"Sebagai ganti kalian gak diundang ke acara pertunangan gue tahun lalu, gue bakal nanggung biaya hidup kalian selama disini." Kak Fira memang selalu bergelimang harta setiap saat. Tidak susah untuknya mengeluarkan uang receh demi kami.
Aku, Thea, dan Killa bersorak riang di dalam kamar Kak Fira yang luasnya dua kali lebih besar dari kamar yang aku tempati.
"Dimana lagi kalian nemu kakak kaya gue," sanjungnya pada diri sendiri.
"Lo itu bundadari gue kak," ucap Killa lalu mengecup pipi Kak Fira.
"Najong."
"YEAY KE PARIS!!!" teriakku.
"Paris paris. Lo pikir ke Paris segampang naik MRT ke Tebet?!" sahut Kak Fira cepat.
"Ya kan sama-sama kereta." Aku hanya memberikan senyum manisku padanya.
"Kalo kita mah gak usah aneh-aneh, kak. Asal perut kenyang sama party aja udah cukup." Thea kini angkat bicara.
"Party mulu lo, Jaksel!" sahutku.
"Yeu, bilang aja lo mau, Depok!" balas Thea.
"Heh gue bukan biduan depok ye!"
"Yang bilang lo biduan siapa?"
"Elo!"
"Lo duluan ngatain gue!!"
"Gak pernah tuh!"
"Tadi pikun!"
"Oh lo udah pikun?!"
"ANJING!" teriak Killa. "Bacot banget lo bedua!!"
"Becanda doang, bego!" balas Thea
"Lah? Malah gue yang ikut dikatain."
"Ayo sayang, kita sarapan." Aku menggandeng lengan Thea dan berlalu dari tempat itu.
Dapur sudah menyeruakkan aroma gurih nasi goreng. Riza sudah disana dengan celemek yang masih melingkar di badannya.
"Aduh calom suami idamanku," seru Killa.
"Riza!" panggilku. "Pilih Killa atau aku?!"
"Heh apaan lo? Drian mah Drian aja! Jangan embat Riza juga!!" balas Killa.
***
2020
Kami sudah duduk di Lordam sejak sejam lalu. Aku mengutak-atik essay milik Ilham dengan laptopku.
"Masih banyak?" tanya Drian.
Aku menatapnya sebentar dan menjawab, "sisa satu paragraf lagi."
"Lo ada-ada aja si, Ham. Ngerepotin Nora jadinya," seru Denis.
"Maaf ya, Ra. Minum lo gue bayarin deh," ujarnya.
"Selo aja sih. Tapi kalo mau bayarin juga gapapa," balasku dan terkikik kecil.
"Dasar modal traktiran," sahut Kak Fira yang dari tadi sibuk berjoget diiringi lagu Papichulo.
"Aku kan anak kosan, jadi bisa disimpulkan aku doyan traktiran."
"Anak kosan mau gak punya anak sama aku?"
Gombalan Drian yang absurd membuat semua orang terdiam dengan mata melotot.
"Kaga! Lo gak tajir. Gue mau punya anak sama papa gula aja," balasku asal.
"Gimana kalo sebelum buat anak bersama, aku nikahin kamu pake pesta pedang pora?"
"Makin gak banget." sontak yang lain tertawa mendengar jawabanku.
"Mampus lo ditolak mentah-mentah," seru Ilham.
"Lah? Kenapa?" tanya Drian bingung.
"Mak gue gak mau punya mantu aparat."
"Inget kata tukang parkir!" seru Thea.
"2000 bang!!" lanjut Killa dan Thea kompak.
***
"Netflix?" tanyaku iseng.
Drian sedang duduk di sofa dengan tv menyala menampilkan series lama di layar datar tersebut.
"And chill bisa, kalo lo mau gabung."
"Dih." Aku memutar mataku geli. "Lo itu ngeselin ya. Padahal gue kesini mau minta maaf," tambahku.
"Minta maaf?" Drian tampak bingung.
"Mungkin kemarin gue terlalu 'kasar' sama lo," kataku ragu.
"Lo gak pegel?"
"Hah?" tanyaku dengan tampang polos.
"Sini duduk."
Aku mengambil posisi duduk di sebelah Drian dan menyilangkan kaki agar tidak terkesan kaku.
"Queen's Gambit?" tanyaku melihat series yang sedang terputar.
"Emang lo parah banget soal basa basi ya," cetusnya.
"Hargain gue dikit lah!"
"Ya gimana mau dihargai, lo krik banget tau!" balasnya.
"Loh kok marah?!"
"Gak ada yang marah tuh," balas Drian santai.
"Hm. Okay. Gue aja yang terlalu baper," kataku merajuk.
"Nah itu tau."
Laki-laki ini...
Tolong beri tahu aku apa kata lain untuk SANGAT MENYEBALKAN!
Tidak pernah sehari pun setelah bertemu lagi dengan Drian aku tidak naik darah. Padahal semua orang tau aku pengidap anemia.
"Nanti siang-" Drian melirik ku sebelum melanjutkan perkataannya. "M-mau jalan gak?"
"Lo gak inget ya kemarin gue udah nolak lo," kataku ketus.
"Ya apa salahnya coba lagi," jawabnya santai.
"Ya salah lah!"
"Dasar cowo aneh," gerutuku sebelum akhirnya berlalu pergi dari tempat itu.
"Eh- Lo mau kemana?!"
"Kemana aja! Asal gak ada lo!" balasku dan memberikannya tatapan tajam.
Thea sepertinya sudah keluar bersama Denis. Killa sedang melanjutkan tidurnya. Kak Fira kuliah. Riza? Aku tidak melihat laki-laki itu lagi semenjak sarapan.
Aku masuk ke kamar dan pergi ke lemari yang hanya terisi beberapa lembar pakaian. Betapa kagetnya aku saat menemukan beberapa lembar 100 Lira Turki dan sebuah post it menempel disana.
Buat jajan hari ini. Jangan boros! -Bundadari
Dimana lagi aku bisa menemukan bundadari sungguhan kalau bukan Kak Fira. Aku merasa terharu dan agak lebay.
Aku sudah siap dengan celana kain putih dan sebuah blouse berwarma kuning cerah. Aku akan terlihat seperti bunga matahari berjalan hari ini.
"Udah siap?" itu Drian. Ia sudah bersandar di sebuah pilar di depan kamarku sambil memutar sebuah kunci mobil dengan telunjuknya.
"Lo maling mobil dimana lagi sih?" tanyaku melihatnya membawa kunci mobil.
"Gue beli khusus buat ajak lo jalan," jawabnya dengan raut serius.
"Beneran?"
"Ya engga lah. Punya pacar Kak Fira nih," balasnya sambil membuang napas kasar.
"Sok sugih lo," gurauku.
"Lah? Aku emang wong sugih!"
"Orang sombong pantatnya lebar!" sumpahku.
"Kaya pernah liat aja," gerutunya.
Kami pergi ke Hagia Sophia atas permintaanku. Tentu saja tak ada alasan untuk Drian menolaknya, karena Ia lah yang memaksa untuk ikut.
"Jadi nemenin gue solat jumat?" tanya Drian.
"Sekarangkan bukan hari jumat." Aku berlalu meninggalkannya yang ternga-nga dibelakang.
"Heh! Nora! Sekarang jumat bege!!"
TBC~
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible String | Ryujin ft. Jaehyun
FanficApa jadinya ketika kita harus bertemu lagi dengan seseorang dari masa lalu? Apa jadinya jika orang itu ternyata memendam rasa selama ini dan mengungkapkannya sekarang? Mungkin hal itu tidak masalah jika masa lalu yang kita bicarakan adalah sebuah ke...