DUA | PILIH KASIH

1.1K 114 17
                                    

Semakin kamu mencintai, kamu akan semakin takut untuk merasa kehilangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semakin kamu mencintai,
kamu akan semakin takut untuk merasa kehilangan.

Mengapa cinta itu harus terbagi
Kalau bersama membuat kita merasa nyaman.

****

Alma tahu jika setiap pagi suasana meja makan tak pernah menjadi harapannya untuk bisa sarapan dengan tenang, itu sebabnya Alma sering kali melewatkannya.

Sebenernya ini bukan yang pertama kali Alma satu meja dengan Delima, dulu sekali saat Mamanya masih ada Delima kerap datang untuk bersilaturahmi. Tak bisa dipungkiri bahwa Alma memang sangat menyukai Delima dulu.

Namun siapa sangka kedekatan mereka harus sampai disini. Yang membuat Alma semakin di hadirkan perasaan marah dan kecewa adalah Delima orang yang selama ini sangat dia percaya justru malah menjadi penyebab keluarganya hancur, dan itu membuat mereka memiliki jarak yang cukup jauh untuk bisa kembali sebagai seorang ibu dan anak.

"Mas, ternyata Bu Nisya rumahnya satu komplek dengan kita," ujar Delima kepada Papanya, sorotan mata perempuan yang berusia tiga puluh enam itu tidak teralihkan dari ponselnya.

Sedangkan Papanya menanggapi tanpa memiliki niat untuk mengabaikan istrinya itu.

Alma mengeratkan pegangannya pada sendok besi yang dia gunakan, Papanya selalu saja menunjukan semua minatnya jika itu berhubungan dengan Delima dan Naya, sedangkan semua hal tentang dirinya dan Raka, jangankan tatapan penuh minat, meminta waktu sebentar untuk berdiskusi saja Papanya selalu menolak.

"Pah, Raka ulang tahun kemarin. Kenapa enggak dirayain kaya ulang tahun Naya waktu itu?"

Suara Raka menginterupsi indra pendengarannya. Bagaimana pun juga Raka hanya anak kecil yang mendambakan kesenangannya. Wajar bukan jika Raka bicara seperti itu. Dia merasa Papanya selalu saja tidak adil.

"Kamu sudah besar. Naya kan masih kecil. Lagi juga kamu sudah pernah di rayakan dulu, jadi buat apa di rayakan lagi!"

Alma mendengkus kasar, ia memutar otak untuk bisa membuat Raka melupakan hal itu, "Raka, kuenya sudah dibagi ke Naya belum?"

Mata Raka membola, sedetik kemudian bocah kecil itu menatap Naya dengan senyuman yang melengking di wajahnya.

"Naya mau kue?" Perempuan kecil itu mengangguk antusias. Lantas ia turun dari kursi dan berlari menuju dapur mengikuti langkah Abangnya.

"Dari mana kamu dapat uang untuk beli kue itu Alma?" Heri bertanya tanpa mau menatap Alma sedikitpun.

"Nabung." Tak ingin mengabaikan dan tak juga ingin memperpanjang urusan ini, karena Alma tahu setelah ini Papanya akan menyalahkan dirinya karena membelanjakan sesuatu yang di luar kebutuhan mereka.

Without Me [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang