~kesembuhan pasien adalah prioritas utama kebahagiaan hidup~🥀🥀🥀🥀🥀
Pecut cambuk tiba-tiba saja terdengar dari kamar 118. Zia tertegun sejenak. Kamar yang beberapa menit lalu sampat ia lewati. Kini pintu sedikit terbuka, memperlihatkan seorang perawat mencambuk punggung seorang wanita.
"Aaw," Zia meringis melihatnya.
Apa ini? Bagaimana bisa mereka tega mencambuk seorang pasien.
Suster tua bernama Jannah. Memegang cambuk kulit. Ia terus mencambuk pasien. Berkali-kali.
Pasien mengernyit. Ia menetaskan air mata.
"Suster, Zia mohon. Jangan cambuk dia lagi!"Suster menolehkan kepala. Lalu pintu ditutup.
Zia teringat sesuatu. Kamar 111, dihuni pasien agresif bernama Gala. Ruangan cempaka adalah ruangan khusus pasien agresif.
Zia Kembali terdiam, kala matanya melihat pasien terkurung di dalam sel. Suara ketukan rantai berpadu dengan tawa menggema. Zia bergegas melanjutkan langkah yang sempat tertunda.
Kebanyakan kamar di lorong cempaka tertutup rapat. Tidak ada pasien yang berkeliaran. Hanya suara-suara yang terdengar dari luar. Cambuk, rantai, pukulan, semua itu berasal dari dalam kamar.
Zia terdiam, ketakutan. Dirinya sekarang sudah berada didepan kamar. Tinggal membuka pintu semuanya akan terlihat. Pasien yang berada didalam akan menampilkan wajah nya.
Zia menarik napas dalam-dalam, ia meyakini diri bawah semuanya akan baik-baik saja. Tidak akan ada bahaya menimpa Zia, atau bahkan cambuk yang ia berikan kepada pasien.
Tiba-tiba saja terdengar suara anak kecil berteriak-teriak, semakin Zia mengabaikan, suara itu semakin mendekat. Zia menghiraukannya, ia tetap memegang pintu dan melakukan tugasnya. Zia tidak ingin dirinya gagal untuk yang kedua kalinya. Namun, suara itu sangat keras, dan mengganggu Zia. Perasaan, semakin takut.
"Psikopat"
"Pria itu seorang psikopat"
Zia terkejut mendengar teriakan anak kecil. Apa maksudnya psikopat, siapa yang psikopat?
"Jangan mendekat, ruangan itu milik psikopat"
"Pergi...!"
Dia menyuruh Zia pergi dari ruangan ini?
Orang yang berada didalam kamar berbahaya atau tidak?"Ada psikopat!"
"Pembunuh, pria itu pembunuh"
"Psikopat pembunuh...."
"Ibuku dibunuh dia..."
"Psikopat pembunuh ibuku!!!"
Seorang anak kecil berteriak-teriak menyuruh Zia pergi dari hadapan kamar yang terkunci. Zia yang melihatnya hanya bisa tersenyum sambil menganggukkan kepala.
"Adinda Pricilla, ayo pergi dari sini."
"Suster Dewi," cicit Zia.
Pricilla menggeleng, ia tak mau pergi dengan suster Dewi. Gadis kecil terus memegang baju Zia, sambil tertawa.
"Pricilla, kita kembali ke kamar yuk. Nanti kita bisa datang kesini lagi. Mau ya?"
Zia tertegun, suara itu sangat lembut sekali. Suara yang berbeda saat Zia melihat suster memukul anak kecil. Zia berjongkok, meletakkan nampan berisi makanan ke lantai.
Ia pegang pundak si kecil. "Gadis cantik, orang yang berada didalam bukan psikopat. Dia baik. Kakak mau memberikan makanan untuknya. Kamu tak usah khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANYELIR
Teen FictionTerimakasih sudah membaca cerita Sinta. Tetep dukung karya ku sampai tamat ya🤗 •°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°• "Psikopat" "Pria itu seorang psikopat" Zia terkejut mendengar teriakan anak kecil. Apa maksudnya psikopat, siapa yang psikopat? "Jangan mende...