"Persiapan Lo buat olimpiade gimana Ma, lancar kan?" Merasa namanya disebut, Alma lantas menoleh, saat ini mereka sedang duduk sejajar di pinggir lapangan sambil menuggu pak Asep datang. Para lelaki sudah berhamburan ke lapagan untuk bermain bola, sedangkan perempuan, biasalah. Mereka paling suka duduuk di pinggi sambil gibah tentang apapun. Sama halnya dengan perempuan kelas XII IPA 1 ini.
"Baik si, cuma ada satu materi yang bikin gue pusing. Nanti coba Lo lihat siapa tahu Lo paham." Elena mengangguk antusias, perempuan itu lantas tersenyum.
"Gampang, Lo juga Ra, kalo ada yang gak ngerti jangan sungkan buat nanya." Elena juga merangkul pundak Aurora yang berada di sampingnya.
"Ya dia mah lebih milih minta ajarin Alkan. Lumayan kan sekali berenang dua-tiga pulau terlampaui," goda Anggi dengan matahya yang mendelik menatap Aurora. Membuat Aurora tersipu malu.
Alma dan Elena terkekeh geli melihat ekspresi perempuan yang satu itu.
"Pokoknya gue berharap banget Lo berdua bakalan menang," tukas Elena dengan sorot mata yang serius.
Anggi mengangguk, "Iya, biar orang-orang yang meremehkan kalian bisa Pongo pas tahu kalian juara olimpiade."
Alma tersenyum ia hanya perlu berusaha untuk menggapai apa yang diinginkan sang papa, cuma dengan cara itu yang bisa membuat papanya mengakui dirinya lagi.
"Eh Cin, Lo pacaran ya sama Moka?" Mendengar pertanyaan Aurora membuat Alma ikut penasaran. Terkahir yang dia tahu keduanya masih tahap pendekatan.
Cindy tersenyum tipis, ia melirik Alma sebentar lalu mengangguk, "Iya dong, emang Lo doang yang bisa jadian."
Aurora mencibir, "Gue pikir Moka bakalan jadian sama Lo tau Ma. Ternyata malah sama Cindy." Ucapan Aurora sontak membuat Alma menyentil kening Aurora pelan.
Tatapan berkata bahwa Aurora tak perlu membahas hal seperti itu disini.
"Ya namanya juga hati, gaada yang tahu kan. Bisa aja sekarang gue sama Moka, tapi besok Moka sama Alma." Mereka saling pandang, ucapan Cindy seperti bermakna ganda bagi Alma.
"Gak lah, Moka itu sayang kok sama Lo Cin, bahkan pas dia baikan smaa lo, dia seneng banget." Memilih untuk tidak memperpanjang dan menjebak diri dalam hubungan Moka dan Cindy, lebih baik ia menghindari topik pembicaraan ini.
"Semoga."
Alma jadi merasa bersalah, selama ini Moka selalu tahu akan permasalahan dirinya, tapi ia tak pernah tahu akan permasalahan cowok itu. Bahkan untuk sekedar mengisi kebahagiaannya saja Alma tak terlibat.
Mungkinkah dia terlalu egois karena menahan cowok itu terlalu dalam dihidupnya?
Alma menghela napasnya panjang, sepertinya dia harus bisa mencoba menjaga jarak dari cowok itu. Bagaimanapun juga Moka sudah memiliki Cindy, perempuan yang harus bisa Moka bahagiakan lebih dari pada dirinya.
"Gue, emang selalu mengecewakan ya."
****
M
oka masih terus bermain game di ponselnya, berteriak heboh sampai membuat seisi kelas berteriak protes karena suaranya yang menggelegar.
"MOKA IHH BERISIK BANGET." Alma menutup kedua telinganya saat Aurora ikut berteriak secara tiba-tiba.
"Ra, ngagetin aja si."
Aurora menoleh dengan tatapan wajah yang semrawut, "Abisnya dia berisik banget gue lagi ngafalin biologi buat ujian lisan. Gue belum dapat tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Me [END]
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN SHARE KE SOSIAL MEDIA KAMU YA ♥️ #Brokenheartseries #WattpadRomanceID **** Andai saja aku tidak hadir di tengah-tengah kalian, apakah kalian akan menderita seperti sekarang? **** Versi pertama finis...