SEMBILAN | Cemburu

471 52 1
                                    

Alma berjalan menyusuri lorong dengan hati-hati, sejak istirahat jam kedua tadi siang kepalanya terus-terusan sakit. Cenat-cenut kaya lagunya boyband smash. Ia juga sudah minum obat tadi setelah makan siang, tapi tetap saja pusingnya belum juga menghilang.

Dari pada berujung merepotkan orang lain karena dirinya tiba-tiba pingsan, lebih baik dia berinisiatif pergi ke UKS lebih dulu untuk istirahat sebentar, lagi pula kelas sedang free, katanya gurunya sedang cuti karena sebentar lagi akan melahirkan.

Alma menatap ke kosongan ruangan UKS dengan sendu, biasanya ada perawat Na yang suka nemenin cerita kalo dia sedang di UKS. Kayanya hari ini bukan jadwal perawat Na.

Alma duduk di salah satu brangkar UKS yang kosong, mungkin setelah istirahat sebentar akan membuat kepalanya yang pusing jadi membaik.

Namun bukannya terlelap dia malah jadi bosan sendiri, Alma menyandarkan punggungnya di tembok, jempolnya masih terus mengscrool media sosialnya.

Sampai akhirnya ia menemukan satu Instagram story' sang papa, sudah lama Alma tidak pernah membuka story' papanya karena tau isinya hanya membuat dirinya merasakan iri dan cemburu secara bersamaan.

Kali ini ia memberanikan diri untuk melawa rasa itu, Alma penasaran seberapa bahagia papanya saat sedang bersama adik dan Ibu tirinya itu.

Alma berharap papanya tidak sebahagia saat bersama ia, Raka dan Mamanya dulu. Ternyata papanya jauh lebih bahagia bersama keluarga barunya, bahkan ia tak pernah melihat senyum papanya yang begitu lebar seperti ini.

Hati Alma teriris saat mengetahui bahwa sang papa memang berencana berjalan jauh dari tempatnya berpijak.

Alma juga ingin liburan keluarga seperti yang lainnya, makan malam bersama saling melempar tawa dan kisah keseharian mereka masing-masing, Alma akan berusaha dua kali lipat lebih besar untuk bisa mendapatkan gelar juara yang papanya inginkan, tetapi bolehkan Alma juga menuntut satu balasan baik dari sang papa?

Alma hanya ingin merasakan rasanya memiliki papa yang bisa ia banggakan kepada siapa pun.

Story' itu terus saja Alma ulang, padahal ia tahu, semakin lama ia melihat story' itu semakin lama pula ia merasakan sakit dan cemburu.

Mengapa hanya Naya yang selalu di prioritaskan?

Mengapa hanya Naya yang selalu di banggakan?

Tak bisa kah papanya sedikit membuka hati untuk mengakui dirinya?

Mengapa hanya ada kata mengecewakan yang selalu di ucapkan sang papa?

Tanpa air matanya mulai membendung membentu satu bendungan yang siap meluap kapan saja. Menerjang seluruh permukaan tanpa tanpa jelas memikirkan bagaimana nasib mereka yang tenggelam, tenggelam dalam dinginnya air yang memeluk mereka dengan kuat.

Alma terkejut saat ponselnya di rampas kuat oleh seseorang, Alma segera menghapus air matanya yang sempat menetes tanpa izin dengan cepat, berusaha menutupi lukanya lagi di depan Moka.

"Main Ig tuh buat bikin bahagia, bukan malah sengsara." Entah apa yang Moka lakukan pada ponsel Alma, setelah selesai baru ia kembalikan.

"Lah kenapa di hapus aplikasinya?"

"Biar Lo ga perlu lagi ngeliat yang ga berfaedah."

Alma terkekeh geli, "Ck! Apa banget si Lo."

Saat Alma hendak kembali ingin memainkan ponselnya, Moka mengambilnya lagi dan memasukannya kedalam kantong celana.

Cowok itu tersenyum paksa saat Alma menatapnya sangar.

"Tidur aja udah, katanya pusing. Main hp ga bikin pusing Lo ilang yang ada malah nambah."

Without Me [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang