Teka-Teki

10 3 0
                                    

Hari ini seperti biasa. Sekolah sudah masuk seperti kembali. Rasanya aku sangat tidak semangat menjalankan. Itu dikarenakan, masih pagi aku sudah melihat laki laki es batu itu. Di tampak melirikku dengan tajam lalu membuang mukanya.

Moodku pagi-pagi saja sudah hilang karnanya. Dia memang tidak pernah menggangguku lagi. Jika kita bertemu dia hanya melirikku sekejap. Lalu membuang mukanya. Sedikit nyaman hidup ku tidak mendengar suara nya.

"BRUUG! " suara seperti orang terjatuh dan terdengar sangat keras.

Semua siswa keluar dari kelasnya dan melihat apa yang terjadi beberapa detik yang lalu. Dan beberapa orang yang ada di dekatnya berlari secepat mungkin untuk memberikan bantuan.

"GA ! " teriakan Rian terdengar sangat keras.

Itu Angga. Tiba-tiba aku sudah melihatnya terkapar di pinggir lapangan. Entah apa penyebabnya. Semua yang berada di sekitarnya membantu lelaki tersebut untuk dibawa ke UKS.  Dan kebetulan aku memang anggota PMR.

Salah satu siswi mendekati ku dan meminta bantuan ku untuk melihatnya atas perintah dari Bu Sofi. YaTuhan, kenapa harusku? Memang aku saja anggota PMRnya.

Untung saja tidak hanya aku saja yang di minta tolong untuk memeriksa dan membantu Angga. Ada Vani dan Riska yang datang membantuku.

Angga mulai membuka matanya.
"Masih sakit ?" Aku langsung melemparkan pertanyaan kepada lelaki tersebut.

Dia hanya diam. Diam tak menjawab pertanyaan ku.

"Yang mana yang sakit? Lagian lo kenapa bisa pingsan? Lo kena bola? Atau kena serangan kameha-meha? " tanyaku lagi dengan sedikit bercanda.

"Garing." Jawabnya singkat. Tapi jelas.

Aku hanya menatapnya dengan sedikit malas dan tersinggung dengan jawabannya.

"Tasya, gue sama Vina dipanggil Pak Samsul. Gue tinggal bentar ya. " ucap Riska padaku. Aku hanya menjawab dengan anggukan.

"Makasih." kata itu terucap dari bibir laki-laki batu es.
"Makasih? Untuk?" Tanyaku bingung.
"Makasih lo udah mau nungguin gue. Dan meriksa gue, " katanya dengan nada kaku.
"Gue disini di atas perintah Bu Sofi." Jawabku jutek.
"Yaa walaupun disuruh tapi lo mau kan?" Tanyanya sambil melemparkan senyuman tipis.

"Lo masih marah sama gue? Sorry sorry," ucapnya.
"Gapapa," jawabku singkat.
"Gapapa? Apa tuh artinya. Kata-kata lu itu mengandung  banyak arti. Jadi yang jelas." Dengan jutek ia bertanya.
"Iya gapapa. Gua udah ga permasalahin hal itu."
"Ok. Thanks," balasnya singkat.

"Lo kok bisa jatuh gini sih? " tanyaku penasaran.
"Gapapa, " jawabnya singkat
"Gapapa itu mengandung banyak arti. Jadi yang jelas." Tegasku mengulang perkataannya.

Dia hanya menjawab dengan senyuman.

"Bray, gapapa lo ? " tiba-tiba suara Rian terdengar di dalam UKS.
"Gapapa An," jawabnya santai.
"Lo gabawa obat lo? Lagian lo tuh nyadar dong kalo punya penyakit tuh bawa persediaan obat." Rian menasehatinya.
Angga tidak menjawabnya. Tapi ia menatap Rian dengan tajam.

"Sorry Ga," jelas Rian sedikit panik.

"Penyakit? Angga punya penyakit? Kenapa tadi dia gabilang sama gue. Kan bisa gua cariin obatnya." ucapku dalam hati memikirkan perkataan Rian.

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang