HAPPY READING!
"Demi Jimin suami gue, nilai gue pas KKM, Nad!" seru Ocha tak percaya.
"Nilai aku kenapa bisa gini? Ini ada kesalahan gak sih waktu pak Chirus kasih nilai," gumam Nadya sedih.
"Nad, jangan sedih gitu dong, nilai lo ini udah paling tinggi dari kita semua," ucap Kintan menenangkan sahabatnya itu.
"Lah Nad, lo ngapa sedih anjir. Gue aja yang dapat 76 udah bersyukur banget gue gak remed. Ini lo dapat nilai 97 masih ngeluh, anjir ini tuh udah bagus banget Nadya," jelas Ocha menatap gemas Nadya yang masih menunduk sedih.
"Coba lo cocokin dulu Nad sama jawaban Levi gue lihat dia dapat nilai sempurna, nanti kalau ada yang salah kita koreksi ke pak Chirus." Nadya mengiyakan perkataan Ginny.
Dengan sedikit gemetar Nadya memeriksa lembar jawabannya dan Levi. Setelah beberapa menit Nadya menemukan kesalahannya.
"Disini aku nulisnya 6 terus Levi nulisnya 0, memang Nadya kok yang salah," ucap Nadya sembari tersenyum tipis.
"Gapapa Nad, setidaknya lo udah ngerjain sebaik mungkin." Kintan mengelus rambut Nadya membuat gadis itu mengembangkan senyumnya.
Namun, lain lagi dengan pikiran Nadya. Apa yang harus ia katakan pada papanya nanti? Jikapun nilai Nadya sudah hampir sempurna akan tetap kalah sama Levi yang nilainya jauh lebih tinggi. Seandainya Levi tidak masuk menjadi anak baru di kelasnya Nadya yakin nilainya yang akan paling tinggi. Nadya menghelah napasnya pasrah.
Mereka berempat berjalan keluar kelas menuju parkiran. Kecantikan mereka berempat benar-benar tak ada yang dapat saingi, apa lagi Ocha yang cantiknya sudah diluar penanganan oplas.
"Gue balik duluan guys, see you," pamit Ocha yang pulang bersama sang pacar, Levi.
"Gue juga, jemputan gue udah jemput tuh di luar," sahut Kintan.
"Gue juga nih," Ginny ikut menimpali.
"Hati-hati kalian." Seperti biasa Nadya memperingatkan keselamatan para sahabatnya.
"Lo juga Nad."
"Iya," balas Nadya seraya tersenyum manis.
Saat Nadya ingin menelepon sopirnya seseorang terlebih dahulu menghampirinya.
"Sander?" Nadya mengernyitkan dahinya mendapati teman Nadav menghampirinya.
"Baliknya sama siapa?" tanya Sander.
"Ini aku baru mau telepon sopir buat jemput," jawabnya.
"Sama gue aja." Itu bukan tawaran melainkan perintah agar Nadya pulang bersamanya.
"Tapi, aku..."
Tanpa aba-aba Sander menarik lengan Nadya membawa gadis itu ke mobilnya dan menyuruhnya masuk ke dalam.
"Tunggu, aku bisa pulang sendiri." Nadya menahan Sander yang ingin mengantarnya.
"Gue gak terima penolakan."
"Aku gak suka dipaksa, ih!" kesal Nadya sembari mengernyitkan dahinya menatap Sander tak suka. Namun, Sander tidak peduli ia tetap memaksa gadis itu masuk ke dalam mobilnya.
"Rumah lo daerah mana?" tanya Sander yang tetap fokus pada mobil yang di kendarainya.
"Di perumahan permadani, blok B no.3," jawab Nadya langsung. Raut wajahnya terlihat risih, ia ingin segera sampai di rumahnya.
Selang beberapa menit mobil Sander tiba di rumah besar dan mewah yang Sander yakini rumah Nadya.
"Makasih ya, lain kali gak usah antarin aku. Aku ada supir kok," ucap Nadya lembut dan turun dari mobil Sander.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadav & Nadya [On Going]
Fiksi RemajaVanadya Lacerta, hidup di keluarga yang harus dituntut menjadi sempurna. Terdapat kekurangan sedikit pun itu akan berimbas pada gadis itu, bukan hanya Nadya tapi juga sang kakak. Nadya bukanlah orang yang dikaruniai otak yang pintar seperti kakaknya...