"Mau cari makan?" tawar laki-laki yang masi setia berdiri di samping jendela.
Aku sudah mengundurkan diri sejak tadi dan memilih untuk duduk di sofa panjang di ruang tengah apartemen yang masih gelap gulita ini.
"Yang lain gimana?" tanyaku.
"Kayanya di Turki ada sistem yang namanya 'bungkus' juga gak sih?"
"Hhhh... Yaudah ayo!" balasku kesal.
Aku berdiri dari tempatku dan berjalan keluar lebih dulu. Aku menunggu Drian agak lama di lobi. Sudah gatal tanganku ingin menelponnya, tapi teringat jika aku belum mengganti simcardku.
"Cepetan! Gak boleh parkir mobil lama-lama didepan."
Entah dari mana laki-laki itu muncul dan menggeretku agar mengikutinya. Sebuah SUV keluaran pabrik mobil Jerman menyala dan Drian mendorongku agar masuk ke dalamnya.
"Lo nyolong mobil dimana?" tanyaku panik.
"Punya temen Ilham," balasnya santai.
"Lo tau dari mana? Perasaan Ilham gak ada bilang," ujarku.
"Ada kuncinya deket pintu, jadi gue ambil aja. Nanti uang bensinnya gue ganti deh."
Aku memutar mataku malas. Bodoamat lah!
Kami mampir di sebuah minimarket yang bertandakan tersedia ATM dan Money Changer.
"Gue ikut turun ya," pintaku.
"Ngapain? Gue bentar doang kok," tolak Drian.
"Mau beli sebat," cicitku.
"Anjir," Drian terlihat syok. "Hm, nanti gue beliin. Tunggu disini aja," lanjutnya dan menghilang dari sana.
Drian kembali beberapa menit kemudian dan menyerahkan sebungkus rokok dan sebuah pemantik padaku.
"Gak ada yang mentol?" tanyaku setelah membaca bungkus rokok itu dengan seksama.
"Gak baik buat uterus lo," balasnya.
"Hm.. Thanks ya. Tapi boleh ga?"
"Boleh apa?"
"Rahasiain ini dari Riza. Gue takut dia marah kalo ketauan ngerokok lagi," jelasku.
"Sesuka lo aja," balasnya cuek.
***
2020
"Maaf, gue telat."
Aku menoleh ke arah Drian yang wajahnya memerah dan bercucuran keringat.
"Lo udah nunggu lama?"
"Sekitar lima belas menit lah," jawabku jujur.
"Tadi abis dari tempat futsal langsung kesini. Jauh banget," jelasnya.
"Gak usah buru-buru juga gapapa. Gue gak ada jadwal kok abis ini," ujarku.
"Gue gak mau buat lo nunggu lama."
Aku terdiam kikuk setelahnya dan berusaha mencari topik lain untuk dibahas. Aku tidak ingin terlihat terlalau jatuh pada pesona dan kalimat manis laki-laki jawa ini.
"Kaki lo kenapa?" tanyaku saat melihat beberapa lembar kain kasa melingkar di jari-jari dan bagian lain telapak kakinya.
"Lagi jadi orang kaya," balasnya yang membuatku penuh tanda tanya.
"Orang kaya?"
"Iya, nih liat." Ia membuka kasa yang melilit kakinya dan menunjukan luka-luka yang berair. "Orang kaya kan banyak punya kapal alias kapalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible String | Ryujin ft. Jaehyun
FanficApa jadinya ketika kita harus bertemu lagi dengan seseorang dari masa lalu? Apa jadinya jika orang itu ternyata memendam rasa selama ini dan mengungkapkannya sekarang? Mungkin hal itu tidak masalah jika masa lalu yang kita bicarakan adalah sebuah ke...