Semesta mengecewakanku karena tak membiarkan aku pergi. Tapi semesta akan mengecewakan lebih banyak orang jika Ia membiarkan aku meninggalkan dunia ini.
Aku duduk di ujung tebing sambil memperhatikan deburan ombak yang menghantam karang jauh di bawah sana. Ombaknya tidak kuat, tapi suaranya cukup membuat jantungku berdetak lebih kencang.
"Lo gapapa?" tanya Riza.
Aku hanya menggeleng dan tersenyum sebagai jawaban.
Laki-laki itu lalu duduk di sebelahku dan mengamatiku dengan seksama. Aku menatapnya balik dengan tatapan bingung.
"Kenapa?"
Riza terdiam dan meragu sebelum akhirnya Ia mulai membuka suaranya.
"Apa yang lo pikirkan saat itu?"
Lagi-lagi aku memberikannya sebuah gelengan.
"Gue gak inget," jawabku.
"Apapun itu, tolong jangan biarin buat ganggu pikiran lo lagi," ceramahnya.
Aku mengangguk setuju dan membiarkan Riza melihat senyumku. Kemudian laki-laki itu ikut tersenyum bersamaku.
Kami melanjutkan perjalan setelah menyelesaikan makan siang. Istanbul ke Santorini. 1.409 KM dan kami memilih untuk membawa dua mobil Kak Fira untuk menuju ke sana.
"Ra," panggil Drian yang duduk di kemudi di sampingku.
Drian melirik ke kaca spion dan memperhatikan Killa dan Riza yang tertidur pulas.
"Ngomong apa gitu, biar gue gak ketiduran."
Malam sudah larut. Bahkan tengah malam sudah terlewat.
"Lo tau kan gue suka film?"
Drian melirikku sekilas sebelum menjawab, "tau."
"Tau gak ending film apa yang ada di benak gue sekarang?"
"Emang gue bisa baca pikiran?!" protesnya.
"Yaudah sih, tebak aja!" balasku.
"Hm- Mockingjay?"
"Lah? Kok bener?!" Aku terkejut saat mendengar jawaban Drian.
Saat ini aku memang sedang memproyeksikan akhir film itu di otak. Dimana Katniss duduk menggendong putrinya dan Peeta bermain di padang rumput bersama putranya. Itu adalah sebuah akhir yang sangat indah. Hanya mereka dan penuh cinta.
"Okay! Let's play something!"
"Play?" tanya Drian ragu.
"Lo tau terlalu banyak hal tentang gue dan gue lupa terlalu banyak hal tentang lo. So let's play real or not real."
"Lo punya kucing 4, real or not real?"
"Nyata," jawabnya.
"Real, Drian. Pake bahasa inggris," protesku.
"Ayo buat permainan kita sendiri. I don't want to be Katniss Peeta's copycat."
"Milo, Molly, Whity, dan Brownie?"
"Yup!"
"Lo lebih suka DC Universe dibandingkan Marvel, nyata atau gak nyata?"
"Nyata," jawabnya dan aku pun tersenyum senang.
"Lo gak baca novel fiksi, nyata atau gak nyata?"
"Nyata."
Mobil masih melaju melewati jalan berkelok-kelok di tepi barat Yunani dan Drian mungkin sudah bosan karena semua tebakanku itu benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible String | Ryujin ft. Jaehyun
FanfictionApa jadinya ketika kita harus bertemu lagi dengan seseorang dari masa lalu? Apa jadinya jika orang itu ternyata memendam rasa selama ini dan mengungkapkannya sekarang? Mungkin hal itu tidak masalah jika masa lalu yang kita bicarakan adalah sebuah ke...