10. Aku dan Rahasia

83 15 0
                                    

Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya, Drian.

Bisikan aneh dari mimpi itu membuatku terbangun dari perjalanan Ankara menuju Istanbul. Kehidupan selanjutnya? Drian?

Mungkin aku terlalu banyak berinteraksi dengan Drian belakangan ini sampai-sampau terbawa mimpi.

Kabarnya orang-orang kedutaan sedang melacak kami di Ankara, setelah koran hasil wawancara reporter lokal dengan Killa terbit hari ini. Jadi kami semua memutuskan pindah ke Istanbul dan mendiami Villa pribadi milik pacar Kak Fira disana. Lebih tepatnya jodoh, karena mereka tidak pacaran, mereka dijodohkan.

"Lo kenapa, Ra? Keringetan gitu," tanya Denis yang duduk di sebrang kursiku.

"Kita udah sampai?" tanyaku mengalihkan.

"Belum, setengah jam lagi."

Aku melihat sekeliling dan mendapati seluruh rombongan tertidur pulas kecuali Denis.

"Lo gak tidur?" tanyaku sambil melirik jam tangan yang menunjukan pukul 1 dini hari.

"Gak ngantuk," balasnya. Jelas sekali Denis berbohong. Itu terlihat dari kantung matanya yang sudah terlihat sangat lelah.

"20 menit lagi kita sampai di Istanbul," lanjutnya.

Aku mengangguk paham. Sudah tak ada lagi hasratku untuk tidur. Semua rasa kantuk ku sudah hilang akibat mimpi aneh tadi.

"Drian mana?" tanyaku saat menyadari laki-laki yang akhir-akhir ini mengganggu pikiranku tidak berada ditempatnya.

"Cari kopi katanya," jawab Denis.

"Lo mau kopi juga? Gue jadi pingin kopi nih," tawarku.

"Udah nitip tadi sama Drian."

"Gue susulin Drian ya," kataku.

"Ada duit kan?"

"Ada. Tadi dibagi Thea."

Aku berjalan dengan hati-hati di gerbong agar tidak membangunkan penumpang lain. Sesampai ku digerbong kantin, Drian nampaknya hendak kembali ke gerbong kami.

"Lo mau ngapain?" tanya Drian.

"Beli kopi," balasku singkat.

Laki-laki itu pun berlalu tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.

Lima menit berlalu dan lamunanku membawaku terbang ke saat Drian mengajak ku berdansa di tengah gedung kosong bergaya abad pertengahan di Bandung.

Aku tidak ingin menikah katanya.

Itu sama sekali tidak terdengar seperti aku.

Opini sensitif semacam itu tidak akan aku beberkan dengan gamblang, terlebih kepada Drian.

***

2020

"Lo gak bosen apa makan mi ayam mulu?" protes Drian.

Ini sudah ke 3 kalinya kami makan di warung mi ayam yang sama minggu ini.

"Engga. Gue gak pernah bosen makan mi ayam," jawabku sambil menyeruput mi dari mangkok.

Tiba-tiba tangan Drian terulur ke arahku dan menyelipkan rambutku ke belakang telinga agar tidak terkena kuah mi ayam.

"Lo tuh kalo makan rambutnya diiket dul-" laki-laki itu tidak melanjutkan ocehannya dan itu membuatku menatap ke arahnya.

"Anting lo? Maksudnya apa?" tanyanya.

Aku panik dan segera menguraikan rambutku agar kembali menutupi telingaku.

Invisible String | Ryujin ft. JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang