Wedding Sweets Dream

3.6K 607 28
                                    

"Mas Tanding mau jemput Viona?"

Aku yang sudah berada tepat di depan pintu apartemen Viona hanya bisa menarik nafas panjang mendengar pekik terkejut di ujung sana, mengumpulkan kesabaran menghadapi wanita bermuka dua sepertinya.

Tanpa menjawab pertanyaan Viona aku memilih memencet bel, memberikan jawaban atas tanya Viona barusan.

"Mas Tanding sudah di depan?" tanyanya lagi, kali ini aku mendengar nada panik tersirat di suaranya dengan begitu kentara, membuat ingatanku melayang pada kalimat Flora tempo hari, lo harus lihat pakai mata kepala lo sendiri bagaimana busuknya calon bini lo, kalau mau mulai, beri dia kejutan di apartemennya.

"Aku sudah ada di depan pintu!" tanpa mematikan ponselku aku menjawab, menunggunya yang terdengar grasak-grusuk di ujung sana untuk beberapa saat sebelum akhirnya suara putaran kunci terdengar.

"Mas Tanding!" Wajah cantik yang identik dengan kepolosan khas anak manja Putri para pejabat terlihat, tampak berkeringat di tengah suasana yang mendung, senyuman tipis yang aku lihat menyembunyikan sesuatu terlihat di wajahnya.

Sungguh membuatku muak melihatnya berpura-pura sepolos ini, jika saja aku tidak mengingat untuk mencari celahnya dan memberikan langsung pada Mama, mungkin aku tidak akan sudi membuka bibirku untuk berbicara atau bahkan tersenyum padanya.

"Kamu kayaknya syok banget dengar aku datang ke sini?" tanpa di persilahkan aku mendorong pintu lebih lebar untuk masuk ke dalam ruang apartemen tersebut, sebuah apartemen yang cukup mewah untuk ukuran seorang anak Pamen yang notabene tidak mempunyai usaha lainnya.

"Nggak kok, Mas Tanding. Viona nggak nyangka saja Mas Tanding mau nyamperin Viona." Viona mendekatiku, merangkulkan lengannya padaku dengan manja, membuatku hanya tersebut tipis menanggapinya, mungkin di dalam hati Viona sekarang dia sedang senang karena aku yang mulai menyambutnya.

Dia tidak pernah tahu, jika semua yang aku lakukan hanya satu langkah kecil dalam membalikkan keadaan menjadi semula, andaikan dia tidak membuat masalah dan berniat memanfaatkan keluargaku, mungkin aku tidak akan peduli tentang segala hal buruk yang dia lakukan.

Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling, di mana beberapa baju tampak berserakan begitu saja, hingga akhirnya tatapanku tertuju pada sebelah sneaker laki-laki yang sepertinya jatuh sebelum di masukan ke dalam kotak.

"Aku baru tahu kalau ukuran kakimu 43, Viona! Nyaris sama denganku." ucapku sembari menunjuk sneaker tersebut, membuat senyum di wajah Viona langsung pudar seketika, berganti dengan kepanikan yang tidak bisa dia sembunyikan dariku.

"Nggak Mas, itu.. Itu..." gelengan keras mengiringi jawaban Viona membuatku hanya terkekeh geli, dia bisa berpura-pura pada semua orang, tapi dia tidak menyangka kecerobohan seperti ini akan menghampirinya.

Aku menyentuh ujung rambutnya, membuatnya yang hendak menunduk menghindar kembali mendongak ke arahku, "itu apa Viona? Itu salah satu barang milik Managermu yang tertinggal?" kelegaan terpancar di wajah Viona, astaga, ternyata menyenangkan sekali mempermainkan perasaan seseorang seperti sekarang, Viona yang memulai permainan dan aku tidak akan membuatnya berakhir dengan mudah. "Tidak mungkin kan kamu menyembunyikan laki-laki di dalam apartemenmu sementara Mamaku sudah melamarmu untukku? Itu terlalu berani, Vi. Mempermainkan Purnama."

Aku tidak menunggu jawaban darinya, memilih meninggalkan Viona dan menunggu di kursi tamu, dan lagi aku menemukan waistbag laki-laki di antara tumpukan pakaian yang berceceran.

Kembali aku menatapnya yang masih mematung, tersenyum kecil pada Viona yang kehilangan kata, matanya yang biasanya menatapku genit kini bergerak liar, berkali-kali melihat kamarnya yang tertutup rapat.

Viona menghampiriku, mendekat dan turut duduk di sebelahku, menatapku dengan pandangan memuja sama seperti yang selalu dia lakukan saat menghampiriku di rumah dinas.

"Mana berani aku, Mas Tanding. Dari awal aku ketemu sama Mas Tanding, Mas Tanding sudah bawa semua hati Viona." Viona menangkup wajahku, sama persis seperti yang di lakukan Flora pada Ganesha tempo hari, "Mas Tanding mau bukti?" tatapan menggoda terlihat di wajah Viona, nyaris saja bibir tersebut menciumku jika aku tidak menepisnya secara halus.

Aku tidak sudi di cium pembohong sepertinya.

"Aku percaya, Viona. Karena itu, segeralah bersiap dan kita temui EO yang akan mengurus pernikahan kita seperti yang kamu inginkan."

Viona mengerjap berulangkali, seolah dia tidak percaya dengan apa yang baru saja aku katakan, "Mas Tanding bilang apa barusan? Mas Tanding beneran mau?"

Aku menggangguk, membuatnya langsung bersorak gembira, persis seperti seorang anak kecil yang mendapatkan hadiah yang begitu di inginkannya. "Tentu saja aku serius, aku sudah lelah di ceramahi Mama tentang desakanmu untuk mengajakku serius Viona. Bukannya kamu sendiri yang bilang, toh menyenangkan Mamaku adalah hal yang utama dan terpenting untukku."

Flora memang benar, sebelum menyerang lawan hingga jatuh telak hal terpenting adalah membuatnya merasa menang. Lihatlah wajah penuh kemenangan dari Viona sekarang.

Tidak memedulikan batasan antara laki-laki dan perempuan yang sudah menikah kini dia menempel padaku, memperlihatkan dengan bersemangat ponselnya padaku, tampak di sana berderet-deret gambar rancangan indah sebuah acara, mulai dari, pesta ulangtahun, pesta pertunangan, pesta pernikahan, dan juga pesta Anniversary, semuanya tampak memukauku.

Aku tidak menyukai Viona, tapi aku menyukai pilihannya, setiap gambar yang ada membuatku tertarik dan merasa bahagia saat memperhatikannya, warna indah, kalem, dan teduh seperti sesuatu yang sudah aku kenal lama.

Melihat semua hal indah ini membuatku teringat pada Delia, si pemilik senyum manis dan ramah dalam balutan hijabnya yang menawan, sungguh sekarang aku justru membayangkan Delia yang ada di dalam segala venue tersebut, menggandeng lenganku dalam senyuman melewati jajaran pedang pora milik sahabatku, menyambutnya dalam kehidupan prajurit untuk mendampingiku seumur hidupku.

Sama seperti mimpi yang kami rancang dahulu.

"Aku mau acara kita di atur oleh EO ini, Mas Tanding! Bagaimana, bagus kan?"

Aku asal mengangguk setuju tersentak dari lamunanku akan cantiknya Delia, terserah dia mau bagaimana, toh acara yang akan di laksanakan tidak akan sampai pada klimaksnya, aku hanya menyenangkan hatinya dan menunggunya mengendur hingga aku mendapatkan bukti secara akurat jika dia hanya mempermainkan serta memanfaatkan keluargaku.

"Milik siapa EO itu? Bisa langsung hubungi, semakin cepat semakin baik."

Apa yang aku katakan barusan semakin membuat Viona gembira, tapi yang aku lihat ada secuil kelicikan di bibirnya, dan semua itu terjawab saat dia membuka bibirnya, menyebut nama yang tidak pernah aku sangka, nama yang seolah menyiratkan jika semesta memang mentakdirkan aku untuk membawanya kembali setelah perpisahan kami.

"Wedding Sweets Dream, milik Delia Adhitama. EO yang sedang naik daun milik mantan pacarmu dulu, Mas."

Aku berencana membawanya kembali setelah semuanya usai, dan Takdir justru mempercepat segalanya, membuatku harus merubah rencana dengan hati yang penuh keyakinan.

Aku memasang wajah bertanya pada Viona yang kini seperti menunggu tanggapanku saat dia mengucapkan nama Delia di depanku.

"Kenapa harus EOnya? Apa nggak ada EO lain?" tanyaku berpura-pura keberatan. Viona tidak tahu jika sekarang hatiku ingin meledak saking rindunya pada Delia.

Senyuman licik terlihat di wajah Viona, dia pikir dengan aku yang menyetujui permintaan Mama untuk menikah dengannya aku akan menuruti segalanya dengan mudah.

"Karena aku harus memastikan Mas, jika Mas Tanding sudah melepaskan masalalu, dan juga memperingatkan masalalumu jika kamu sudah menjadi milikku."

❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

DELIA, Complete On EbookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang