~4.sebuah kado kecil

27 2 0
                                    

Mata dari mata kami saling bertemu dan aku kini berhasil terjebak dalam situasi suram dan aku tidak pernah ingin membayangkan ini nyata.

"Lepasin tangan jihan!" Titah laki-laki itu.

Aku masih saja terdiam bungkam menatap bola mata laki-laki itu.

Ingin ku lepaskan rasanya?

Tangan kananku yang berada di dalam genggaman riandri dan tangan kiriku.yang sudah di genggam riandri dan tangan kiriku yang sudah di genggam oleh aresta, Aku benar-benar terjebak sekarang.

Apa harus aku lakukan?

"Gue gak mau lepasin jihan!dia pacar gua lu siapanya dia ?!"sarkasnya.

Riandri langsung menunjuk mata tajam kepada Aresta. aku harus menahan emosinya tapi situasinya tidak mungkin untukku lepas.

"Gue sahabat kecilnya?kenapa! Lu lebih baik lepasin sebelum gue emosi lu."teriaknya, dengan tatapan datar.

Aku mendengarkan teriakkan riandri tersebut rasanya kepalaku ingin pecah bersamaan mereka ini sama tidak mau mengalah bahkan, aku sudah berusaha untuk lepas sendiri susah.

Tatapan mereka saling beradu tajam.

"Cukup! Jihan pulang sama gua titik!"finalnya, masih setiap memegang tanganku.

saat itu juga, genggam tangan riandri terlepas padaku rasanya tanganku telah kembali kosong yang ada di sebelah kanan.

Riandri mengalah pada aresta. Dan
aku hanya pasrah, saat aresta menarik tanganku dengan cepat.

Hingga pada akhirnya langkah kaki itu terhenti tepat di depan taman hias di area sekolah itu, taman itu tidak jauh hanya beberapa jarak untuk berjalan kaki.

"Ngapain lu?"ketusnya.

"Ngapain apanya?"tanyaku, bingung.

"Jihan gua gak suka yaa,cewek gua deket-deket sama cowok termasuk riandri."jawabnya, dengan suara lembut

Aku hanya terdiam memang yang dikatakan aresta itu benar sekali. tapi, aku hanya berdekat dengan sahabat dan sudah aku anggap sebagai seorang abang yang menyayangi adiknya.

"Jihan dengerin gua? Lu boleh temenan sama cewek dan siapa pun itu tapi, gua harus tau dulu orangnya itu dan juga termasuk temen cowok jauhin aja." Jelasnya, dengan tutur yang lembut.

Aku terdiam sejenak dan hanya menundukkan kepala tanpa berani menatap aresta."aku minta maaf, tapi, rian yang bakal jadi temen aku selama kuliah di australia."jelasku, dengan menunduk lemah.

Aresta hanya bisa menghela nafas gusar terdiam menatapku dengan lembut. mengangkat sedikit daguku dengan, tangannya agar Jihan mau menatapnya dan tatapan mata sendu itu kembali bertemu.

"Gue gak suka janji dari bibir lu." Ucapnya, dengan nada reda, dan tersenyum tipis.

Aku mengerutkan keningku."lalu apa?"

"Janji ini, janji pita kita bersama." Ucapnya lagi, sambil tersenyum ke arahku.

"Gue gak rela lu di miliki orang lain, lu cuma punya gue ji bahkan sampai kapanpun itu."ucapnya, dengan nada rendah.

Aresta pun memasangkan gelang pita pink itu di tangan jihan dan sedangkan aresta memakai gelang pita berwarna biru dan terdapat gambar Kupu-kupu di tengahnya.

Aresta pun memasangkan gelang pita pink itu di tangan jihan dan sedangkan aresta memakai gelang pita berwarna biru dan terdapat gambar Kupu-kupu di tengahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dear Jeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang