Jodi menarik napasnya dalam-dalam, hampi beberapa langkah lagi, kakinya berhasil menghampiri sosok perempuan paruh baya yang sejak tadi sibuk memainkan ponselnya. Menunggu anak perempuannya selesai bermain disalah satu tempat taman hiburan.
Jodi menggambil kesempatan saat ia rasa suami dari ibunya itu pergi membeli sesuatu untuk mereka makan.
Ragu sempat melanda dirinya, namun rasa rindu yang selama ini tertanam di dalam dirinya tak bisa lagi dia sembunyikan.
Jodi menepuk pundak Delima pelan, perempuan di depannya itu terkejut bukan main saat melihat kehadirannya, ia menatap nyalang ke arah Jodi seolah berkata, "Kamu ngapain disini?"
Jodi tersenyum, ia melambaikan tangannya untuk menyapa seseorang yang mulai terasa asing dalam hidupnya.
"Apa kabar ma?"
"Kamu ngapain disini. Nanti kalau suami saya lihat bisa kacau urusannya!"
Jodi meringis, pemuda itu tersenyum tipis, tatapan kecewa kepada perempuan di depannya ini terlihat semakin nyata.
"Saya cuma kangen mama. Kenapa ga pernah nengok Dea sama Gea dirumah? Padahal kita masih satu daerah dan satu kota. Segitu bencinya mama sama kehadiran kita?"
Delima menatap Jodi garang, ekor matanya masih sesekali memperhatikan suaminya waspada.
"Saya gak ada waktu, harus ngurus Naya, ngatur semua keperluannya Naya. Kalian kan sudah besar. Belajar mandiri. Jangan apa-apa maunya di suapin terus."
Jodi tertawa hambar, "Kami jauh di lebih mandiri dari yang mama bayangkan. Kami bahagia walaupun tanpa kehadiran mama di hidup kami."
"Kalau gitu kenapa kamu kesini? Sudah saya bilang jangan pernah datang menemui saya. Kalau kamu butuh uang kamu tinggal SMS saya. Jangan bikin masalah."
Jodi menghela napasnya berat, haruskah mamanya menancapkan pisau yang lebih dalam kepadanya?
"Saya cuma mau bilang, kalo besok ulang tahun Gea. Gapapa mama gak pernah nganggap saya ada, tapi tolong, buat Gea mama bisa kan jadi ibu yang layak buat di hargai keberadaannnya?"
Delima nampak gelagapan saat melihat Heri sudah mulai berjalan kembali ke arahnya.
"Saya gak ada waktu, udah pergi sana. Nih ambil, jangan pernah datang lagi." Delima memberikan beberapa lembar uang seratusan untuk Jodi, namun dengan keras Jodi menolak.
"Saya ga butuh uang mama, saya kecewa, harusnya dari dulu saya gapernah berharap mama kembali. Saya pergi."
Delima menatap punggung Jodi yang menjauh, tanpa sadar ia melihat seragam yang Jodi kenakan sama seperti pegawai taman hiburan disini. Delima mengepalkan kedua tangannya. Bukan ini yang Delima inginkan, bukan ini yang seharunya di dapatkan oleh anak-anaknya.
"Kamu kenapa?" Panggilan Heri membuyarkan pikiran Delima, kepalan di tangannya mengendur. Ia menatap Heri dengan tatapan yang sulit di artikan.
Jodi tersenyum tipis melihat Delima menjauh dari jangkauannya. Harusnya ia tak perlu menghampiri Delima tadi.
Namun, mengingat permintaan Gea semalam yang sangat ingin menemui Ibunya membuat Jodi memberanikan diri untuk menemui ibunya. Hal yang menyakitkan bagi hatinya bukan karena ibunya lebih menyayangi Naya, tapi saat ibunya sudah tak lagi bisa dia gapai.
Jodi menghela napasnya berat, sepertinya tahun ini ia harus bisa memberikan penjelasan kepada Gea, kalau adiknya itu tak perlu lagi mengharapkan kehadiran sang mama.
****
Alma mengeratkan pegangannya diujung tali tasnya, kakinya masih terasa nyeri karena pukulan papanya kemarin, badanya terasa seperti bengkak semua, kepalanya juga masih terasa pusing, namun jika ia hari ini ia tidak masuk, Papanya akan semakin marah kepadanya karena di kira tidak niat untuk belajar dan berujung mengecewakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Me [END]
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN SHARE KE SOSIAL MEDIA KAMU YA ♥️ #Brokenheartseries #WattpadRomanceID **** Andai saja aku tidak hadir di tengah-tengah kalian, apakah kalian akan menderita seperti sekarang? **** Versi pertama finis...