Menurut Lo?

3.5K 576 20
                                    

Delia Adhitama.
Dia masih sama seperti yang aku lihat terakhir dulu saat aku mengantarnya pergi, wanita mungil yang selalu tampak menggemaskan dengan hijab warna pastelnya. Seorang yang bisa menaklukan hatiku tanpa tersisa hanya dengan senyum dan sikapnya yang sabar.

Delia, sekeras hatiku berusaha menahan gejolak rindu saat kamu bertemu. Pertemuan yang sangat tidak aku inginkan, tapi harus aku jalani.

Dan sekarang, saat aku sedang latihan bersama anggotaku, bayangan wajah terkejut Delia saat aku datang bersama Viona untuk mengurus pernikahan yang di rencanakan Viona  masih terbayang jelas di mataku, sama sekali tidak bergeming dan bergelayut di depan mata.

Dua tahun kami tidak bertemu, berpisah karena Mama yang tidak menyukai karena dia adalah seorang Adhitama, perpisahan yang sama sekali tidak kami inginkan karena kami saling mencintai.

Salahnya diriku yang tidak mampu meyakinkannya untuk tetap berjuang, Delia memilih mundur agar aku tidak melukai hati Ibu yang sudah melahirkanku.

Di setiap malam dan doaku, tidak hentinya aku menyebut namanya, berharap Tuhan akan mendengar dan berbaik hati menunjukkan jika dia memang cintaku yang sesungguhnya, seorang yang Allah kirim untuk bertemu denganku bukan hanya untuk merasakan cinta, tapi juga menemaniku hingga menua.

Dan akhirnya semua hal ini terjadi, bertemu kembali dengan segala sandiwara yang mengiringi, bertaruh dan berjudi dengan keadaan yang memaksaku untuk menyakitinya sebelum aku bisa membawanya kembali padaku.

Untuk kesekian kalinya dalam hari ini aku menghela nafas panjang, bayangan tentang pembicaraan Delia hari ini membuatku tidak bisa memikirkan hal lain selain dirinya, mungkin sekarang di saat aku begitu merindukannya Delia sedang merutukiku karena datang ke hadapannya membawa sosok Viona yang begitu menyebalkan, yang begitu ringan mengeluarkan kata mengesalkan mengungkit masalalu tentang kami, seolah ingin menunjukkan pada Delia jika di antara banyaknya wanita dialah yang menjadi pemenangnya.

Dan yang paling menakutkan dari semuanya bukan Delia yang merutuki pertemuan kami barusan, tapi aku takut jika pertemuan kami tidak berarti apa pun untuknya, aku khawatir aku bukan lagi bagian dari hati Delia.

Memikirkan jika aku hanya serpihan masalalu yang menjadi kenangan menyedihkan di hidup Delia membuatku frustasi sendiri. Sekeras mungkin aku mencari celah untuk melepaskan diri dari pilihan Mama dan saat aku ingin meraihnya kembali, aku takut jika semuanya sudah terlambat.

Aku khawatir aku terlambat kembali.
Untuk pertama kalinya aku merasakan ketakutan akan kehilangan.
Dua tahun tidak saling berjumpa bukannya mengikis rasa, tapi justru semakin memperkuat rasa cinta yang aku miliki.

Kamu yang tidak menahan tangannya saat dia berbalik meninggalkanmu, Tanding.

Kuremas rambutku kuat, kalimat mengejek tersebut terngiang-ngiang dengan jelas di dalam kepalaku, mencemoohku yang tidak berhasil meyakinkannya.

Dua tahun bukan waktu yang singkat, Tanding. Tidak terhitung wanita yang di kenalkan oleh Mamamu, bukan tidak mungkin jika pilihan perwira maupun pengusaha akan melamar dan berjuang memulihkan kekecewaan hati Delia terhadap sikap Mamamu.

Semakin aku memikirkan tentang banyak hal yang mungkin terjadi selama dua tahun ini, semakin aku merasa tercekik.

Hingga akhirnya aku memutuskan, apapun yang terjadi, aku akan membawanya kembali, berjuang dari awal agar dia tetap di sisiku, memastikan jika hanya diriku yang masih menetap di hatinya.

"Ponselnya, Ndan." suara dari Sertu Arifin membuat pikiranku tentang Delia dan Viona terpecah, raut wajah keheranan terlihat di wajahnya melihatku yang begitu kusut, "Dari tadi bunyi terus. Sepertinya dari Letnan Ganesha." tahu jika suasana hatiku sedang buruk dia buru-buru menjelaskan.

Di antara Lettingku, Ganesha adalah temanku yang paling bisa aku percaya, dan entah kenapa di saat hatiku sedang tidak karuan memikirkan langkah untuk membawa Delia kembali, Takdir seakan mengirimkan temanku ini untuk membantuku.

Seorang yang bisa aku percaya untuk menjaga Delia di saat aku berusaha mengendalikan keadaan dan memastikan jika tidak ada orang lain di sekitar wanita yang aku cintai tersebut.

"Nesh, lo harus bantuin gue lagi."

❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

"Nggak ada yang ragu cinta lo ke Delia sebesar gunung dan sedalam laut selain gue, Tan. Jadi berhenti buat cemburu nggak jelas kayak ABG."

Ganesha menyentakku, melepaskan cengkeramanku darinya, kalimatnya yang begitu menohokku lebih ampuh daripada tarikan Satria dan Nanda yang berusaha memisahkanku dari Ganesha.

Indra mendudukkanku kembali, dan melihatku dan Ganesha bergantian, "jadi perdebatan kalian berdua di depan Delia cuma sandiwara?"

Aku hanya mengangguk, mengusap wajahku keras mencoba menghilangkan wajah enggan Delia saat melihatku datang tadi.

"Tanding mau mastiin, selama dia nyari celah Viona, nggak ada laki-laki yang mau ambil Delia." aku menatap mereka semua yang terbengong-bengong mendengar penjelasan dari Ganesha yang tidak masuk di akal mereka yang berpikiran lugas dan blak-blakan.

"Terus lo sudah dapat celahnya calon Bini lo yang barbar itu belom?" suara Nanda yang terdengar begitu kesal atas caraku menghadapi masalah membuatku menoleh, "kalian berdua memang teman dekat, tapi siapapun nggak akan tahan dekat-dekat dengan sihir Delia, Ganesha bisa jatuh lebih dahulu sebelum lo beresin masalah lo."

Aku menelan ludahku ngeri, bukan rahasia umum jika dari awal aku mengenal Delia di sebuah Cafe tidak jauh dari Akmil saat pesiar pertamaku, dia sudah seperti Dewi yang menjadi idaman setiap Taruna.

Putri seorang Adhitama yang terhormat, dengan segala kualifikasi seorang Istri Prajurit idaman, ramah, sederhana, dan bersahaja. Bahkan di saat aku berhasil menggandeng tangannya dalam genggamanku, tatapan kagum mereka terhadap gadis berhijab tersebut tidak berubah dari mereka sedikitpun.

Delia bukan hanya Mataharinya Adhitama, tapi dia juga matahari untuk banyak orang, menjadikan Delia sebagai pusat dan poros banyak orang.

Bukan tidak mungkin jika sebenarnya Ganesha yang notabene temanku yang tidak banyak omong ini juga menyimpan kekaguman pada wanita yang aku cintai.

Aku mungkin percaya diri jika harus bersaing dengan banyak perwira lainnya, tapi bersaing untuk mendapatkan Delia dengan Ganesha adalah mimpi buruk.

Ganesha adalah temanku yang tidak mempunyai cela sama sekali, keluarganya seorang Pengusaha yang terhormat yang berada satu circle dengan bisnis Adhitama, dan dia sama sekali tidak mempunyai catatan buruk dalam keluarga Adhitama, berbanding terbalik dengan keluargaku yang sudah menyakiti orangtua Delia, dan kini justru karena Mama malu sendiri, Mama menolak Delia hadir dalam hidupku.

Lucu bukan Takdir mempermainkan kami semua.
Dulu Mama yang mengejar Ayahnya Delia sampai seperti orang gila. Kakek dan Om Karna yang membuang Ayahnya Delia hingga ujung Negeri, dan sekarang Takdir seperti menghukumku, membiarkanku tertatih dalam menghadapi semuanya tanpa dukungan sama sekali.

"Gue sudah dapat titik terang masalah yang gue hadapin, dan gue berusaha lakuin semuanya tanpa harus nyakitin siapapun, baik itu Nyokap gue, Delia, maupun keluarganya Viona." aku melihat ke arah Ganesha yang tampak acuh di sampingku, "lo nggak berubah pikiran kan, Nesh?"

Senyuman miring terlihat di wajah Ganesha, sungguh membuatku berpikir jika sepertinya aku keliru memilih rekan untuk bertempur, dia sepertinya bukan rekan, tapi musuh yang berbalik menikamku.

"Menurut lo?"

DELIA, Complete On EbookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang