Tidak Bisa Normal

3K 511 19
                                    

"Gimana Mas Tanding, Mbak Delia? Bagus nggak kalau Viona pakai?"

Baru saja aku sampai di sebuah butik milik seorang Designer Ibukota kenamaan, pertanyaan Viona sudah memberondongku.

Untuk sejenak aku mematung seperti orang tolol, merutuki keputusanku yang main datang saja memenuhi permintaan Viona untuk memberikan pendapat tentang kebaya pertunangannya.

Aku pikir Viona membutuhkanku karena Tanding tidak bisa datang, menanyakan apa kebayanya sesuai dengan Venue yang aku rancang, ternyata Tanding justru duduk manis melihat calon istrinya mencoba kebaya.

Jika seperti ini aku benar-benar seperti orang tolol di antara mereka berdua. Harusnya fitting pakaian seperti ini menjadi privasi mereka berdua dan aku kembali harus terjebak di antara kecanggungan menyebalkan ini.

"Kenapa bengong, Del? Di tanyain Viona tuh!" teguran dari Tanding menyentakku dari lamunan, membuatku tergagap karena bingung harus menjawab apa.

Viona menghampiriku yang berada di pintu, wajah menyebalkan dan sombong yang aku lihat di kali pertama pertemuan kami sudah tidak terlihat, bahkan dengan akrabnya dia menggandeng tanganku, memintaku untuk memperhatikannya yang tampak cantik dalam balutan kebaya indah warna broken white.

"Di antara banyak orang yang Viona kenal, cuma Mbak Delia yang dari keluarga militer dan berpikiran modern, jadi nggak salahkan kan Mbak kalau Viona tanya pendapat, Mbak?"

Senyum manis tersungging di bibirnya, mata besar seperti boneka itu berbinar indah saat berbicara, jika seperti ini siapa saja tidak akan menyangka jika dia bisa berbicara pedas dan menyakitkan.

"Kebayanya bagus kok, Dek. Pas dan nggak berlebihan, cocok untuk calon pendamping prajurit. Di tambah kamu punya badan bagus dan wajah cantik yang bikin kebayamu tambah sempurna."

"Seriusan, Mbak Delia?" tanyanya meyakinkan, membuatku mengangguk dengan cepat. Mau bagaimana lagi, Viona memang luar biasa dalam hal penampilannya kali ini, tubuh seorang modelnya begitu sempurna dalam balutan kebaya indah ini.

Pantas saja seorang Tanding mau mengajaknya untuk menikah. Dari visual dan latar belakangnya yang merupakan Putri Pamen yang memimpin Batalyon, Viona sangat pas di gandeng untuk para laki-laki dari kalangan perwira muda ini, jika bukan berakhir dengan Tanding, maka jodohnya Viona tidak akan jauh-jauh dari dunia militer yang sempit ini, begitu juga dengan Tanding sendiri.

Viona melepaskan gandengan tanganku, beranjak menjauh dariku menuju Tanding yang duduk di kursi tunggu, dan yang tidak aku sangka, Viona dengan cepat mencium pipi Tanding, pemandangan yang membuatku langsung memalingkan wajahku.

"Makasih Mas Tanding, sudah nyiapin kebaya pertunangan indah untuk Viona. Nggak nyangka Mas Tanding semanis ini."

Aku bersedekap, ingin sekali menertawakan perbincanganku dengan Dyra beberapa hari yang lalu, jika melihat hal seromantis apa yang aku lihat sekarang, Dyra tidak akan mempunyai kalimat tentang Tanding yang tidak ingin menikah dengan Viona.

Wajah tampan yang sebelumnya mendapatkan ciuman di pipi oleh calon istrinya kini menatapku, tersenyum kecil melihatku yang terdiam di tempat saat Viona berlalu melaluiku untuk melepaskan kebayanya.

"Jangan diam di tempat, aku juga sudah menyiapkan sesuatu untukmu."

Dahiku mengernyit, berpikir keras mencerna perkataan dari Tanding, dan bertambah bingung saat seorang pegawai masuk membawa sebuah paper bag untukku.

"Apaan ini?" tanyaku heran, dengan penasaran aku membuka paper bag yang berisi kotak di dalamnya, tanganku sudah tergerak ingin membuka apa isinya, tapi Tanding lebih dahulu menghentikanku.

Entah sejak kapan dia bangun dari tempat duduknya yang seperti singgasana tadi hingga tiba-tiba dia berada di depanku.

Berdiri menjulang dengan angkuhnya, terlebih saat wangi maskulin parfum sportynya tercium, semakin mempertegas sikapnya yang arogan.

"Jangan buka di sini, ini hadiah khusus dariku untukmu, kamu akan tahu kapan harus membukanya."

Teka-teki dan Tanding, dua hal ini memang tidak bisa di pisahkan, mungkin Tanding akan keseleo lidahnya saat berkata blak-blakan apa yang ingin dia sampaikan padaku.

Dengan keras aku menepis tangan yang memegang tanganku, tidak ingin Viona kembali rewel setelah beberapa waktu ini dia bekerja sama dengan baik denganku. Kesalahpahaman adalah hal yang paling aku hindari sekarang ini.

Tatapan tajam tidak bisa aku tahan untuk tidak aku lemparkan pada Tanding, sikap dan tingkahnya membuatku sakit kepala.

"Hadiahmu ini aku terima, tapi please berhentilah bersikap aneh-aneh. Kamu bikin aku kayak selingkuhanmu."

Dengan cepat aku berbalik, ingin segera meninggalkan Butik ini dan orang-orang di dalamnya, tapi aku masih bisa mendengar jelas gumaman Tanding sebelum menutup pintu.

"Denganmu aku tidak akan pernah bisa bersikap normal, Delia."

❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

Bagaimana progres acara buat besok, Mbak Delia?

Pesan yang di kirimkan Viona padaku membuatku menghentikan pekerjaanku dalam merangkai lilin dekorasi.

Dengan cepat aku mengambil potret setiap detail dari venue yang aku siapkan, rooftop sebuah cafe ternama di Ibukota ini benar-benar berubah menjadi tempat yang indah dan romantis, dan mengirimkannya langsung pada Viona, berharap apa yang sudah aku siapkan memenuhi ekspetasinya.

Sama seperti rencana pernikahan mereka yang di serahkan sepenuhnya padaku, untuk pertunangan ini Tanding dan Viona angkat tangan, mempercayakan sepenuhnya pada timku.

Semuanya sudah selesai aku urus, hanya satu yang tidak boleh aku urus oleh Tanding, yaitu karangan bunga yang bertuliskan inisial namanya dan Viona, Tanding bilang, dia yang akan khusus memesannya.

Romantis sekali bukan mantan pacarku ini.

Goodlah, Mbak Delia.
Romantis, elegan, mewah.
Cocoklah sama aku, kirain bakal sesederhana yang di pengeni Mas Tanding.
Polos, anyep, nggak ada seni, jiwanya sebagai prajurit benar-benar bikin seleranya di bawah standar.

Aku terpaku saat melihat pesan balasan dari Viona, tidak menyangka sisi arogannya yang beberapa saat tidak terlihat kini mencuat ke permukaan.

Aku pikir Viona sudah sepemikiran dengan Tanding, nyatanya Viona masih sama saja, bahkan dengan terang-terangan dia mencibir apa yang di sarankan Tanding untuknya.

Tidak tahukah Viona, jika dia masih kekeuh dengan sikapnya yang arogan dan tidak mau menunduk ke bawah dia akan menjadi bulan-bulanan istri prajurit lainnya, tidak peduli dia anaknya siapa.

Astaga Tanding, betapa beruntungnya kamu.

Hampir saja aku memasukan ponselku kembali saat pesan dari Viona kembali masuk.

Mbak Delia, aku benar-benar minta tolong.
Walau aku minta konsep pernikahan yang sederhana seperti yang Mbak sampaikan dulu, tapi tolong tetap buat seindah mungkin, sesuaikan dengan imageku sebagai selebriti yang menikahi pangeran.
Dan tolong, jangan bilang hal ini pada Mas Tanding, berdebat dengannya di akhir hubungan kami bukan hal yang aku inginkan.

Kepalaku berdenyut nyeri melihat betapa panjangnya pesan yang di kirimkan oleh Viona ini, aku sudah mendengar dari anak perwira lainnya jika dia menyebalkan, tapi aku tidak akan mengira jika dia separah ini. Bukan hanya repot, rewel, sombong, dan egois. Viona juga bermuka dua.

Entah bagaimana cara berpikir Mamanya Tanding hingga bisa menjadikan Viona calon menantunya. Begitu juga dengan Tanding, tidak bisakah dia mencari istri yang benar.

Jika seperti ini aku menyesal melepaskan Tanding untuk calon istri pilihan Tante Karina.

Lama aku larut dalam pemikiran yang membuatku di lema ini, hingga suara berat yang selama ini selalu lekat di pikiranku terdengar, benar-benar umur panjang.

"Delia."

DELIA, Complete On EbookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang