Tiada Kabar

13 1 0
                                    

Sudah 1 minggu lamanya aku tidak melihatnya.
Rasanya aneh. Berbeda. Tidak ada lelaki dingin disini. Semuanya menjadi hangat. Tapi, hangat ini tidak membuatku merasa nyaman.

"Ehh An, Jon. Angga sebenernya kenapa? Kok kalian gak kasih tau gue?"
Rian hanya terdiam.
"Angga kan dirawat di Rumah Sakit Bunga dari 3 hari yang lalu. Emang Angga gak bilang ke lo ya?" Jono menyeletuk.

Rian menjambak rambut kribo Jono dan berkata,
"Bego."

"Oiyaa. Gue lupa Angga gabolehin kita kasih tau Tasya ya. Sorry sorry." Jono memang selalu keceplosan. Tapi kali ini, aku kaget mendengarnya.

Rian menjambak rambut Jono untuk yang ke 2 kali. Dan kelihatannya itu semakin keras.

"Makasih." hanya satu kata keluar dari mulutku. Setelah itu, aku langsung meninggalkan mereka.

Entah apa maksudnya itu, Angga tidak memperboleh kan aku tau? Setelah ia menceritakan kehidupannya kepadaku aku merasa dia akan terbuka dengan ku. Tapi mungkin aku salah. Aku berfikir ajakan dia ke danau itu berbeda. Ya berbeda.

Sejak saat itu aku mulai menanam hal yang sangat jarang ku tanam didiriku untuk orang lain. Aku menanamnya. Aku nyaman dengan sifatnya kemarin. Dan aku suka. Tapi apa maksudnya ini?

Pulang sekolah ini aku memutuskan untuk menjenguknya. Dengan jasa ojek online aku sampai di Rumah Sakit Bunga.
**

"Permisi  Sus, apa ada pasien yang bernama Angga?" Tanyaku kepada salah satu suster yang menjaga.
"Angga? Sebentar ya Dek, saya check daftar pasien dulu. "
Aku hanya menganguk dan menunggunya mencari data pasien.

"Airlangga Hermawan? "

Aku bingung. Aku tidak mengenal nama aslinya. Mungkin memang dia. Aku hanya mengangguk ragu ke pada susternya.

"Pasien ada di Ruangan Tulip 5. Mari saya antar." Suster itu mempersilahkanku.
Aku dengan tersenyum mengungkapkan terima kasih.

"TOKK,TOKK." Suara ketukan pintu.
"Permisi," aku mulai memasuki ruangan itu.

Terlihat ada seorang laki-laki yang terbaring lemah dan seorang perempuan lanjut usia sedang bertekuk lutut ke arah kiblat dengan mengangkat kedua tangannya.
Lelaki itu menoleh. Ternyata bnar dia Angga, Angga Hermawan.

"Tasya." Dia memanggil namaku kaget.

Wanita lanjut usia itu pasti neneknya. Neneknya mempersilahkanku mendekat dan duduk di kursi yang berada di sebelah Angga.

"Cantik sekali. Teman Angga ya? Atau pacarnya angga?" Nenek itu melontarkan senyumnya kepadaku. Tidak ada yang menjawab. Aku maupun dia. Hanya keluar segaris senyum tipis dari mulutku.

"Ayo sini sayang duduk. Kebetulan nenek mau pulang dulu. Harus ada pakaian yang nenek ambil. Kamu bisa temani Angga disini?" Dia memintaku dengan lembut.

Aku menjawab dengan Anggukan yang canggung.
"Brugg." Suara pintu yang ditutup wanita lanjut usia itu ketika pergi meninggalkan ruangan.

"Gue ga ngerti maksud lo." Aku memulai percakapan dengan sedikit nada kesal.
"Hmm?" Angga heran dengan kalimatku.
"Kenapa lo gak ngebolehin gue tau tentang ini. Tentang lo sakit dan sekarang, sekarang lagi terbaring lemah di ranjang rumah sakit." Tanyaku sedikit mengomel.

Tidak ada satu kata yang keluar dari mulutnya. Hanya hening.

"Gaa," panggilku pelan.
"Gue takut." Hanya 2 kata keluar dari bibir pucatnya.
"Takut? Karna?" Tanyaku heran.
"Gue takut kita lebih jauh."

Kata-kata itu membuat aku sedikit lemas. Aku mengerti apa maksud dari perkataannya. Tapi aku tidak menjawab.

"Sebenernya lo harusnya gaperlu capek-capek jenguk gue kesini. Buang-buang ongkos lo aja. 2 hari lagi gua udah boleh pulang. Lo kan bisa ketemu gue di sekolah." Dia langsung mengubah topik pembicaraan.
Hanya ku balas dengan senyum yang layu.

"Brugg." Suara pintu terdengar lagi.

Ada Rian dan Jono datang.

"Aa Angga, kumaha damang?" Terdengar sapaan logat sunda yang terdengar dari mulut Jono. Aku langsung berdiri dan melemparkan senyum ketika mereka datang.
"Hmm udah ada Rian sama Jono. Lo udah ada yang nungguin lagi. Gue gabisa lama-lama disini. Harus ada yang gue kerjain di rumah.  Gue pamit ya." aku berkata dengan melemparkan senyum di sertai mata yang layu.

Aku mulai berjalan meninggalkan laki-laki itu dengan kedua sahabatnya. Entah ini rasa apa. Aku tidak tau aku kecewa, sedih, atau marah. Aku pun bingung dengan yang ku rasakan saat ini.

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang