EMPAT | Kepada siapa hati menetap?

722 70 10
                                    

Langkah gemulai berjalan di tanah
Melihat senja bertabur awan.

Luka terbuka kembali bernanah
Melihat embun dan hujan yang tak lagi datang bersamaan.

****

Jodi terenyak melihat kebahagiaan satu keluarga yang terlihat sangat sempurna. Senyum miringnya terangkat saat melihat anak perempuan yang sedang menangis karena terjatuh akibat berlarian kesana kemari.

Lutut anak perempuan itu di elus pelan oleh sang ayah sambil terus menghibur agar sang anak tak lagi menjerit kesakitan.

Lalu muncul sang ibu dari balik pintu dengan membawa secangkir kopi untuk suaminya.

Perempuan paruh baya itu tersenyum dan langsung menggendong putri kecilnya dengan penuh kasih sayang.

Hati Jodi kian terisak merasakan betapa pahit dan tidak adilnya hidup yang dia jalani.

Mengapa ia sangat sulit meraih uluran tangan sosok yang melahirkan nya. Seolah puluhan kilo bahkan puluhan ribu meter telah terbentang jauh diantara keduanya.

"Yang penting ibu bahagia. Jodi akan jaga Dea dan Kina sebaik mungkin."

Lantas ia kembali memutar motor vespanya, untuk kembali membelah jalan menuju sekolahnya.

Jodi tahu apa yang telah hancur tak akan pernah bisa kembali seutuhnya. Ia juga merasa bahwa perlahan ia bisa hidup tanpa uluran tangan kedua orang tuanya.

Yang jelas, Jodi masih bisa bertahan sampai saat ini karena ia memiliki tanggung jawab besar akan kehidupan Dea dan Kina. Walaupun ia yakin sudah bisa hidup terjamin karena mendapat sponsor, tapi tetap saja ia harus bisa menjadi sosok kakak yang berguna bukan?

Jodi memarkirkan motornya di parkiran paling belakang. Ia menyisir rambutnya yang berantakan dengan jemarinya.

"Jodi." Panggilan itu membuat atensinya naik. Perempuan itu tersenyum saat dirinya menoleh kebelakang.

"Baru dateng Zoy?" kata Jodi sambil melampirkan tas punggungnya di bahu sebelah kiri.

Zoya menggeleng, "Gak kok, abis beli kertas print buat Mading."

Jodi mengangguk paham, ia menatap perempuan di sampingnya dengan tatapan takjub. Perempuan itu masih terus asyik bercerita tentang kesehariannya. Tanpa sadar, hatinya ikut menghangat saat tahu ia sudah berada sedekat ini dengan wanita pujaannya.

Dua tahun Jodi menyukai Zoya, baru kali ini ia bisa melihat senyum perempuan itu dari jarak yang berdekatan.

Zoya mengeluarkan satu bungkus makanan ringan yang dia beli tadi, merobek sisi plastiknya agar terbuka lebar.

"Nih mau?" Zoya memberikan satu biskuit kepada Jodi, tanpa penolakan pemuda itu langsung mengambilnya.

"Pulang ada acara Zoy?" tanya Jodi yang masih sibuk mengunyah makanannya di dalam mulut.

"Les aja si paling. Kenapa?"

"Pulang jam?"

"Jam 5 sore." Katanya

Without Me [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang