~1.awal aku bertemu denganmu

63 6 2
                                    

Jihan terdiam di sudut perpustakaan sekolah. jihan  menanti saat-saat paling ingin aku, rindukan adalah membaca buku bercerita tentang novel antara aku dan dia. Entah sejak kapan jiwa novel ini kembali padaku.

Lalu saat aku memulai membaca lagi
Halaman berikutnya pada buku itu.
Aku mengahlikan sorot mataku pada buku bersampul putih polos itu dan berjudul 'dear jeon' entah sejak kapan, buku kunon aneh itu ada terselip di buku salah satu rak perpustakaan itu. Sebuah kisah abstak. seorang laki-laki dengan senyuman, memiliki makna tersendiri untuknya.
Tulus membuatku menulis cerita asal coret ini dan kini masih tersimpan rapi tentang sosok laki-laki itu dan hujannya.

Baiklah aku rasa aku akan mengambil buku ini kembali. Buku yang aku tulis asal sendiri dengan tangan ini.

Aku membuka setiap halaman buku itu dan menatapnya dengan penuh sorot mata teduh.

--••--

Ngomong-ngomong saat ini aku sedang ada acara kumpul-kumpul sekolah, maksud adalah acara perkumpulan antara alumni-alumni sekolah untuk datang setahun sekali. Sebagai yah, seperti ingin bertemu guru lagi, atau reuni, entahlah aku juga bingung tapi yang pasti yang jelas ini. seperti terlihat seperti reuni bagiku.

"Satu hentakan tangan akan bisa bikin lu berhenti baca buku gak jelas itu!"celutuknya.

Aku hanya diam tanpa mau memberikan respon apapun pada gadis cantik berambut sebahu ini. Aku kembali fokus pada buku yang sudah aku baca dari tadi.

"YAELAH!"teriak gadis itu lagi. di depanku.

Aku pun segera menutup buku itu dengan cepat.

Grepp!

Aku hanya menatap gadis berambut sebahu ini dengan malas dan sangat malas sekali. Hingga rasanya aku ingin mengantuk.

"Ada apa lagi? Gue males saat ini gue hanya ingin tenang? ayolah gue males, untuk melakukan apapun."gerutukku. dengan tatapan malas.

"Lu gak mau gitu pulang? Bentar lagi habis ini lu bakal pulang? Kagak Mao lu?"sahutnya, dengan gamblang.

Aku segera berdiri tegar di atas meja tempat aku duduk dan menaik alis kiri dengan heran.

"Lu boong dosa tau Lis!"sungutku.

Gadis bernama lisana ini segera menarik tanganku dengan cepat dan pergi meninggalkan perpustakaan sekolah dengan buku novelku yang tergelatak di sana.

Lisana membawaku ke kekoridor sekolah dan tidak sampai di situ perjalanan kami terhenti. Ia masih membawaku hingga ketengah ujung lapangan basket.

"Noh tuh liat! Udah bubar udah sepi ji!"teriak, dengan kesal.

Aku yakin pasti kesal sekarang. Karena aku tidak percaya kepadanya memang begitulah aku selalu tidak percaya kepada orang lain.

"Iya, iya gua percaya,"jawabku, dengan letih.

"Hai Lis!"teriak seorang gadis berambut panjang itu. tengah berlari kencang dan menuju ke arah kami.

Aku kaget hingga aku kehilangan keseimbangan badanku. Untungnya aku kuat menahan beban gadis berambut panjang itu yang saat ini sedang memelukku dengan erat.

"Uh! Kenapa lu gak hubungi gue dulu, katanya tadi gak ikut? Gimana seh,"celotehnya, padaku.

Aku hanya tertawa gemas sambil memeluk gadis itu erat, aku benar-benar tidak tau jika aku akan benar-benar ikut aku tidak percaya bunda menyuruhku begitu.

"Iya, iya maaf, gua sebenarnya gak mau ikut! Tapi bunda nyuruh buat ikut, yaudah gua ikutin kemauan bunda,"jelas, dengan raut wajah bersalah.

"Heh! Gua disini anjir! Ngapa lu jadi meluk sih Jihan dah!"gerutuk Lisa, dengan wajah kesalnya.

Dear Jeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang