari Hana. Tapi dia berbohong. Tapi kenapa dia harus berkata seperti itu kepada Hana.

"Tas.." Hana menyadarkan ku dari lamunanku.
"Hmm iya. Dia emang ngabarin gue tadi malem."
"Terus? Lo ada rencana apa sama dia?"

Aku hanya menggeleng kebingungan. Dan Hana pun heran dengan gelenganku.
**

Hftt. Padahal hari ini aku ingin pergi ke danau itu ditemani olehnya. Aku juga ingin menceritakan kehidupanku. Seperti dia menceritakan kehidupannya kepadaku.
Saat di kantin aku bertemu dengan Rian dan Jono.

"An, Angga kemana? " aku langsung melemparkan pertanyaan itu kepada Rian.
Rian terdiam. Tidak menjawab.

"Palingan vertigonya kambuh lagi." Jono menjawab pertanyaanku.

Entah mengapa aku menjadi begitu peduli dengannya. Rasanya aku ingin tahu semua tentang lelaki itu.

"Dia memang sering seperti ini ya?" Tanyaku kepada mereka.
"Dia udah lama banget punya penyakit ini. Lo tau sendiri vertigo penyakit kayak apa. Dia sering pingsan di sekolah karna penyakitnya mendadak kambuh." Rian menjelaskan kepadaku
Aku hanya terdiam. Tidak menjawab.
Dan mereka langsung berpamit meninggalkanku.

Aku larut dalam lamunanku. Dalam benakku banyak pertanyaan yang muncul tetapi tidak satu pun aku bisa menjawabnya. Iya, sepertinya yg bisa menjawab hanya dia, Angga.

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang